Read More >>"> Mendadak Halal (22. Sebuah kenyataan) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mendadak Halal
MENU
About Us  

#warning!!!. Yang gak kuat jangan baca. Dilarang baper +iri ya.

Kini gue terjebak didalam mobilnya. Didalam mobil hanya ada kami berdua, gue dan dia. Setelah perkataanya saat makan siang tadi. Gue langsung ditarik sama dia memasuki mobil dan meningalkan kaffe itu. Katanya sih dia mau ngomong sesuatu yang sangat penting. Dan gak tau kenapa gue gak bisa menolaknya. Gue gak tau dia mau bawa gue kemana sekarang. Yang jelas dia gak mungkin kalau nyulik gue kan?. Yang ada dia sendiri yang rugi kalau nyulik gue. Gue kan kalau makan banyak kaya orang kekurangan gizi. tapi sayangnya walaupun banyak makan badan gue tetep kurus,gak gendut-gendut.

Hanya keheningan yang tercipta didalam mobil ini. Dia masih fokus menyetir dan tak berniat sama sekali mengajak gue untuk sekedar ngobrol atau pun basa-basi. keheningan Membuat gue memilih memandangi keluar jendela. Menikmati pemandangan kemacetan dikota jakarta. Dengan keadaan otak gue yang dipenuhi banyak pertanyaan- pertanyaan yang memerlukan sebuah jawaban. Sebuah jawaban tentang apa yang terjadi dihidup gue saat ini dan selanjutnya...

Mom...eh-Mamah? Eh-bukan tapi umi?eh-bunda, Iya bunda pasti tau.

Kan gue jadi bingung. mau mangil nyokap sendiri aja bingung sangkin keseringan gonta ganti nama pangilan sayang. Singkat cerita....

Flashback on.

dulu waktu gue kecil sampai TK gue suka mangil nyokap gue dengan sebutan umi, terus saat gue SD gue ganti dengan sebutan mama karena terbawa dengan temen gue yang sering mangil nyokapnya dengan sebutan mama. Saat SMP gue ganti dengan sebutan momy sampai SMA, karena lagi ngetren saat itu. Dan saat gue memasuki bangku perkuliahan dan gue mulai semakin dewasa. Gue mau pangil nyokap dengan panggilan momy entar dikira sok inggris. Jadi gue ganti lagi dengan sebutan bunda.

Flashback off.

***


Gue masing gak mennyangka kalau yang sekarang duduk disebelah gue adalah suami gue sendiri!. Dan selama ini gue baru tau kenyataan ini.

Astagfirullah kila... Begitu dosanya kamu pada suamimu. Suami sendiri masa gak tau sih!. ---pikir gue.

"Jangan dipikirin terus, nanti saya jelaskan secara rinci"sebuah suara dari arah sebelah gue membuat gue tersadar dari lamunan itu.

Azzam tersenyum tipis lebih dari kata tipis malah. walaupun tak melirik kearah gue. Gue bisa melihat dengan jelas senyuman itu diwajah tampannya.

Gue mengeryitkan muka sambil melirik kearahnya yang masih fokus menyetir, kok dia tau ya? Kalau gue lagi mikirin tentang itu. Ouh iya gue lupa!. Dia kan cenayang!.

"Jangan mikir macem-macem, saya hanya manusia bisa, bukan cenayang yang seperti ada dipikiran kamu" Azzam tersenyum sambil melirik kearah gue.

Deg...

"Kok, lo tau sih...?" gumam gue lirih. Menatap Azzam bingung.

Azzam menatap gue sebentar sambil tersenyum kemudian kembali menatap jalanan didepannya"Saya hanya menebak saja"

Setelah itu hening....

"Emm...Gue boleh nanya sesuatu gak?"gue mencoba mengubah suasana hening ini.

"Silahkan selagi saya bisa menjawabnya" jawab dia yang masih fokus menyetir.

"Emm... Sebenarnya lo mau bawa gue kemana sih?"

"Rumah bunda" singkat padat dan jelas. Membuat gue mengeryitkan dahi bingung.  Bunda?

"Bunda?" dia mengangguk.

"Iya,bunda kamu" gue membulatkan mata dengan mulut gue yang sedikit membuka.

"Ngak,gue gak mau pulang kerumah." sambar gue cepat.

Terlihat kerutan dikeningnya"terus kamu mau kemana?"tanyanya menatap gue.

"Emm...anterin aja gue kerumah sarah". Tiba-tiba dia meminggirkan mobilnya ketepi, membuat gue kebingungan.

Terdengar helaan napas pasrah darinya. Kemudian dia melirik gue menatap mata gue yang juga tengah menatapnya. Tangan kananya masih setia memegang setir mobil sedangkan tangan kirinya sudah berani memegang pipi gue. Mengelus lembut pipi gue dengan ibu jarinya.

Deg...

Jantung gue berdebar sangat kencang saat gue diperlakukan dengan romantis olehnya. Pipi gue seketika memerah saat sebelah tanganya menangkup wajah gue dan mulai mengelusnya dengan lembut menggunakan ibu jarinya.

semoga aja dia gak tau kalau pipi gue sekarang sedang memerah seperti tomat. Jadi malu gue kalau dia sampe tau.

"Saya gak ngijini istri saya nginep dirumah orang lain. Lebih baik kamu pulang kerumah bunda atau tinggal di apartemen besama saya."

Kok dia tau sih gue mau nginep dirumah sarah. Kalau gue tanya pasti jawabnya 'cuma kebetulan' kalau cuma kebetulan gak mungkin setiap saat kan?.--- pikir gue.

"Tap-tapi--" Azzam menatap gue dengan aura tajamnya. Membuat gue menunduk, merasa takut saat menatap mata itu.

Tiba-tiba Azzam mengangkat dagu gue buat menatapnya. Dengan gerakan cepat dia mendekatkan wajahnya kearah gue. Seketika itu gue membeku saat sebuah benda hangat dan kenyal menempel dibibir gue.

Manis...

Hanya itu yang bisa gue ucapkan itu pun di dalam hati gue. karena sangkin terbawa suasana dengan rasa manis itu membuat tubuh gue menerima perlakuannya itu.

"Hah..." deru nafas memburu kami beradu. setelah cukup lama menahan napas. Jantung gue berdetak kencang saat dia menatap gue intens. Gue mengedipkan mata tak percaya. Mengingat apa yang barusan dia lakukan ke gue.

Ciuman pertama gue!.

Tanpa sadar tangan gue memegangi bibir gue.

Akhh...bunda hiks...bibir gue gak perawan lagi. Gue pengin nangis hiks....

Mata gue mulai berkaca-kaca, sedetik kemudian  gue menangis. Membuat dia kebingungan.

"Kok, nangis ?". tangisan gue semakin pecah.

"Duh, jangan nangis ya... Maafkan saya, yang tidak bisa menahannya." dia langsung menarik gue kedalam pelukan hangat nya.

Cukup lama gue dipeluk oleh nya. Saat dirasa tangisan gue mereda.  Gue merasakan tangan dia tengah memegangi ubun-ubun gue sambil merapalkan do'a yang hanya gue aamiinin dalam hati. Setelah itu Dia mulai melepas pelukannya dari gue. Lalu Menangkupkan wajah gue dengan kedua tangannya. Mengusap lembut bekas air mata dipipi gue. Kemudian dia mencium kening gue.

Gila!gue sampe lupa cara bernapas gara-gara diperlakukan seromantis ini

"Maaf..." gue hanya bisa menunduk.

"Maaf..." katanya lagi membuat gue menggeleng. Buat apa dia minta maaf,diakan gak salah.

"Buat apa...?" jawab gue tanpa menatap kearahnya. Malu cuy nangis gara-gara ciuman pertama direbut olehnya.

"Maaf, karena buat kamu nangis, dan maaf karena saya tidak bisa menahan nafsu saya didekatmu"gue hanya mengangguk.

"Sekarang, kamu mau saya antar kemana?"

"Bunda" ujar gue dengan suara serak sehabis nangis. Dia mengangguk mengerti. kemudian menjalankan mobilnya kembali.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags