Read More >>"> The Diary : You Are My Activist (#Feeling Different) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Diary : You Are My Activist
MENU
About Us  

#Feeling Diferent

"Karena ketika hati kecilmu yang paling dalam mulai berbisik mengusik kegundahan jiwa, logikamu akan takluk.."

**********

Perasaan ini..

Dekapan ini..

Deru nafas ini..

Dan elusannya .. berbeda..

Berbeda dengan mimpi yang barusan aku alami..

Yaa.. berbeda..

"Maafkan aku Adi," aku melepaskan pelukanku karena malu, aku berhenti menangis karena beberapa orang menatap kami. Ia menggeleng, "syukurlah kamu baik-baik saja Nass.." ia mengelus rambutku. Kami pulang dan tak jadi menjadikan tempat itu sebagai tempat acara BEM, semua menyetujui keputusan ketua pelaksananya, Juna. Ahh.. iya, Juna tak banyak bicara, hanya Adi yang terlihat menjawab semua pertanyaan yang ditujukan pada ketua pelaksananya.

Semua kembali seperti biasa dan pulang ke tempat masing-masing, aku kembali ke kostku bersama Azura yang mengantarkanku. "Makasih Zura.. maaf merepotkanmu.." kataku setelah sampai di depan kostku.

"Iya kak Feb.. ga masalah, lagipula kak Juna yang memintaku secara pribadi untuk mengantarkanmu.."

Juna? Untuk apa Juna melakukan itu? Ahh.. mungkin tanda kepedulian seorang ketua pelaksana pada anggotanya.

Azura memberikan sebuah benda yang terbungkus sebuah kain warna abu-abu "ini dari kak Hikma, ia menitipkannya untukmu.." Aku menerima benda itu, dan segera masuk ke kamarku setelah Azura hilang dari pandanganku. Kusimpan benda itu diatas meja riasku, aku ingin segera mandi dan istirahat karena tubuhku sudah sangat kotor dan butuh air untuk membersihkannya. Mandi memang sangat efektif untuk mengembalikan moodku yang buruk, aku men-charge ponselku dan menghidupkannya hingga beberapa notifikasi muncul di layarnya.

Kulihat satu persatu notifikasi itu dan banyak sekali pesan dari Adi dan Juna, kubuka pesan dari Adi terlebih dulu dan aku tersenyum senang melihat perhatian Adi padaku, ia menanyakan keadaanku dan memintaku untuk istirahat. Setelah itu kulihat pesan dari Juna, ia meminta maaf dan ia akan datang ke kost-ku malam ini.

Ada apa Juna mau menemuiku? Juna tahu kost-ku? Padahal aku ingin Adi yang mengatakan itu, aku sudah rindu sekali padanya meski baru berpisah beberapa jam lalu. Ketika kubalas pesan itu, operatorku memberitahu bahwa kuota paketku sudah habis.

Ahh.. damn! Aku malas untuk pergi ke counter dan memutuskan utuk beristirahat saja, tubuhku sudah sangat lelah.

********

Dddrrrtttt ddddrrrrttt

Dering ponsel menggema di kamar kost-ku, aku mencoba membuka mataku yang masih rapat, aku merasakan tubuhku sangat sakit dan sulit untuk bergerak. Aku lihat layarnya, nama Juna tampak jelas sebagai pemanggilnya. Aku mengerutkan dahiku, Ada apa Juna menelponku? Apa mungkin urusan acara BEM itu?

Dengan ragu aku menerimanya "yaa Hallo?" aku memulai menyapanya.

"Bii.. aku udah depan kost, kamu ada di kost kan?" Tanyanya dari seberang, "aku bawa mie ayam dari kaffe Nayra.." katanya.

Apa? Juna ada di depan kost-ku? Mie ayam? Kaffe Nayra? Kenapa ini bisa terjadi?

"Bii..? Hallo..? Hallo..?" Suara seberang menyadarkanku "aku masuk nih yaa.. aku udah depan kamar kamu.."

Dhegh!

Apa? Kenapa? Kenapa Juna bisa ada disini? Aduuh apa yang harus aku lakukan?

"Bii.. buka pintunya.." katanya. Pintu diketuk, dan itu pasti Juna, aku mencoba bangkit dan membuka pintu dengan rasa takut dan waswas. Kriiiieeeeeeett

"Haii Bii.. sudah makan?" Tanyanya di balik pintu itu, ia tersenyum sangat manis dan hatiku sepertinya meleleh pada sosok lelaki yang ada di hadapanku.

Aaaarrgghh! Tidak Febri! Di hatimu hanya ada Adi, yaa hanya Adi. "Mm.. kak Juna.." aku tersenyum paksa, aku bingung harus melakukan apa di depan lelaki keren itu.

"Bii? Kamu baik-baik aja kan?" Tanyanya, aku mengangguk pelan. Ia masuk ke kamarku dan segera mengambil mangkuk lalu menuangkan mie ayamnya "makan yuk Bii.." ajaknya.

"Bii?" Aku mengerutkan dahi "Bii itu siapa?" Tanyaku heran.

Ia sontak berdiri dan menghampiriku, ia menatapku heran. Ia mengelus pipiku hangat, ia menundukkan kepalanya dan memejamkan matanya, ia memiringkan kepalanya dan mendekati wajahku.

Aarrgghh! apa yang akan lelaki keren ini lakukan padaku? Apa ia ingin menciumku? Ada apa ini? Ahh.. Adii!! Tolong akuuu!

Aku menamparnya pelan, "apa yang kakak lakukan??" Kagetku. "Bii.. kamu kenapa?" Tanyanya, ia menatapku namun kini tangannya memegang lenganku.

"Bii? Siapa Bii? Kak Juna mungkin salah orang.." aku mencoba melepaskan tangannya. "Ya Tuhan.."

Ia melepaskan tanganku, ia mundur dan menatapku tak percaya "kamu Bintangku.. Bii.. Bintang.." katanya "aku kekasihmu Bii.. kamu biasa memanggilku Candra.."

"Kenapa harus memanggil itu? Kapan kita menjadi sepasang kekasih?" Bingungku. "Jangan bercanda Febri Anastasya.." katanya terdengar tegas.

"Bercanda apa maksudnya? Aku tak mengerti.. aku tak mengerti apa yang kak Juna katakan.. jangan membuatku bingung.."

"Febri, aku Juna Satria.."

"Yaa.. aku tahu, kakak Juna Satria.. kakak ketua pelaksana acara BEM itu kan?" balasku, Ia menepuk dahinya, ia duduk bersila dan memakan mie ayamnya. Aku hanya terdiam melihatnya makan sendiri, aku ikut duduk. "Makan dulu Bii.." katanya, ia sodorkan semangkuk mie ayam dari kaffe Nayra itu "aku lapar dan ingin makan dulu, nanti aku akan teruskan bicara denganmu.." katanya.

Aku melihat mie ayam itu, aku memang lapar beberapa waktu lalu, dari siang aku memang belum makan. Aku melihat Juna dengan semangat melahap mie ayamnya, ia menatapku dan mempersilahkanku makan.

Aku mengambil mangkuk itu dan menyuapkan mie ke dalam mulutku, ini mie yang sangat enak, aku suka. "Kesukaanmu Bii.. ekstra kecap.." gumamnya dengan mie masih bergelantungan di mulutnya.

Dhegh!

Lelaki ini tahu? Darimana?

"Habiskan ya Bii.." pintanya, ia menghabiskan mie ayam terakhirnya. Aku berhenti makan dan mulai bertanya padanya.

"Jadi.. ada apa kak Juna kemari?" Tanyaku. "Apa kamu terluka ketika malam kemarin?" Aku menggeleng. "Apa aku menyakitimu ketika aku mengamuk kemarin..?" Tanyanya lagi.

Kembali aku menggeleng, apa maksudnya bertanya seperti itu? "Aku baik-baik saja kak.." jawabku "tolong kalo udah selesai makan kakak boleh pergi, ini udah malem soalnya.." Juna bangkit, dia terlihat murung dan berjalan keluar kamarku pamit

"Bii.. aku pamit yaah.." katanya.

Listi lewat di depan kamarku dan menyapa Juna "ehh.. kak Juna.. kenapa jam segini udah pulang? Atau kalian mau keluar ya?" Aku tak percaya akan apa yang Listi katakan, aku tak mengerti dan hanya menggeleng pada Listi. "Hahaa.. kak Febri-nya lagi sakit dee.. tolong jagain dia yaa.." kata Juna.

"Ha?" Aku heran.

"Kak Febri sakit apa?" Tanya Listi.

"Aku gak sakit Listi.." jawabku, namun Juna terkekeh dan meminta Listi untuk menjagaku lalu pamit.

********

Ddrrrttt dddrrttt

Ponselku bergetar, pesan dari Juna. "Selamat malam Bintangku.. aku sayang kamu.."

Dhegh!

Kenapa Juna mengirimiku pesan seperti ini? Apa ada yang salah atau bagaimana?

Aku scroll bagian pesan sebelumnya dan kubaca perlahan-lahan, sebuah kenyataan yang tak dapat kupercaya. Chat itu sangat mesra dan aku melakukannya dengan Juna. Kenapa? Sejak kapan? Bagaimana bisa?

Segera aku menghubungi Nayra dan menanyakan beberapa hal, namun jawaban Nayra juga membuatku tak percaya. Ia memberitahuku bahwa Juna memang kekasihku dan itu sudah berjalan hampir satu tahun ini, ia mengatakan bahwa Hikma adalah orang yang selalu mengancamku. Otakku rasanya terus berputar dan aku pikir aku harus istirahat untuk malam ini, karena aku sudah sangat lelah. Kutatap mie ayam yang ada di mangkuk, belum kuhabiskan, perutku sebenarnya masih lapar dan aku senang dengan mie ayamnya, jadi ku lahap saja mie ayam itu.

*********

Aku membuka mataku dan menyadari tengah berada di ruangan yang berisikan beberapa orang yang tengah mengobrol entah tentang apa, Sora dan Azura sedang sibuk dengan laptop mereka masing-masing. Dan aku, hanya diam dan menyapu pandang di sekitarku, kini aku berada di sekre.

Dddrttt dddrrtt

Ponselku bergetar dan kulihat layarnya, sebuah pesan masuk dan aku membacanya, pesan dari Juna yang mengingatkanku makan. Kenapa Juna harus mengingatkan hal-hal seperti itu padaku, aku segera menuju ke kantin untuk makan siang karena aku memang sudah sangat lapar. Ku pesan lontong kari dan menunggunya, Adi tiba-tiba duduk di depanku dan ikut memesan bubur.

"Hey Nas.." sapanya, jantungku tiba-tiba berdegup kencang, senyuman Adi membuat hatiku rasanya berbunga-bunga. Aku hanya tersenyum dan menyimpan ponsel yang sedari tadi kumainkan. Tak lama pesananku datang dan aku tinggal menunggu pesanan Adi, "Nunggu ya Nas? Hhee" katanya.

Aku mengangguk dan tersenyum, seseorang menepuk pundakku dan menyapaku. "Hey Bii.." Juna duduk di sampingku dan ikut berbincang, Adi terlihat akrab dengan Juna, mereka sepertinya adalah sahabat. Aku pamit setelah menghabiskan makananku karena aku merasa hanya jadi pendengar mereka berbincang, perbincangan merekapun hanya sebatas perkuliahan dan kegiatan BEM yang tak kupahami.

"Kemana Nas?" Tanya Adi.

"Mau pulang.. hehe" jawabku.

"Ohh.. hati-hati yah.." Adi melambai dan tersenyum padaku.

"Jangan lupa kuncinya bawa lagi ke dalem yaa Bii.. jangan ditinggal di depan pintu.." Juna ikut melambai.

Dhegh!

Kenapa Juna tahu aku suka lupa membawa kunci kamarku dan membiarkannya terpasang di pintu luar? Ahh.. Apakah benar Juna adalah kekasihku?

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 1 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • nuratikah

    Romantiiiiiiissssss si Juna itu ya....
    Berkunjung balik ke ceritaku juga ya.

    Comment on chapter #Prolog
  • Chaelma

    @Ardhio_Prantoko wahhh makasih kak, aku juga kemaren udah ikutin saran kakak, dan ngedit banyaaak hehe.. makasih saran waktu kmaren ya kak 😊

    Comment on chapter #Flashback
  • Ardhio_Prantoko

    Kayak kisah nyata ya. Save dulu, mau aku baca habis. :D

    Comment on chapter #Flashback
Similar Tags