#flashback
Flashback adalah dimana kamu inget masalalu dan kamu merasakan sesuatu yang berbeda dalam hatimu
*Author*
๐พ*******๐พ
Aku membuka lembar demi lembar album photo yang baru aku tahu tersimpan di lemari besar yang ada di ruang tengah tempat biasa aku menonton tv bersama keluarga yang lain. Banyak sekali potret masa kecil bersama keluarga sederhanaku, aku menerawang jauh memainkan memori yang ada di photo itu.
"Nas.." seseorang memanggilku, ia adalah ibuku, ia menghampiriku dan ikut duduk di sampingku.
"Bu.. aku seperti apa dulu ketika masih kecil?" Tanyaku, jujur saja aku sedikit lupa dan ingin ibu menceritakan kembali masalaluku.
"Kamu dulu lincah Nas.. kamu anak yang selalu bersemangat dan antusias.." ibuku seperti merawang ke masalalunya, senyumannya tertaut hangat di bibir tebalnya "dulu pas kamu masih kecil, kamu suka main sepeda dan sering jatuh.. tapi kamu gak cengeng.. ibu seneng liat kamu.. trus kamu suka banget pelajaran matematika sama bahasa inggris pas SD, kamu bilang itu pelajaran favorit kamu..." ibu mengelus rambutku dan merangkulku hangat.
Aku terbenam dalam pelukan ibu dan bersandar padanya sembari melihat-lihat photo yang lain. Sebuah photo ketika aku kecil bersama seorang anak laki-laki menggelitik memoriku,
ahh siapakah ini?
"Bu.. ini siapa? Apa ini Adi?" Tanyaku.
Ibu mengangguk, ia menunjuk anak laki-laki bergigi ompong yang tengah tersenyum itu.
"Dulu Adi suka banget sama kamu.. dia slalu nyamper maen tiap hari ke rumah kamu pas masih di rumah nenek.." ibu terkekeh.
"Ibu serius pas bilang bu Dewi mau jodohin Adi sama Nanas?" Tanyaku, ibuku hanya mengangguk.
Aduuhh... pantes bu Dewi kenal sama aku dan baik banget sampe ngasih oleh-oleh segala..
Kubuang napasku, aku kembali melihat-lihat photo album itu satu persatu. Ingatanku mulai terkumpul dan Adi masuk, dia adalah sosok anak yang ceria dan aku adalah anak perempuan yang tomboy. Aku ingat dalam photo itu Adi merangkulku dan tertawa bersama ketika main di kebun belakang, kami membuat markas yang terbuat dari kain dan bilik kayu yang di desain oleh orang tua Adi untuk tempat kami bermain.
Kami adalah segerombol anak yang selalu bersama, 5 orang sekawan itu adalah aku (Febri), Adi, Mega (teman SDku), Gita dan Hari (teman sepermainan Adi). Kami selalu bersama sepulang sekolah, entah itu untuk bermain, berpetualang, atau bahkan untuk mandi bersama dan main air di sungai yang kini sudah tak ada di sana digantikan oleh saluran air dan jembatan besar.
Satu waktu kami bermain petak umpet, dan Gita menjadi penjaganya. Kami sembunyi di tempat rahasia kami masing-masing, dan saat itu Adi bersamaku yang mencari tempat baru untuk bersembunyi. Aku memang anak yang aktiv, aku mendapatkan tempat persembunyian yang waktu itu aku tak tahu dimana, Adi mencoba mengajakku kembali namun aku terus pergi menjauh dan Adi mulai kembali tanpa aku.
Senja pamit dan langit gelap mengantarkan malam. Aku herhenti dan mulai merasa aku telah begitu jauh dari mereka, suasana sudah gelap dan aku berada di kebun yang antah berantah kebun siapa, banyak sekali pohon bambu dan daunnya berserakan terinjak kakiku yang telanjang.
Aku memanggil teman-temanku dan mulai menangis ketakutan, aku takut gelap dan hal-hal yang berbau mistis, aku tak dapat melihat apapun malam itu, kembali kupanggil teman-temanku.
"Gitaaa...." teriakku, beberapa nyamuk mengusili kulitku dan membuatnya gatal, kuusir mereka dengan tanganku.
"Hariiiii...." panggilku, nyamuk itu menyerang kakiku yang telanjang.
"Uuhuhuu.. Megaaa..." aku menangis tersedu.
"Nanas?" samar-samar aku mendengar seseorang memanggilku, suara Adi.
"Nas?" Ia memanggil kembali.
Ahh iya itu Adi.. Adi.. dimana kamu?
Semuanya gelap, langitpun pekat tanpa rembulan dan gemintang, aku tak tahu arah dan jalan pulang, suara Adi pun mulai menghilang gemanya.
"Adiiii...." teriakku, aku mencoba menahan tangisku karena takut, ibu bilang jika aku berteriak dan berisik aku akan dibawa oleh makhluk astral semacam wewe gombel.
Beberapa saat lalu ada sesuatu yang melingkari kakiku, sesuatu yang licin dan dingin, mungkin itu adalah ular, aku tak tahu. Aku melangkahkan kakiku dan terperosok dalam sebuah lubang, aku berteriak dan menangis sejadi-jadinya. Aku memeluk lututku, aku merasa aku akan berakhir disini, aku sudah merasa sangat lemas.
"Nanas?" Panggilnya.
Itu suara Adi, aku merasa Adi ada diatas sana. Aku bangkit namun kakiku sangat ngilu.
"Nas? Di mana?" Panggilnya.
"Adiii?" Aku berteriak dengan sisa tenagaku. Berharap itu benar-benar Adi.
"Tunggu Nas.. aku kesana.." katanya, suara Adi menghilang digantikan dengan gerusukan daun-daun kering.
Blugh!!
Adi menindihku, aku kaget dan menangis tersedu-sedu.
"Nanas.. maaf.." katanya, ia bangkit dan memelukku "tenang Nas.. ada aku.. aku bakal lindungin kamu.."
Beberapa orang dewasa memanggilku dan Adi secara bergantian, aku merasakan jantung Adi yang berdebar, mungkin saat itu Adi pun ketakutan.
"Mang!!! Adi disini mang!!!" teriaknya.
Pada akhirnya kami ditemukan dan aku kembali ke rumah dengan tersedu, ibuku memelukku dan marah, ia memukul pantatku lalu kemudian membawaku mandi. Kakiku terkilir dan bengkak, bisa ular itu mungkin telah melumeri kaki kananku. beberapa luka baret juga menghiasi tangan kanan dan kiriku.
Beberapa hari kemudian aku kembali bermain dengan sekawananku, kami bercerita tentang petak umpet kami terakhir, katanya mereka telah menemukanku dan pulang bersama denganku dan Adi, tapi Adi kembali ke kebun dan mencariku, padahal mereka sudah pulang ke rumah masing-masing.
Itu yang selalu jadi misteri untukku hingga saat ini, siapa sosok diriku yang katanya pulang bersama teman-temanku itu?
************
Aku tersenyum mengingat mereka, Ahh apa kabar mereka ya.? Aku rindu..
Aku hanya bertemu dengan Adi, teman-temanku yang lain itu tak ada kabar sama sekali. Aku menutup album photo itu menyudahi kenangan-kenangan masa kecilku.
Ibuku tidur di sampingku dengan tv masih menyala. Aku membangunkannya dan memintanya untuk pindah ke kamarnya sekaligus meminum obatnya, ia harus segera sembuh, aku tak ingin melihatnya sakit.
******
Aku membaringkan tubuhku diatas ranjang yang aku rindukan hampir selama dua bulan ini tak pulang.
Ahhh.. lega rasanya..
Waktu menujukkan bahwa malam telah memintaku untuk bergumul dengan selimut hangatku. Aku menyimpan ponselku yang masih dengan switch off diatas meja kecil di samping tempat tidurku, aku mencoba memejamkan mataku dan mengistirahatkan tubuhku. Perjalanan dari rumah nenek ke rumahku itu cukup melelahkan dan aku ingin istirahat.
Aku baru teringat bahwa aku harus menghubungi Nayra jika aku sudah ada di rumah, dengan tubuh yang sudah lemas aku mengambil ponselku dan menghidupkannya hanya untuk menghubungi Nayra. Aku harap tak ada sesuatu yang membuatku sakit lagi di ponselku, aku mematikan ponsel itu selama ini hanya ingin ketenangan dan terbebas dari gangguan gadis bernama Laras Hikma itu.
Biipp
Ponsel menyala dan beberapa notifikasi memenuhi layar ponselku, aku segera melihatnya dan harapanku ternyata tak terwujud, sebuah nomor -tak tersimpan- yang aku kenal dengan baik itu mengirim pesan yang membuatku muak.
Ya Tuhan kuatkan hatiku, ringis hatiku
Lima pesan berturut-turut dari nomor yang berakhiran angka -922 itu terpampang jelas, pesannya pun beragam.
Pesan 1
Heh jal*ng, aku senang Juna akhirnya meninggalkanmu.. hahahaahaha
Pesan 2
Harusnya lo tau diri B*GO..!! Hahahhaha rasain akibatnya sekarang!!
Pesan 3
Hah rasain cewe murahan!!!
Pesan 4
Gue menang, mulai sekarang Lo jauhin hidup Juna dasar per*k!!!
Pesan 5
Hahahahahaha..
Aku hanya menelan ludahku dalam-dalam dan membiarkan pesan itu teronggok seperti sampah, kali ini takkan kubuang sampai kapanpun.
Sebuah pesan dari Juna pun masuk.
Maafin tingkah Hikma ya Feb..
Aku tersenyum pahit dan melihat pesan itu lekat-lekat, aku berpikir ada dua kemungkinan dia mengirim pesan itu. Pertama, Juna tak ingin aku terluka atau kedua Juna ingin membela gadis itu.
Ahh entahlah.. Euh! Untuk apa dia mengirim pesan seperti itu?!!
Hatiku kesal dan segera saja menghubungi Nayra untuk menunaikan janjiku menghubunginya ketika sampai di rumah. Nayra segera mengajakku ke tempat-tempat yang selama ini telah kami rencanakan untuk liburan. Kami mengatur janji dan akan bertemu esok lusa.
********
Aku menyiapkan segala sesuatunya dan bergegas pamit pada ibu, kini aku bisa bernapas lega karena ibu sudah lebih baik dan aku bisa pergi berlibur beberapa hari ke depan.
Nayra menungguku di depan rumah dengan sebuah ransel besar di punggungnya, aku menatapnya heran.
"Kita mau kemana sih Nay?" Tanyaku "kok banyak banget barang bawaannya?"
"Kita ke Puncak Feb.." dengan semangat ia mempersilahkan aku duduk dibelakangnya.
"Puncak mana sih Nay?" Tanyaku, semalam Nayra memang tak bilang ia akan kemana, ia hanya mengajakku untuk menginap di tempatnya selama beberapa hari.
"Ya Bogor laah.." jawabnya.
Dheg!
"Hah?" Aku tak percaya akan apa yang aku dengar, Nayra mengajakku ke puncak Bogor?? Bukan kah Juna juga mengajakku ke Puncak waktu itu?
Kubuang napasku, berharap Juna tak ada disana atau jadwal perjalanannya berbeda dengan kami. Di perjalanan kami mengobrol kesana kemari melepas rindu, ternyata sekarang Nayra sudah punya sebuah usaha kafe kecil-kecilan di sekitar perumahannya, ia akan launching minggu depan setelah kami selesai berlibur, ia mengajakku untuk ikut acara itu sebagai tamu kehormatan, aku senang kini teman lamaku telah memiliki usaha -yaa walaupun kecil-kecilan-
Banyak hal yang membuatku iri pada Nayra, salah satunya ia sedang nerencanakan pertunangannya dengan kekasihnya yang akan kembali dari Singapore beberapa bulan lagi.
Ahh beruntung sekali Nayra..
Perjalanan cukup cepat karena jalanan tidak macet, Nayra sengaja memilih hari biasa karena ia tak ingin berjibaku dengan manusia-manusia weekend yang memenuhi jalanan menuju puncak. Pada akhirnya kami sampai di kawasan villa di puncak dan segera check in disana, di sebuah villa sederhana namun dengan pemandangan yang sangat luar biasa.
Ahh thank's udah ngajak aku ke sini Nay...
Kami sampai pada kamar 12 dan segera membereskan barang-barang yang kami bawa.
"Feb.. nanti malem ada acara bakar-bakaran bareng temen-temen reuni SMA aku, kamu ikut yaa??" Ajaknya, aku mengangguk dengan senang hati.
Senja mulai memeluk langit, sapaan mentari hangatkan hati. Aku bersumpah pemandangan ini sangat indah, pohon-pohon hijau yang menjulang tinggi dan jalanan yang berkelok-kelok membuatnya menjadi bagian indah tak terelakkan. Beberapa kali aku mengambil gambar pemandangan itu dan juga selfie bersama Nayra.
Ohh.. Tuhan, begitu Maha Besarnya Engkau dengan semua ciptaanMu ini..
Nayra menunjukkan beberapa tempat yang ada di sekitar villa itu, ada arena bermain, hutan kecil di belakang villa, lapangan gathering, dan kebun kecil seperti yang disiapkan untuk garden party.
"Nanti kita barbeque-an di sini Feb.." Nayra menunjuk pada kebun kecil itu.
Aku mengangguk dan kami segera kembali ke kamar untuk bersiap-siap reuni SMA Nayra, aku jadi gugup karena akan bertemu dengan teman SMA Nayra.
Kami sudah siap dengan pakaian santai kami, Nayra dengan dress selutut dan jaket jeansnya dan aku dengan celana jeans dan cardigan warna abu-ku.
Aku berjalan berdampingan dengan Nayra dan masuk ke area garden party mencoba untuk berbaur dan bersenang-senang dengan orang-orang yang baru aku kenal, Nayra terlihat akrab dengan teman-teman lamanya itu, ia sepertinya salah satu orang yang famous di SMAnya dulu, hampir semua orang di sana menyapanya.
Sepertinya hidupmu sangat sempurna Nay..
Dalam keramaian aku menikmati beberapa sajian yang ada di atas meja yang berjajar panjang, kuambil sebuah anggur dan melahapnya, kusapu pandanganku dan kudapati suatu pemandangan yang amat sangat tak ku percayai. Aku menelan anggur itu dan segera berbalik badan.
Ya Tuhan... Kenapa dunia ini begitu sempit? Kenapa aku harus menemukan gadis bermuka dua itu disini..? Kenapa harus di tempat ini..?
Dan Juna juga menyertainya, aku tak percaya untuk kesekian kalinya, aku harus merasakan menelan pil pahit ini. Rasanya sesak.
Aku menghampiri Nayra, namun Nayra terlihat sedang asyik dengan obrolan mereka. Dengan terpaksa aku menjauhi tempat itu sendirian, aku duduk di kursi pojok balkon villa dekat kebun itu. Aku termenung terdiam, aku tak tahu apa aku harus meneruskan menikmati malam ini atau ku sudahi saja dan kembali ke kamarku.
Dddrrrttt.... dddrrrttt
Aku merasakan ponselku bergetar dalam saku celanaku, kulihat layarnya dan ternyata pesan dari Juna.
"Stay there, I'll be there soon.."
Aku mengerutkan keningku, apa mungkin Juna melihatku? Apa harus aku membiarkan diriku menemui Juna?
Tapi semua ini masih sangat menyesakkan, aku tak siap untuk terluka lagi, lukaku bahkan masih menganga dan segar.
Segera aku menghubungi Nayra dan memberitahunya bahwa aku telah kembali ke kamar dan meminta maaf karena aku tak dapat menemaninya hingga akhir. Aku beranjak dari balkon villa dan kembali ke kamarku dengan cepat sebelum Juna benar-benar dapat menemuiku, aku tidak ingin terluka lebih dalam lagi, maaf Juna aku tak ingin menemuimu.
Sesampainya di depan kamar, aku baru teringat bahwa kunci kamarnya dipegang oleh Nayra, dan aku hanya bisa duduk di kursi yang ada di depan kamar dan menunggunya.
Arrgghh bodoh sekali kamu Febri!! Makiku dalam hati, aku memang orang yang kikuk jika dalam keadaan seperti ini. Kubuang napasku dan kuhirup perlahan-lahan, ponselku bergetar kembali dan sebuah pesan muncul di layarnya. Pesan dari Juna dan Nayra.
Juna
Kenapa kamu pergi? Aku ingin menemuimu?? Kamu di mana Bi?
Aku memutar bolamataku, masih saja dia memanggilku Bintang, kesalku.
Nayra
Kuncinya masih ku pegang Feb..
Aku menaikkan alis "ya yaa aku tahu Nay.."
Aku segera membalas pesan Nayra dan membiarkan pesan Juna teronggok tak berbalas.
Triingg
Pesan masuk kembali, dari Juna.
Dimana villa tempatmu menginap??
Aku tak habis pikir, kenapa dia ingin sekali menemuiku ketika dia telah menentukan pilihan untuk bersama gadis itu.
Pesan lagi darinya,
Temui aku besok malam di area hutan kecil di belakang villa.. Aku akan menunggumu..
Aku menelan ludah dalam-dalam, kumatikan ponselku sebelum semakin banyak pesan Juna yang mampu menggoyahkan pendirianku saat ini.
Sebenarnya apa yang dia inginkan??
Romantiiiiiiissssss si Juna itu ya....
Comment on chapter #PrologBerkunjung balik ke ceritaku juga ya.