Read More >>"> Mendadak Halal (24. Menerima) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mendadak Halal
MENU
About Us  

Bremm...

Sebuah mobil berhenti didepan perkarangan rumah minimalis. Tak lama keluar dua orang dari dalamnya.

Tok...tok...

"Assalammuallaikum" pintu rumah itu diketuk oleh killa beberapa kali sedangkan si Azzam tengah mengambilkan kopernya dibagasi.

Cklek

"Waalaikum salam" saut seseorang dari dalam rumah itu. Dan disusul seorang wanita paruh baya keluar dari dalamnya.

"Killa?, masya allah... Bunda kangen nak" wanita itu langsung berhambur memeluk killa -- anaknya. air matanya pun luruh tak bisa dihiraukannya lagi. Sangkin merindukan putrinya.

"Hehehe...killa juga kangen kok sama bunda" wanita itu melepaskan pelukannya. Sambil mengusap air matanya yang tidak sengaja mengalir.

"Bunda kok nangis sih?"wajah killa berubah muram saat melihat bundanya meneteskan air matanya.

"Bunda hanya bahagia. Karena kamu pulang kerumah nak"wanita itu menatap killa dengan tatapan bahagianya. Seketika itu killa langsung menghambur kepelukan bundanya. Menikmati kehangatan yang diberikan oleh bundannya didalam pelukan itu.

"Killa janji gak akan pergi dan buat bunda sedih lagi. Melihat bunda menangis killa-killa-" seketika air matanya tak bisa dibendungnya lagi. Kini killa menangis dalam dekapan bundanya.

"Sudah, bunda gak nangis kok. Bunda bahagia karena killa mau kembali kerumah." ar mengelus punggung killa supaya tangisannya mereda. Setelah dirasa tangisan killa mulai mereda. Ar melepaskan pelukannya dan menatap putrinya itu. Tak terasa, secepat itu kah putrinya tumbuh menjadi dewasa. Tetapi, dimatanya killa masih tetap menjadi putri kecilnya yang polos dan selalu Manja kepadanya.

"Sekarang, kamu sudah besar nak. Ayah dan Bunda sebenarnya tidak rela saat ada seseorang datang memintamu. Tetapi melihat siapa suamimu itu membuat bunda dan Ayah seketika percayakan semua tangung jawab yang kami emban kepada nya. Semoga dia bisa membuatmu bahagia." batin ar.

"Masa, sudah punya suami masih aja cengeng" goda bunda sambil mengusap sisah air mata dipipi killa.

"Ihs!, apa an sih bun" terlihat rona merah pada pipi killa. Sedangkan ar terkekeh melihat tingkah putrinya yang sedang salah tingkah didepannya. Tak lama setelah itu ada suara deheman membuat keduanya mengalihkan tatapannya ke asal suara itu.

"Ekhemm"

***


Azzam pov.

Aku merasa tak enak telah menganggu temu kangen antara ibu dengan anaknya. Tetapi mau sampai kapan aku harus berdiri disini tanpa ada yang menyadari kehadiranku sama sekali. Mau tidak mau harus ku perjelas kehadiranku.

"Eh, ada nak Azzam."

"Assalammualaikum, bun" aku menghampiri bunda, lalu mencium tangannya.

"Waalaikum salam" kemudian bunda melirik kearah kami secara bergantian. Mungkin bunda bingun kenapa aku datang bersama dengan killa.

"Kalian sudah saling kenal?"

"Nanti aku jelasin didalem bun" jawab killa.

"Ouh, ya sudah. Kita masuk yuk"ajak bunda. kami bertiga pun masuk kedalam rumah. Bunda langsung menyuruhku duduk diruang keluarga. Kami mengobrol cukup lama.

"Ouh iya, bunda sampe lupa mau nawarin minum. Nak Azzam mau minum apa?biar killa yang buatin?" aku masih merasa tak enak dengannya. Setelah kejadian dimobil tadi. Baru saja kami menikah, malah aku sudah buat dia menangis gara-gara nafsu ku.

"Eh, gak usah bun" aku menatap killa, yang ternyata dia tengah menatapku tak lupa dengan senyuman manisnya itu yang melekat diwajah cantiknya. Apa barusan Dia tersenyum kearahku?. Apa aku tak salah melihat?. Apa dia sudah mau menerima kehadiranku?.

"Gak papa. Killa, bikinin suamimu teh manis ya" killa mengangguk kemudian pergi kearah dapur.

"Ouh,iya. Bun, ayah dimana?saya tidak melihat beliau di rs." kebetulan aku dan Ayah mertuaku bekerja di rs yang sama. Dan aku sangat mengenal beliau walaupun aku baru kerja di rs itu.

"Beliau ada ditaman belakang. Mengurusi tukang yang tengah merenovasi taman" aku hanya mengangguk mengerti.

"Bun, saya pamit ingin bertemu Ayah."

"Iya, silahkan. Nanti tehnya bunda suruh killa buat anterin ketaman belakang ya" aku hanya mengangguk.

***

 

Ditaman belakang seorang pria paruh baya tengah sibuk memantau dan mengatur kinerja tukang yang tengah merombak taman ini.

Beliau terlihat gagah dengan pembawaanya yang tenang dan tegas saat mengatur para pekerjanya. Membuatku merasa semakin kagum dengannya. Ya aku sangat mengagumi sosok Ayah mertuaku. Beliau adalah sosok dokter yang sangat aku kagumi dan aku jadikannya panutan. Meskipun umurnya kini mulai menua. Beliau tetap selalu melakukan pekerjaanya secara profesional. Selain itu beliau orangnya sangat dermawan dan tidak pernah pelit ilmu. Sesekali beliau selalu mengajari dan membagikan ilmunya kepada kami. dokter junior.

"Assalammuallaikum, yah" aku menghampirinya.

"Waalaikum salam, eh kamu Zam" aku mencium tangannya.

"Ngobrolnya disana aja yuk" ajaknya kearah gasebo. Aku hanya menurutinya. Kami pun ngobrol banyak hal mulai dari masalah pekerjaan, arti tujuan hidup, sampai hal-hal yang menyangkut tentang killa- putrinya yang sekarang menjadi istriku.

Azzam pov End.

Disisi lain seorang perempuan berjalan melangkahkan kakinya menuju keruang keluarga sambil membawakan dua buah cangkir teh manis buatannya.

Perempuan itu merasa bingung setelah sampai, dirinya tak melihat sosok laki-laki itu. Dia hanya melihat bundanya yang tengah sibuk membaca majalah.

"Bun,dia kemana?"ar menengok kearah putrinya sambil mengangkat alisnya bingung.

"Dia siapa?"

"Em, itu loh. Em... Mas Azzam"ujar killa gugup.

"Dia lagi ditaman belakang sama Ayah" ujar bunda diberi jeda."sana gih, anterin tehnya. Setelah itu kamu ceritain semuanya sama bunda"

"Iya,iya bun. Killa bakal cerita kok. Ya sudah killa ketaman dulu ya" bunda hanya mengangguk. Kemudian killa menuju ketaman belakang. Tempat favoritnya semasa kecil.

Ditaman ia melihat dua orang laki-laki yang tengah asik mengobrol di gasebo taman dengan posisi membelakanginya. Samar-sama dirinya mendengar sedikit percakapan mereka berdua.

"Kamu tau zam?. Dulu sewaktu masih kecil. killa itu lucu sekali."

Kalimat itu sukses membuat killa penasaran. Dan memutuskan menghentikan langkahnya untuk mendengar kelanjutan yang akan diucapkan oleh Ayahnya.

Azzam terlihat sangat antusias dengan kelanjutan cerita yang keluar dari mulut Ayah mertuanya.

"Dulu saat killa berulang tahun yang ke 4 tahun. Dia sempet minta ke pada kami kado dede bayi yang lucu" peria paruh baya itu terkekeh saat mengingat kejadian itu."samapai-sampai dia pernah marahan sama bundanya gara-gara belum juga kasih dia dede bayi".

"Pernah disuatu hari. Dia bercerita kepada kami tentang cita-citanya kelak. Dan kamu tau apa cita-citanya?" Azzam hanya diam dan menyimak."saya masih ingat dengan jelas perkataanya waktu itu 'cita-cita killa ingin menjadi bidadari surga'. Saya sangat terharu saat itu. mendengar ucapan anak yang usianya baru 4 tahun itu."

Dia sangat berharga bagi saya dan istri saya. Dia adalah mutiara yang saya jaga selama ini agar selalu terlihat indah". Ayman mengusap air matanya yang tak sengaja mengalir.

"Dan saya harap kamu bisa menja mutiara itu dengan baik." ujarnya  menepuk bahu Azzam.

"Insya Allah saya akan menjaganya semampu saya"

Killa ikut meneteskan air matanya saat mendengar apa yang disampaikan oleh Ayahnya barusan. Langsung dihapusnya air mata itu olehnya. Lalu ia pun menghampiri mereka untuk mengantarkan teh manis buatannya.

"Ekhmm...maaf killa mengganggu" menatap Azzam sebentar lalu kembali menunduk.

"Killa buatin teh buat Ayah sama em- mas Azzam" ditaruhnya cangkir teh itu digasebo. Setelah itu ia menatap Ayahnya.

"Ayah. Ayah kok gak terkejut liat killa pulang kerumah" ujar killa cemberut "Ayah gak kangen ya sama killa?" ayman hanya terkekeh melihat tingkah putrinya. Sedangkan Azzam hanya bisa menahan senyumannya saat melihat tingkah istrinya itu. Ternyata killa sangat manja kepada kedua orang tuanya.

"Ayah tau kok, killa bakal pulang cepet kerumah. Karena killa memiliki tanggung jawab mengurus suami killa. Makanya Ayah gak kaget lagi."

"Kok Ayah tau?"lirihnya.

"Setiap orang tua tidak mungkin salah menilai anaknya"

"Ayahh, killa kangen sama Ayah" air mata killa mulai menetes. Ayman langsung bangkit dari duduknya.

"Sini Ayah peluk" killa pun langsung menghambur kedalam pelukan hangat sang Ayah.

"Udah, udah jangan nangis. Malu diliatin sama suamimu"bisik ayah diakhiri kekehan. Pipi killa kembali memerah mendengar kata 'suami' ditelingannya.

"Ihs, Ayah apaan sih"

Ayman makin terkekeh melihat anaknya yang tengah malu.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags