Read More >>"> The Diary : You Are My Activist (#The Light) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Diary : You Are My Activist
MENU
About Us  

#The Light
When you are in the dark, just believe that love will be the light
*Author*
*********


Ponsel Adi mati beberapa menit yang lalu, ponsel Juna rusak, dan tinggal ponselku yang menyalakan senter sedangkan baterainya sudah mulai low.
Blep!
Ponselku akhirnya mati dan keadaan menjadi gelap.
"Adi.. aku takut gelap.." aku mendekat pada Adi dan Adi menggenggam tanganku hangat.
"Sebentar lagi Nas.." katanya "tenang saja.." 
Sebuah tangan menggenggam tanganku yang satunya lagi, aku menoleh namun aku tak dapat melihatnya, pasti Juna.


Ahh.. Kenapa Juna harus menggenggam tanganku? Aku lebih nyaman Adi yang menggenggam tanganku..
Aku melepaskan tangan Juna perlahan, tak berapa lama dari itu sinar senter menyorot kami dan teman-temanku di UKM Sastra. Azura menghampiriku.
"Kak Febri gak apa-apa?" 
Aku mengangguk, setelah itu kami harus bermalam di sebuah rumah warga tak jauh dari tempat awal kami masuk daerah itu karena malam mulai larut. Kulihat Hikma duduk di depan salah satu rumah warga, kami menghampirinya dan beberapa orang berbincang dengan pemilik rumahnya.
"Bu, kami mohon izinnya untuk menginap di rumah ibu malam ini.." kata Adi.
"Iya neng, aa.. tidak apa-apa.. sudah jadi tugas manusia untuk saling tolong menolong.." ungkap seorang wanita paruh baya dengan baju sederhana dan wajahnya yang ramah.
"Makasih bu.." katanya.
kami menginap di rumah sederhana itu. Para perempuan tidur di dalam rumah dan para laki-laki tidur di luar.
Kucuci kaki dan tanganku, sebuah garis di tangan kananku terasa sangat perih, punggungkupun terasa sangat berat. Aku segera menuju tempat istirahatku bersama Azura, Hikma dan lain-lain.
"Kak Febri tadi sampai mana? Kok kak Juna sampe keliatan kayak gitu sih?" Tanya Azura, ia terbaring di sampingku.
"Kakak gak tau Zura.." jawabku singkat "tadi keburu gelap sih"
"Hmm.. tadi kak Juna kasian banget kak.. dia tepar dan pingsan.." katanya.
Juna pingsan? Ya terus?  Aku harus peduli? Yang penting bagiku adalah Adi baik-baik saja.. Aku senang tadi Adi menggenggam tanganku.
"Hmm.. semoga besok semua baik-baik saja yaa.."
Azura mengangguk segera mengakhiri obrolan dengan ucapan selamat tidur.


Dhegh!
Aku merasa ada sesuatu yang janggal dari peristiwa ini, tapi apa?
Kupejamkan mataku yang sudah sangat lelah, ku luruskan tubuhku dan kuatur nafasku setenang mungkin. Aku harap semuanya baik-baik saja dan besok sudah bisa kembali beraktivitas.
*********


Dua orang berdiri di hadapanku dengan mimik wajah yang berbeda, ada Juna dan Adi dengan kemeja putih di sebuah taman yang segarkan mata.
Juna menatapku dengan tatapan hangat, ia membuatku tersenyum, ia memegang sekuntum bunga mawar merah yang cantik.
Adi menatapku dengan senyuman ceria dan gigi rapinya yang menawan, ia juga memegang sekuntum bunga krisan putih yang elegan.


Ada apa ini?
Mereka berjalan menghampiriku dan memberikan bunga yang mereka pegang padaku, aku terdiam menatap Juna dan Adi bergantian.


Itu bunga untukku?
Aku tersenyum pada keduanya, aku berniat untuk menerima kedua bunga yang ada di hadapanku. Namun sebuah tangan menampik kedua bunga yang telah kupegang hingga bunga-bunga itu terjatuh, aku menoleh pada pemilik tangan itu, sebuah tatapan dingin dan senyuman mematikannya ia lemparkan padaku.
"Kau harus mati Bintang!" Gumamnya, ia mendorongku dan aku terjatuh.


Dhegh!
Aku terduduk di sebuah jalan raya yang sepi.
Kenapa ini? Dimana ini?
Aku melihat Juna dan Adi melambai padaku dari jauh, mereka seakan berteriak tapi aku tak dapat mendengar teriakannya. Aku memicingkan mataku dan kulihat gerak bibir Juna, perlahan kubaca bibirnya.
"A-was?" Aku tak paham, namun Adi menunjuk kearah kananku, aku menoleh dan aku menemukan sebuah mobil melaju kencang menujuku.


Ya Tuhan!!


Aku tak bisa menggerakkan tubuhku, sungguh tak bisa. Semakin aku ingin lari semakin berat dan kaku tubuhku.
"NANAASS.." suara Adi,
Seseorang memegang tanganku dan menarik tubuhku, aku merasa berada dalam sebuah dekapan hangat seseorang yang aku kenal.


Deg deg deg deg deg deg
Jantungnya berdegup sangat kencang, namun perlahan nafasnya menenang diikuti degupnya yang kembali normal.


Deg deg deg deg deg deg deg
Dekapan hangat ini..
Aku pernah merasakan dekapan hangat ini...
Dekapan dan elusan pelannya..
Deru nafasnya yang tenang..
Ini....
Aku tahu ini dekapan siapa..
Ini dekapan....


Kutengadahkan kepalaku perlahan, mencoba melihat pemilik tubuh hangat ini, pemilik jantung dan nafas yang tenang ini.


BRAKK!!
Tubuhku terguncang pelan, aku membuka mataku dan Azura memberikanku segelas air putih, ia membangunkanku dan mengusap wajahku, ternyata aku berkeringat sangat banyak hingga tubuhku terasa basah.
"Kakak tidak apa-apa?" Tanya Azura.
"Azura?" Aku melihat beberapa orang tengah berkumpul mengerubungiku dan menatapku heran "ada apa ini?" Tanyaku.
"Nas.." Adi menghampiriku, ia mengusap wajahku yang masih berkeringat.
"Adi..?" Aku hanya menatapnya, jantungku masih berdebar-debar meski aku masih bingung dengan apa yang terjadi.
"Nanas.." panggilnya "iya ini Adi, Nass"


NANAS?
Suara yang tadi memanggilku 'Nanas' adalah suara Adi, apakah yang mendekapku juga Adi?
Aku mendekap Adi sembari mulai menangis "aku takut Di.. ya Tuhan.."
Adi memelukku balik dan mengelus rambutku.


Dhegh!
Perasaan ini..
Dekapan ini..
Deru nafas ini..
Dan elusannya ..
berbeda..
Berbeda dengan mimpi yang barusan aku alami..
Yaa.. berbeda..

*******

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 1
Submit A Comment
Comments (3)
  • nuratikah

    Romantiiiiiiissssss si Juna itu ya....
    Berkunjung balik ke ceritaku juga ya.

    Comment on chapter #Prolog
  • Chaelma

    @Ardhio_Prantoko wahhh makasih kak, aku juga kemaren udah ikutin saran kakak, dan ngedit banyaaak hehe.. makasih saran waktu kmaren ya kak 😊

    Comment on chapter #Flashback
  • Ardhio_Prantoko

    Kayak kisah nyata ya. Save dulu, mau aku baca habis. :D

    Comment on chapter #Flashback
Similar Tags