#
"Tak ada kejujuran dan pengorbanan terhebat daripada kejujuran dan pengorbanan seorang lelaki untuk sahabatnya..."
******
Gelap.
Sebuah cahaya menyadarkan kegelapan pikiranku, ku buka mataku perlahan, tumitku terasa perih dan sangat ngilu di bagian betis kebawah. Seseorang memanggil namaku, suara yang aku kenal benar.
"Nas..? Nanas..??" Kurasakan Sebuah sentuhan hangat di lenganku, ia mengelus-elusnya lembut.
"Adi.." aku melihatnya, melihat senyumannya.
"Syukurlah Nas.." ia mengelus rambutku dan memberikan senyumannya yang hangat, ku berikan senyumanku juga meski dengan sedikit meringis .
"Dimana ini Di..?" Tanyaku, kuedarkan pandanganku ke sekitar tempat itu, aku kenal tempatnya, aku pernah kemari beberapa kali karena aku terluka dan pingsan karena kecapekan. Ruang Kesehatan kampus.
"Ruang kesehatan kampus Nas.." jawabnya. Jawaban yang sudah ku tahu.
Kulihat wajahnya, tak ada luka atau apapun pada dirinya. Segera aku teringat kejadian tadi, aku ditarik oleh seseorang yang menolongku dari kecelakaan itu.
"Kak Juna?" Aku mencoba bangkit, kepalaku rasanya masih sangat sakit dan masih berputar-putar.
"Pelan Nas.." Adi membantuku bangkit "Juna ada di sebelah..dia pingsan.." jawabnya.
Benar, Berarti benar yang menolongku adalah Juna.
Tapi.. semuanya masih terasa membingungkan untukku, semua orang dekatku menyebutkan bahwa Juna adalah kekasihku namun entah mengapa hatiku condong pada Adi dan hanya ingin bersama Adi.
"Kamu butuh sesuatu Nas..?" Tawar Adi, ia memberikan segelas air putih padaku.
Aku menggeleng, kuminum air itu yang segera ia membasahi tenggorokanku yang terasa kering "terima kasih Adi.."
"Mau aku antar pulang?" Tawarnya lagi.
Aku mengangguk, setelah beberapa lama istirahat aku pulang bersama Adi.
"Nas.. kost kamu dimana?" Tanyanya ketika berada di jalan.
"Jalan Gunung Batu, gang Cadas Di.." jawabku.
"Ohh.. oke oke.." dia menjalankan motornya pelan dan mencoba mengajakku mengobrol ringan.
"Nas.. maaf yaa.. aku gak maksud buat ada di tengah-tengah hubungan kalian.." ungkapnya.
"Maksudnya?" Aku mendekatkan kepalaku pada helm Adi.
"Juna.."
"Kenapa Juna?"
"Dia menitipkanmu padaku.."
Kami sampai di depan kost-ku dan Adi meminta izin untuk berbicara sebelum aku masuk ke kamar.
"Maaf Nas.. bukannya aku lancang, tapi ketika Juna menitipkanmu padaku aku berniat untuk mengubah hatimu, perasaanmu padaku, tapi ternyata aku tak bisa seperti ini, Juna adalah sahabatku dari awal.."
"Aku masih tak paham Di.." kami duduk di depan kamar kost-ku.
"Juna adalah sahabatku, ia pernah bercerita tentangmu padaku, ketika itu aku mengingatmu, ternyata kamu adalah seseorang yang ada di masalaluku, kamu adalah cinta pertamaku. Juna menitipkanmu padaku ketika ia bermasalah dengan Hikma beberapa minggu lalu, ditambah setelah kejadian kemarin lusa, Juna bilang kamu lagi sakit.. makanya aku punya tugas buat jagain kamu, tapi nyatanya malah Juna yang susah payah menjagamu selama ini.." jelasnya.
"Aku sakit apa?" Kagetku, aku memang merasa tak enak badan tidak lebih, namun aku merasa jika benar Juna melakukan itu, itu sangat berlebihan.
"Entah Nas.." Adi berdiri dan pamit padaku dengan meninggalkan sebuah tanda tanya "aku akan jaga kamu semampuku Nas.. aku adalah temanmu, ketika kamu butuh bantuan, aku akan membantumu.."
"Tapi Adi.." aku ikut bangkit, Adi pamit dan segera menghilang dari pandanganku.
Kubuang nafasku berat, merasakan kebingungan yang tak kunjung menemukan titik jelas.
Aaahhhh Adi... kenapa kau berkata seperti itu..? Gumamku dalam hati.
****************
Ddddrrrtt
Ponselku bergetar, sebuah pesan whatssapp masuk dan segera aku buka.
Dhegh
Dari Juna dengan nama kontak Candra-ku, sebuah pesan yang cukup panjang, sebuah penjelasan yang tak cukup menjelaskan kebingungan dan tanda tanya dalam benakku.
Bintang ini aku, Candra..
Aku tau kamu gakkan inget aku buat beberapa saat ke depan, aku sadar saat ini kamu masih bingung dengan kehadiranku.
Jangan takut Bintang,
Aku akan jamin kau akan baik-baik saja..
Semua ini akan segera berakhir, semua kebingunganmu akan segera hilang..
Tunggu aku di kost mu, besok malam jika lukaku sudah membaik aku akan menemuimu, aku akan mencoba mengingatkanmu kembali.
Sekarang, istirahatlah Bintang..
Aku mencintaimu.
Aku terdiam menatap layar ponselku yang berisi chat dengannya.
Besok malam? Waduh bagaimana ini?
Aku masuk ke kamar dan segera mandi karena badanku masih terasa tegang dan butuh peregangan, apalagi setelah kejadian kecelakakaan tadi.
Dhegh!
Aku tadi kecelakaan?
Sebuah bayangan berkelebat dan ingatanku menampakkan sosok Juna, sosok Juna yang mengalir darah dari dahinya.
Juna yang menolongku.. Juna yang tadi memelukku erat.. Juna yang melindungiku.. Tapi...
Handuk yang tergantung di bahuku tiba-tiba menyenggol sebuah bungkusan, benda pemberian Hikma beberapa hari yang lalu, aku belum sempat membukanya.
Isinya apa ya?
Dengan ragu aku membuka ikatan benda kecil itu, dan ternyata sebuah cutter kecil yang tajam dengan bunga-bunga yang sudah mulai layu.
Apa ini?? Ada apa ini?!
***********
Romantiiiiiiissssss si Juna itu ya....
Comment on chapter #PrologBerkunjung balik ke ceritaku juga ya.