Hufftt.....
Terlihat seorang perempuan berjilbab tengah membuang napas lelah. Didepan hamparan luasnya perkebunan teh, ia tengah duduk beralaskan batuan besar. Ia memandang kosong kedepan dengan pikiran yang melayang entah kemana.
Diotaknya masih terrekam dengan jelas keping-kepingan kejadian saat sosok laki-laki yang sangat ia kagumi dalam diamnya, itu tengah mencium tangan seorang perempuan. Mungkin saja pacarnya!.
Jujur saja sekarang hatinya merasakan sakit. Seperti tertikam oleh blati yang dilumuri racun dibagian ujungnya. Sekali menancap dapat langsung mematikan. Ia meremas dadanya saat rasa sakit itu kembali ia rasakan. Ia tak pernah menyangka akan merasa sesakit ini. "Apa ini yang dinamakan sakit yang tak berdarah?"batinya.
Beberapa detik kemudian, pertahananya pun runtuh. Tanpa aba-aba air matanya keluar. Ia menangis dengan posisi menunduk memeluk lututnya."hiks...hiks..."
"Keluarkan saja semuanya, siapa tahu setelah ini dapat membuat hatimu tenang" ujar seseorang tak jauh dari posisi perempuan itu. Perempuan itu semakin terisak dalam tangisan. Ia tak memperdulikan tatapan orang disebelahnya tentang dirinya.
"Mencintai itu fitrah. Tapi, kalau mencintai yang bukan halalnya itu akan terasa menyakitkan" laki-laki itu kembali bersuara.
Saat perempuan itu mulai tenang dan tangisannya pun mulai mereda. Ia memutuskan mendongak keatas untuk melihat keasal suara tadi. Dia sangat penasan laki-laki seperti apa yang sedang bicara dengannya. Kenapa laki-laki itu tau kalau dirinya itu tengah patah hati?. Apakah dia cenayang? Atau mungkin peramal?.
Tapi yang ia tangkap dimatanya, hanyalah laki-laki biasa yang tengah berdiri disebelahnya, dengan jarak sekitar 3 meteran. Terlihat penampilanya yang menggunakan Baju koko berwarna navy dan celana bahannya. Tak lupa juga dengan peci yang melekat dikepalanya.
Killa menatap laki-laki itu dengan mata sembabnya. Menelisik dari jauh sosok laki-laki itu. "saya hanya menebak saja, tadi" ucap laki-laki itu, seakan tau isi hati killa. Laki-laki itu masih menatap kedepan tanpa mau menenggok sedikitpun kelawan bicaranya.
Mata killa membulat dengan sempurna, saat laki-laki itu tau tentang isi hatinya. Disaat itu juga killa taksengaja melihat senyuman laki-laki itu. Terlihat manis plus tambah ganteng. Walaupun senyumanya hanya segaris tapi tetap saja killa dapat melihatnya dengan jelas. Kalau laki-laki itu barusan tersenyum.
"Kalau mbaknya sudah tenang, saya pamit undur diri. Assalammualaiku"ujarnya meninggalkan killa disana.
"Waalaikum salam" gumam killa saat punggung laki-laki itu tak terlihat lagi oleh matanya.
"Kenapa gue harus banget ya? tangisin cowok kaya dia?!. Gak guna!!. Killa lo itu cewek yang strong, jadiin semua ini sebagai pelajaran ok, supaya lo nanti jangan mudah kemakan sama cinta yang belum halal." sisi lain dalam diri killa bersuara.
Killa mengusap wajahnya dari sisah air mata. Kemudian ia bangkit dari duduknya lalu pergi meninggalkan tempat itu. Dalam hatinya selalu berharap agar bisa bertemu dengan laki-laki tadi suatu saat nanti. Untuk sekedar mengucapkan kata terimakasih karena telah mau menemaninya saat menangis.
"Gue berharap bisa ketemu lo lagi, peramal hati" batin killa.
***
Disebuah villa yang sengaja ia sewa. berada di sebuah desa terpelosok dengan suasana yang masih asri ketimbang di daerah perkotaan. Ya killa sekarang berada didesa dekat perkebunan teh. Setelah kejadian itu membuatnya ingin menjauh menuju zona nyamannya. Ia kesini untuk menenangkan diri, memperbaiki diri, dan yang pasti untuk menjauh, sejauh-jauhnya dari Dimas. Orang yang selama ini ia kagumi dan orang yang telah membuat hatinya seketika hancur.
Dengan sulitnya killa memohon kepada orang tuanya agar di izinkan untuk mengasingkan diri selama beberapa bulan didesa ini. Dengan satu syarat!. Killa harus mau menikah dengan laki-laki pilihan orang tuanya. Killa mau tak mau harus menerima itu semua.
Tok...tok...
Terdengar suara ketukan pintu, membuatnya buru-buru kedepan untuk membukakannya.
Saat pintu itu terbuka menampakan seorang perempuan seumurannya tersenyum manis kearahya. Membuatnya ikut tersenyum.
"Ini mbak killa ya?" tanyanya.
Killa mengangguk"iya ada apa ya?".
"Begini, mbak. Ibu inah sedang sakit. Jadi aku yang akan menggantikan pekerjaan ibu sementara waktu, menjadi art disini"killa lagi-lagi mengangguk.
"Nama kamu siapa?"tanya killa.
"Nama saya lilis mbak"
"Kalau gitu. kamu-lilis ikut saya masuk" ujar killa, menggiring lilis masuk kedalam villanya.
"Kamu nginap disini kan?" tanya killa, yang diangguki oleh lilis. Killa mengantar lilis ke kamar yang akan lilis tempati. Setelah itu ia memutuskan untuk tidur siang. Sebelum itu ia sempat berpesan kepada lilis supaya membangunkanya saat waktu asar tiba.
***
Killa pov.
Badan gue merasa lelah. Karena perjalanan dari Jakarta ke Malang yang sangat menguras tenaga. Baru saja gue sampai 3 jam yang lalu, bukanya istirahat gue malah keliling desa. Sambil menikmati keindahan pemandangan perkebunan teh. Sampai pada tahap pertemuan dengan seorang laki-laki yang gue beri julukan peramal hati.
Gue masih menginggat kejadian satu jam yang lalu. Tanpa malu, dan jaimnya. Gue nangis sejadi-jadinya didepan laki-laki yang belum gue kenal. Kalau saat itu ada yang merekamnya, gue jamin. Muka gue kelihatan jelek banget saat itu.
Gue menatap langit-langit kamar gue. Sambil menerawang kehidupan gue disini kedepanya gimana? Menyenangkan atau justru sebaliknya?. Setelah itu gue memejamkan mata, saat rasa kantuk menyerang penglihatan gue. Gue pun masuk kedalam alam mimpi.
"Gue ada dimana nih? Kok rame ya?, terus kenapa semua orang pake baju putih?." batin gue.
Gue masih bingung kenapa gue duduk diantara banyak orang dengan pakaian serba putihnya, gue pun sama menggunakan gamis putih. Semua orang antusias menatap kearah depan sana. Saat gue mencoba untuk mengarahkan tatapan mata kedepan. Seketika hati gue berdetak cukup kencang.
Gue cukup terkejut dengan kehadiran Ayah didepan sana tengah menjabat tangan seorang laki-laki yang posisinya itu munggungi para tamu.
"Saya terima nikahnya killa safitri dengan maskawin tersebut dibayar tunai" mata gue membulat dengan sempurna. Apa-apaan ini!, kenapa tiba-tiba gue nikah?!.
"Sah?" ujar pria paru baya, yang disebut pak penghulu.
"SAH" ujar semua orang.
"Ini gak boleh terjadi! gue belum siap jadi istri orang!." sisi lain diri gue bersuara. Setelah bergelut dengan pikiran dan hati gue sendiri. Tanpa sadar gue...
"TIDAK SAH!" teriak gue. Gak tau gue dapat keberanian dari mana. Setelah mengucapkan itu, gue menjadi objek tatapan para tamu.
Saat itu juga orang yang barusan menjabat tangan ayah, menoleh kebelakang. Gue terkejut bukan main, melihat laki-laki yang berada didepan Ayah itu adalah laki-laki yang gue temui didekan perkebunan teh. Laki-laki yang gue sebut sebagai peramal hati!.
"Gak, gak, gak, gak mungkin akhh...."Gue membuka mata dengan peluh yang membajiri bagian dahi. Napas gue naik turun tak beraturan. Pertanda apa lagi ini, ya Allah...?. Belum lama hati gue merasakan tenang pasca kejadian menyakitkan itu. Kini terisi lagi dengan rasa penasaran tentang mimpi barusan.
Ceklek...
"Ada apa mbak kok teriak, teriak" ujar lilis masuk kekamar gue dengan wajah cemasnya.
"Huffftttt.... Gak, gak papa kok. Cuma mimpi" ujar gue. Lilis hanya ber ouh ria kemudian ia pamit keluar untuk melanjutkan tugasnya.
"Ya Allah, apa maksud dari mimpi barusan?, Allah...jangan buat hati hamba yang rapuh ini dilanda oleh rasa penasaran dengan mimpi itu."batin gue.