Loading...
Logo TinLit
Read Story - Reaksi Kimia (update)
MENU
About Us  

Bisa dekat dengan induk dari orang yang kita kagumi, adalah hal terluarbiasa yang terjadi pada seorang pecinta.

Hari ini aku berniat memberikan hadiahku untuk Azza. Aku berangkat sepagi mungkin, tak ingin satu orangpun menghancurkan mood baik ku. Meskipun itu seorang guru, tak akan kuijinkan!

"Tumben bro udah dikelas" Ucap Dika mengejutkanku. Aku sampai sekolah tepat pukul 6 pagi, dan Dika sudah duduk manis di bangku nya saat aku datang. Jadi, jam berapa dia sampai?

"Kok lo udah disini?" Tanyaku penasaran.

Dika terkekeh "Kan gue nganterin ibu gue jualan ke pasar, jadilah gue dateng sepagi ini. Udahlah, perlu banget gitu gue kasih alasan ke lo? Mending gue lanjut tidur".

Dika mengambil posisi bersiap untuk tidur dengan kedua lengan diatas meja yang ia jadikan bantalan.

Dika memang pribadi yang baik, dia jarang jajan. Katanya masakan ibunya jauh lebih baik, dan lagi uangnya bisa dia tabung untuk bayar study tour.

Aku memasang earphone di kedua telingaku, aku ingin mencari ketenangan dalam lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Boyce Avenue.

Kusandarkan punggungku pada kursi milikku. Kulipat tanganku bersidekap didepan dada, menikmati setiap alunan musik yang menyejukan hati.

Tidak ada pemandangan yang lebih menarik dibanding pintu kelasku, aku tengah menunggu bidadariku hadir dari pintu itu.

Aku menoleh kedepan sejenak, leherku cukup sakit menoleh ke arah pintu selama 15 menit.

"Assalamu'alaikum" Ucap seorang gadis, yang tidak lain adalah gadisku. Aku hafal betul dengan suara, juga deru nafasnya.

"Wa'alaikumsalam" Jawabku dingin, aku tak ingin terlihat bahwa aku sedang menantinya.

"Varo, ucapan ayah saya jangan dianggap serius yah. Kamu ngga harus anterin saya pulang kok" Ucap Azza yang tanpa kuduga datang menghampiriku.

Aku mengernyit bingung sekaligus kesal "Maksud lo apa? Lo risih gitu kalo gue dateng kerumah lo?" Sentakku yang membuat dia terkejut, lalu memundurkan langkahnya.

"Bu,,,bukan gitu Varo. Saya cuma takut kalau hal ini membebani kamu" Ucap Azza takut-takut.

"Udahlah, gue bukan cowok brengsek yang ngga menepati janji. Gue juga mau belajar agama kok" Ucapku masih dengan wajah kesal.

Percuma saja aku datang pagi untuk menjaga moodku, nyatanya gadisku lah yang menghancurkannya.

"Terserah kamu, yang pasti maksud saya bukan begitu" Ucap Azza yang kemudian kembali ketempat duduknya, memasang earphone lalu menonton drama korea kesayangan nya.

"Ih gue keren banget sumpah, berasa jadi suami yang lagi ngambek sama istri" Batinku yang membuatku tersenyum geli sendiri.

~

Pelajaran berjalan seperti biasanya. Tapi sedikit berbeda karena aku tidak meminta Azza mengajariku, aku masih dalam mode marah padanya. Aku ingin dibujuk olehnya, tapi sayangnya dia bukan tipe orang yang peka terhadap perasaan seseorang.

Bel pulang sekolah berbunyi, dengan cepat aku mengambil mobilku yang terparkir di parkiran depan sekolah. Aku melajukan mobilku dan berhenti didepan gerbang sekolah tepat di depan gadisku.

"Pulang" Ucapku ketus kepada Azza yang tadi sedang mengobrol dengan ketiga sahabatnya.

Semua siswa dan siswi yang tengah menunggu jemputan mereka memperhatikan kami, dengan santainya Azza masuk ke mobilku tanpa perlu aku paksa, mungkin dia telah mendapat hidayah dari ketiga sahabatnya.

Azza menoleh ke kursi belakang. Dia melihat paper bag yang hendak kuberikan padanya tadi pagi, tapi tidak jadi karena dia merusak moodku.

"Itu apa...baby blue gitu?" Tunjuk Azza pada paper bag yang isinya lumayan terlihat.

"Hoodie nya kucing gue, kepo banget sih" Ucapku sekenanya, entah kenapa aku tidak bisa menahan kekesalanku terhadapnya.

Azza cemberut, dia kembali pada posisi duduknya. Sepertinya dia juga kesal padaku.

"Yaudah sih!" Ketusnya.

Eh, ternyata dia juga bisa marah...lucunyaaaa ulu uluh

Aku setengah mati menahan agar tidak tertawa ataupun tersenyum melihat pipi gadisku yang semakin terlihat chubby.

Setelah 15 menit perjalanan, kami sampai di rumah Azza. Tak ada percakapan selama perjalanan, baik aku maupun Azza sama-sama dalam mode marah saat itu.

Aku turun diikuti oleh Azza. seperti biasa, mama nya sudah menanti anak sulungnya pulang. Aku langsung bersalaman pada mama nya Azza yang ku panggil tante Kia.

"Halo tante Kia" Sapaku.

Tante Kia membukakan pagar, mempersilahkan kami berdua untuk masuk.

"kalau datang bertamu bilangnya Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh... Bukan halo" Ucap tante Kia dengan senyuman nya yang lembut. Jadi kangen mami.

"Laksanakan tante" Ucapku sembari memberi hormat pada camerku.

Aku duduk dimeja makan bersama Azza dan tante Kia, kami menunggu om Anhar atau ayahnya Azza pulang. Beliau pulang jam 5 sore, sedangkan sekolah kami selesai jam 4 sore. Tapi kami hanya perlu menunggu sekitar 25 menit setelah dipotong perjalanan pulang dan mengantri saat membeli makanan.

Untung saja tadi sebelum sampai rumah Azza, aku sempat membeli sup buah dan martabak keju dijalan. Tidak enak kan kalau numpang makan mulu dari kemarin.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh" Akhirnya ayah datang juga, ayahnya Azza maksudku. Tapi beliau memperbolehkanku memanggilnya ayah kok.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh" Jawab kami semua.

Azza serta tante Kia menghampiri om Anhar, mereka berdua mencium punggung tangan om Anhar.

Om Anhar melirik kearahku "Varo ngga salim sama ayah?"

Sekarang sudah official yah, aku panggil dia dengan sebutan ayah. Toh, beliau sendiri yang memberiku kode.

Dengan segera aku menghampiri ayah, aku mengikuti yang Azza dan tante Kia lakukan. Ayah mengusap kepalaku, memberiku rasa nyaman.

"Ini Varo yang bawa?" Tanya ayah padaku, yang kujawab dengan anggukkan kepala.

"Lain kali ngga perlu repot-repot yah, masakan mama jauh lebih enak daripada junk food kayak begini" Ucap ayah.

Aku tersenyum kikuk, itu kan makanan sehari-hariku. "Varo biasa makan-makanan kayak gini kok yah" Ucapku.

"Ngga boleh! kamu harus memakan makanan yang sehat. Junk food boleh saja, asal jangan keseringan"

Aku terharu karena perhatian ayah, aku jadi teringat pada papiku yang masih berada dalam perjalanan bisnis di London.

"Masalahnya Varo ngga bisa masak yah, dirumah kan cuma Varo sendiri. Bibi cuma bantu beres-beres doang, katanya bukan tugasnya untuk memasak" Ucap Varo apa adanya.

Ayah tersenyum, memberikan tatapan sendu padaku. Mungkin dia kasihan padaku. "Kalau begitu Varo makan disini aja, kalo ngga ajak Lea kerumah kamu. Dia bisa masak kok"

Alarm dalam tubuhku seolah berdering, dan mengatakan 'Lampu hijau nih!'

"Emang boleh, Yah?" Tanyaku memastikan dengan semangat 45.

"Ya ngga lah! Kalian bukan muhrim, kamu juga cowok normal kan? Ayah ngga mau ambil resiko" Sentak ayah.

"Iya lah yah, masa Varo ngga normal sih" Ucapku sambil mendengus kesal.

"Yasudah, kamu makan disini saja kalau begitu. Untuk sarapan, biar nanti Azza membawa bekal untuk kamu" Ucap tante Kia.

"Makasih ayah dan tante Kia" ucapku bahagia.

Selesai makan kami membersihkan diri, lalu bersiap untuk sholat maghrib. Setelah itu aku diajak ke kamar ayah dan tante Kia, dia mengajarkan aku bacaan sholat beserta tata caranya. Kami sholat berjama'ah, untuk saat ini masih ayah yang menjadi imamnya karena bacaan sholatku masih belum benar.

"Yah, Varo pulang dulu yah" Pamitku setelah selesai sholat maghrib.

"Iya, lain kali pulang abis isya bisa?" Tanya ayah sembari mengantarku keluar rumahnya.

"Nginep juga bisa yah!" Ucapku dengan cengiran yang menunjukkan gigi putihku.

Ayah menatapku dengan tatapan tajam, seolah tengah memberiku peringatan "Halalin dulu anak ayah, baru kamu bisa nginep" Ucap ayah.

ini ayah sukanya kode-kode terus.

"Boleh, yah?"
Ayah terlonjak karena terkejut mendengar pertanyaanku.

"Belajar dulu yang bener, baru halalin anak ayah... Mau dikasih makan apa si Lea kalo nikah sama kamu"

Aku berfikir sejenak "Makan nasi lah yah, harta Varo lumayan banyak kok. Perusahaan papi ada di Perancis dan Amerika, belum lagi restaurant juga hotel punya mami yang tersebar di Perancis. Ngga akan habis deh dimakan tujuh turunan juga".

Ayah menggeleng-gelengkan kepalanya, dia memandangku frustasi "Sekaya apapun keluarga kamu, tetep saja itu bukan hasil kerja keras kamu sendiri. Mau sampai kapan kamu ikut orangtua terus"

"Varo juga udah kerja kok yah, cuma fleksibel aja untuk waktunya...karena Varo main saham, lumayan sukses juga kok. Sebulan Varo dapet keuntungan 100 juta"

Ayah terkejut mendengar pernyataanku "Masyaallah, kamu uang segitu di sedekahkan ngga?"

Aku melirik sebentar kearah ayah yang menatapku menanti jawaban keluar dari mulutku. "Kadang, kalau ada pengemis yang kerumah Varo kasih aja yang ada dikantong Varo...entah itu ratusan ribu atau satu juta" Ucapku apa adanya.

"Gini yah Varo, seorang muslim itu wajib menyisihkan 2,5% penghasilannya untuk fakir miskin, anak yatim, seorang mualaf dan yang lainnya yang berhak menerima sedekah wajib it-".

"Jadi kalau 100 juta Varo harus mengeluarkan 2.5 juta rupiah" Sela ku dengan cepat.

Ayah menoleh kearahku "Cepet banget kamu berhitungnya"

"Iya dong! kan Varo mainnya saham. Jadi ngga boleh asal kalau hitung-hitungan" Sekali-kali membanggakan diri di depan camerku hehe.

"Terus selama ini kamu minta saya ajarin matematika dengan alasan ngga ngerti itu apa yah?" Kini bukan ayah lagi yang selalu terkejut, akulah yang terkejut saat ini.

"Maaf Za" Ucapku sembari tersenyum kikuk. Dengan secepat kilat aku berlari masuk ke dalam mobilku.

"Assalamu'alaikum ayah dan tante juga Azza. Varo pulang" Ucapku langsung menancap gas mobilku, aku sempat melihat raut wajah kesal dari gadisku.

How do you feel about this chapter?

0 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (4)
  • landon123

    Untuk judul tiap bab ini lebih tertata dan gue emang suka cara menulis lo yang semi baku, klo bisa di cerita baru lo tiap bab judul'y kayak gini aja

    Comment on chapter First Atom ♡
  • Tarikhasabis

    Wah, cerita kakak ternyata seru seru. Love it banget

    Comment on chapter First Atom ♡
  • sylviayenny

    idenya keren sih menurutku

    Comment on chapter First Atom ♡
  • GeorgeSimon123

    Sejauh ini mazih nyaman sih untuk dibaca, bagus lah bisa menarik perhatian pembaca untuk Next ke chapter selanjutnya. Klo update kabarin gue yap!!

    Comment on chapter Reduksi
Similar Tags
Sahabat
481      352     2     
Short Story
Dhea dan Gia merupakan sepasang sahabat yang oernah berjanji untuk selalu tampil kembar. Namun Gia lupa akan janji tersebut dan mengubah penampilannya. Tentu saja Dhea marah dan menjauhi Gia. Namun bagaimana bila Dhea mengalami kecelakaan dan membutuhkan donor jantung? Akankah Gia memberikan jantungnya untuk sahabat yang telah menyakitinya? Atau membiarkan Dhea meninggal? \"Dhea akan selalu...
Dibawah Langit Senja
1573      927     6     
Romance
Senja memang seenaknya pergi meninggalkan langit. Tapi kadang senja lupa, bahwa masih ada malam dengan bintang dan bulannya yang bisa memberi ketenangan dan keindahan pada langit. Begitu pula kau, yang seenaknya pergi seolah bisa merubah segalanya, padahal masih ada orang lain yang bisa melakukannya lebih darimu. Hari ini, kisahku akan dimulai.
Dira dan Aga
533      364     3     
Short Story
cerita ini mengisahkan tentang perjalanan cinta Dira
Definisi Kebohongan
659      402     4     
Short Story
Apa kalian tau pemicu paling fatal yang mengakibatkan kehancuran terbesar dalam suatu hubungan?
Mistress
2482      1269     1     
Romance
Pernahkah kau terpikir untuk menjadi seorang istri diusiamu yang baru menginjak 18 tahun? Terkadang memang sulit untuk dicerna, dua orang remaja yang sama-sama masih berseragam abu-abu harus terikat dalam hubungan tak semestinya, karena perjodohan yang tak masuk akal. Inilah kisah perjalanan Keyra Egy Pillanatra dan Mohamed Atlas AlFateh yang terpaksa harus hidup satu rumah sebagai sepasang su...
North Elf
2092      976     1     
Fantasy
Elvain, dunia para elf yang dibagi menjadi 4 kerajaan besar sesuai arah mata angin, Utara, Selatan, Barat, dan Timur . Aquilla Heniel adalah Putri Kedua Kerajaan Utara yang diasingkan selama 177 tahun. Setelah ia keluar dari pengasingan, ia menjadi buronan oleh keluarganya, dan membuatnya pergi di dunia manusia. Di sana, ia mengetahui bahwa elf sedang diburu. Apa yang akan terjadi? @avrillyx...
TITIK TERANG AKU BERPERAN, KELUARGA TERSAYANG
752      434     33     
True Story
Disaat kita mengejar sebuah impian, memang harus dibutuhkan keberanian yang besar untuk mewujudkan tujuan tujuan kecil tersebut, walaupun pada kenyataannya akan lebih sulit memiliki keberanian pada situasi kondisi yang sangat tidak mendukung. Maka teruslah melangkah hingga tujuan tujuan kecil yang sudah di rencanakan tersebut tercapai dan percayalah terwujudnya sebuah impian tidak hanya butuh ker...
Benang Merah, Cangkir Kopi, dan Setangan Leher
263      213     0     
Romance
Pernahkah kamu membaca sebuah kisah di mana seorang dosen merangkap menjadi dokter? Atau kisah dua orang sahabat yang saling cinta namun ternyata mereka berdua ialah adik kakak? Bosankah kalian dengan kisah seperti itu? Mungkin di awal, kalian akan merasa bahwa kisah ini sama seprti yang telah disebutkan di atas. Tapi maaf, banyak perbedaan yang terdapat di dalamnya. Hanin dan Salwa, dua ma...
FaraDigma
198      106     1     
Romance
Digma, atlet taekwondo terbaik di sekolah, siap menghadapi segala risiko untuk membalas dendam sahabatnya. Dia rela menjadi korban bully Gery dan gengnya-dicaci maki, dihina, bahkan dipukuli di depan umum-semata-mata untuk mengumpulkan bukti kejahatan mereka. Namun, misi Digma berubah total saat Fara, gadis pemalu yang juga Ketua Patroli Keamanan Sekolah, tiba-tiba membela dia. Kekacauan tak terh...
Teman Hidup
6283      2381     1     
Romance
Dhisti harus bersaing dengan saudara tirinya, Laras, untuk mendapatkan hati Damian, si pemilik kafe A Latte. Dhisti tahu kesempatannya sangat kecil apalagi Damian sangat mencintai Laras. Dhisti tidak menyerah karena ia selalu bertemu Damian di kafe. Dhisti percaya kalau cinta yang menjadi miliknya tidak akan ke mana. Seiring waktu berjalan, rasa cinta Damian bertambah besar pada Laras walau wan...