Niel menyusuri jalan kota itu sendirian. Jalan ini seperti suatu miniatur kota yang dibuat unutk menunjukkan cara hidup orang-orang yang tak pernah termakan masa. Ia tidak tahu di mana batas wilayahnya, tapi inilah jantung Nilfheim—Virginia. Di sini tempat yang selalu sama, tak terbatas, kata ayahnya waktu itu.
Dulu, keluarga kecilnya suka berjalan di bawah langit yang bertabur bintang. Mereka bicara tentang pindah ke kota lain, membangun rumah baru, lalu hidup sebagai keluarga petani. Meninggalkan seluruh ilmunya sebagai seorang ilmuwan. Mereka akan membangun taman dan ayunan untuk adiknya. Mereka akan menikah, punya anak, meskipun tahu, hukum Nilfheim sangat membatasi hal itu. Kebebasan memiliki anak tidak pernah ada sejak dulu.
Bintang-bintang yang dulu bertaburan, kini digantikan oleh kerlap-kerlip lampu di bawah langit yang suram. Gedung-gedung kota ini masih seperti dulu. Cukup modern dengan pencakar langit yang tinggi, sedangkan di sekitarnya masih terdapat rumah-rumah sederhana yang berhalaman luas. Rumah mereka bertingkat, tidak lebih dari tiga, berwarna seragam setiap bloknya. Mereka menanam bunga berwarna gelap sebagai tanda turut berduka atas kejadian biostigma yang memakan banyak korban. Mereka hidup, bekerja, makan, dan berkembang biak dalam keadaan yang sendu. Mereka masih bersedih, dan mungkin tidak akan pernah lepas dari bayang-bayang tragedi yang mengerikan.
Mereka miskin. Daging adalah barang mewah yang sulit didapatkan di Nilfheim. Mereka mengambil daging dari negara-negara lain, dengan jarak yang begitu jauh dan harus melewati pegunungan. Hanya orang-orang kaya yang dapat memelihara hewan ternak, memiliki ladang yang luas. Mereka menjual hasil tanaman mereka ketika musim dingin untuk mendapat uang yang banyak. Namun, tanpa sadar, mereka telah memakan daging manusia lain.
Tanah-tanah, ladang, lahan ternak, dan rumah-rumah bertingkat mereka bukan didapat dari hasil kerja keras. Mereka terlalu rakus sehingga tidak memedulikan orang lain. Peraturan mengenai perpajakan mereka langgar, memanfaatkan kuasa mereka untuk menyuap para keparat.
Ayahnya—Profesor Zackween—pernah bilang kalau negara ini sudah sakit sejak dulu, bahkan sebelum Grisham diangkat menjadi presiden. Dan … tidak ada yang bisa dilakukan selain membunuh orang-orang itu. Hukum tidak akan bertindak. Hanya sebuah tulisan tanpa nyawa yang dipajang, diperjualbelikan. Tidak ada yang murni tentang hukum.
Ia berbelok di tikungan menuju jalan raya yang menghubungkannya dengan sebuah taman. Terasa begitu menyenangkan ketika dirinya berjalan di atas trotoar yang terbuat dari semen yang terdapat beberapa retakan. Ia mengingat-ingat, seperti anak kecil, bagaimana dirinya dulu menginjak trotoar ini dan siapa yang bersamanya saat itu. Ia tidak pernah melewati trotoar di malam hari seperti ini. Hanya waktu siang dan di sepanjang jalan yang dilalui orang-orang.
Anak-anak yang bukan keturunan bangsawan hanya dianggap sampah masyarakat waktu itu. Jika para keparat itu melihatnya berjalan di malam hari, maka ia akan dianggap sebagai kriminal, lalu dipenjara.
Ia ingat aturan-aturan yang tak pernah diucapkan, tapi selalu diajarkan orang tua mereka. Jangan berjalan di malam hari, jangan mengenakan jas, jangan menyemir rambut, jangan berinteraksi dengan para bangsawan atau aparat keamanan. Pokoknya, terus berjalan ketika kau bertemu dengan mereka. Kalau ada yang bersiul, mencoba bicara, atau bertanya, jangan menoleh.
Ia memikirkan aturan-aturan itu dan merasa dirinya telah melanggar itu semua. Semua orang telah melanggarnya, termasuk para bangsawan yang mungkin saja saat ini sedang bersenang-senang ria. Atau para aparat yang berkeliling, mencoba mencari mangsa di malam hari. Tidak ada perempuan-perempuan berpakaian rapi di sini, di malam hari saat ini.
Di ujung jalan, ada sebuah perempatan. Ia berjalan menuju taman tempat mereka biasa bermain dulu. Taman dengan ayunan dan kotak pasir beserta sekop mainannya. Ia duduk di pinggiran kotak pasir, memainkan pasir dengan jari-jarinya yang kurus. Mengingat kembali pada masa-masa kecilnya.
Adiknya—Ellie.
Kotak pasir ini mengingatkannya pada perempuan itu. Perempuan yang telah mati dibunuh oleh para bangsawan yang mencoba menghentikan penyelamatan biostigma. Mereka menentang kehadiran Turk karena merasa diri mereka lemah. Mereka iri akan kehadiran Turk yang seolah menjadi pahlawan bagi penduduk Nilfheim. Hingga akhirnya mereka menjadikan Turk sebagai tokoh antagonis dan mereka sebagai protagonist. Namun, itu tidak masalah. Karena pada dasarnya, Turk bukan ingin menjadi pemeran protagonist di Nilfheim. Karena pada dasarnya, Turk hanya ingin membalas dendam pasca biostigma.
Namun, jika dipikir-pikir, apakah dirinya juga termasuk dalam hal itu?
Jemari yang kurus itu berhenti memainkan pasir, lalu ia mendongak. Awan-awan malam itu seolah membentuk tengkorak manusia, cukup mengerikan, tapi bagi Niel, itu bukan masalah. Tidak ada yang bisa menakutinya selain kerakusan manusia ini.
Tidak ada hal yang salah. Ia telah memilih jalan yang benar dengan bergabung bersama Turk. Orang-orang itu memang pantas dibunuh dan dipermalukan. Mereka telah membunuh banyak orang. Membunuh dan menyiksa orang-orang tanpa sadar. Tidak ada tindakannya yang salah.
Niel mengangguk-angguk. Tidak ada yang salah. Semua yang ia lakukan ini punya dasar.
Pembersihan kongres akan terjadi dalam waktu dekat. Sampai saat itu tiba, ia harus memperhatikan kota ini. Ia harus memperhatikan setiap jejak dan napas para penduduknya. Agar tidak satu pun orang yang bisa bermain kotor. Agar ia bisa melihat wajah-wajah asli penduduk Nilfheim yang rakus. Melihat bagaimana mereka berinteraksi dengan orang lain, dengan keluarganya, dan yang paling penting, adalah tentang pola pikir mereka. Sebentar lagi akan dimulai masa-masa kerakusan tertinggi para bangsawan Nilfheim. Mereka melakukan kampanye, berusaha meyakinkan para penduduk untuk memilih mereka, lalu mematikan suara penduduk ketika mereka telah berhasil. Dan, anggota kongres sebelumnya akan berusaha mengendalikan anggota kongres baru untuk mendapat kuasa. Atau, ada juga anggota kongres lama yang berusaha melengser posisi yang baru. Begitu seterusnya, seperti sebuah kebiasaan. Dan kata ayahnya dulu, kebiasaan sangat sulit dilepaskan. Jika bukan mengenai permainan nyawa, atau ketika nyawanya terancam, barulah kebiasaan itu lepas perlahan.
Waktu itu, lima tahun yang lalu, ketika pemilihan anggota kongres, ia juga melakukan hal ini. Turk melakukan hal yang sama, tapi semua ketenangan itu hanya terjadi di awal saja. Mereka saling membahu, tanpa ada rasa ego dalam diri perlahan berubah ketika terancam. Mereka perlahan mengabaikan kepentingan orang banyak, juga tugas mereka sebagai kongres. Mereka mulai hanya peduli dengan perut mereka sendiri, lalu mematikan yang lain.
Dan sesungguhnya, kanibal itu memang ada. Sebuah hal yang sangat lumrah dalam kehidupan ini. Bukan masalah makan daging manusia, tapi ketika manusia saling membunuh manusia lain. Itu benar. Mereka melakukannya dengan cara yang apik. Begitu apik hingga membuat para penduduk mengagumi mereka, menjadi protagonist yang baik, sedangkan di balik tangan, mereka menyimpan sebongkah batu yang besar. Mereka akan melemparkannya ketika terancam.
Jam besar yang tergantung di salah satu tiang taman menunjukkan hampir pukul sepuluh malam. Di jalan menuju taman ini, ia melihat dua anak kecil sedang berbincang, dengan orang tua mereka di belakang, memperhatikan sambil tersenyum-senyum kecil.
Orang itu, lelaki itu, sang ayah—James Bourn. Pasti dirinya akan menjabat sebagai legislatif sayap kanan. Sosok yang berbahaya, yang konon katanya, dirinya adalah penyebab biostigma terjadi. Orang ini … yang membunuhnya.
Benar. Orang ini telah membunuh banyak orang. Dan sekarang, setelah bersembunyi dengan baik selama bertahun-tahun, ia akan muncul sebagai kongres yang baru. Namun, hal itu tidak boleh terjadi lagi. Menjadikan orang ini sebagai kongres sayap kanan, yang dekat dengan presiden adalah kesalahan fatal. Grisham yang tolol itu mudah dikuasai.
Dan jika dibiarkan, orang ini bersama dengan komplotannya terdahulu, bersama dengan otak-otak penyebab biostigma akan kembali mengacau. Benar. Orang ini harus mati. Berbahaya.
Haruskah ia membunuhnya sekarang? Jika ia membunuhnya sekarang, maka ….
“Papa!” Niel tersentak ketika anak perempuan itu berseru memanggil sang ayah sambil menunjuknya. “Lihat! Ada orang. Apa Papa mengenalnya?”
Niel melihat ayahnya mengernyit, tidak menjawab pertanyaan sang putri dan memilih untuk memperhatikannya. Ia melembutkan tatapan, tidak boleh sampai ketahuan. Dan lagi, ia tidak ingin membunuh lelaki itu di hadapan anak-anaknya. Anak-anak yang tidak berdosa, yang lahir dalam ketidaktahuan akan dosa orang tuanya.
Lama lelaki itu terdiam, memperhatikannya dalam sebelum akhirnya bicara. “Tidak, bukan siapa-siapa,” katanya, “Ayo jalan.”
Mereka melanjutkan perjalanan, tapi Niel tahu ada yang disembunyikan sang ayah. Ketika mereka melewati taman, tatapan lelaki itu tertuju padanya, menyipit, seakan mengenali.
Mungkinkah lelaki itu mengingatnya?
Samar-samar, Niel menangkap gerakan mulut lelaki itu.
Profesor Zackween.
Ya, itulah lelaki yang kau bunuh. Profesor Zackween yang tewas dalam kejadian biostigma. Dan orang itu hanyalah satu dari sekian banyak pendosa atas kejadian biostigma, sekaligus penyebab kenapa Turk bisa menggila seperti saat ini.
Tidak apa.
Mereka akan mati sebentar lagi.