Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Story of Fairro
MENU
About Us  

Dua puluh tahun kemudian setelah peristiwa bayi misterius itu, di suatu kota di dekat pantai...

 

    Seorang gadis manis berambut ikal sedang menghadiri permakaman mamanya. Gadis itu, Nania, terlihat begitu sedih, air matanya mengalir entah sudah berapa banyak, karena kesedihannya. Nania tidak tau, tapi dia merasa semua berjalan begitu lambat dan semu bagai sedang terjebak di dalam mimpi yang panjang dan menyakitkan. Mulai dari langkah kaki orang – orang yang mengusung keranda jenazah mamanya, prosesi pemakaman mamanya hingga satu demi satu sanak saudara dan teman – temannya pergi meninggalkan tanah pemakaman itu. Dipeluknya papan nisan mamanya yang baru dipasang itu erat – erat. Cuma tinggal dia sendiri disitu, tapi Nania serasa tak sanggup menggerakkan kakinya yang bersimpuh untuk meninggalkan tepi makam mamanya itu.

    “Mama...Mama..Kenapa ma? Kenapa mama begitu cepat pergi meninggalkan Nania? Kenapa?” rintih Nania dalam tangisnya. “Nania pasti kesepian tanpa mama, tak ada yang menemani Nania lagi, tak ada yang mendengarkan curhatan Nania lagi...Papa selalu sibuk dengan pekerjaannya..Dan Joe..Joe..Dia lebih peduli dengan pacarnya ketimbang dengan adiknya sendiri...”

 

Nania mengusap air matanya yang meleleh untuk kesekian kalinya dengan sapu tangan. Rinai hujan yang mulai turun satu per satu membasahi tanah pemakaman itu seolah memaksa Nania untuk bangkit dari depan makam mamanya, seolah memaksa Nania untuk bangun dari mimpi buruknya. Nania mendongak ke atas membiarkan wajahnya dibasahi oleh titik - titik air hujan yang mulai melebat.

    “Kenapa Tuhan? Kenapa?” tangis Nania. “Kenapa??”

 

Petir yang menyambar di langit membuat gadis berambut ikal itu tersentak dan kehilangan keseimbangannya, dia terjatuh, daun – daun basah yang berserakan di tanah permakaman itu mengotori tangan dan bajunya tapi Nania seolah tak peduli dan tak kuasa untuk segera bangkit. Gadis itu cuma bisa menangis dan menangis.

 

    Sepasang kaki bersepatu kets hitam tiba – tiba datang mendekat dan berdiri di depannya membuat Nania terjengah.

 

Nania mengangkat wajahnya untuk melihat siapa yang datang dan matanya segera saja beradu pandang dengan sepasang mata elang abu – abu yang begitu jernih bagai kristal, sedang menatapnya di tengah hujan itu.

 

Pemilik mata abu – abu itu, seorang pemuda jangkung berpakaian serba hitam dengan geraian rambut hitam panjang yang menutupi hampir separuh wajahnya. Pemuda itu mengulurkan tangannya seolah ingin membantu Nania bangkit.

 

Nania terkesima memandang pemuda yang kira – kira sepantaran dengan Joe abangnya. Pemuda itu...Dengan wajahnya yang seolah begitu sempurna bagai wajah patung – patung Dewa legenda Yunani yang indah, kulitnya yang seputih salju serasi berpadu dengan semu merah jambu bibirnya yang tidak tersenyum ketika berpandangan dengan Nania. Tapi sorot mata elangnya yang berwarna abu – abu itu bersinar begitu lembut bagaikan bisa membius siapa saja yang membalas tatapannya.

 

“Maaf...Gue cuma ingin...” pemuda itu tampak sedikit gugup karena Nania begitu terpaku memandangnya. Bagaikan tersihir Nania menerima uluran tangan itu dan membiarkan pemuda misterius itu membantunya bangkit.

    “Te...Terima kasih...” kata Nania ketika pemuda itu mengganti sapu tangan Nania yang sudah basah dengan menyodorkan sapu tangannya sendiri, untuk membersihkan tanah dan dedaunan yang menempel di tubuh Nania. Pemuda misterius itu mengangguk dan kemudian berlalu begitu saja dari hadapan Nania tanpa berbicara apa – apa lagi.

    “Eh....Tunggu...” seruan Nania hampa tak terjawab.

Petir yang menyambar lagi, membuat Nania tersadar untuk segera mencari tempat berteduh.    

 

Sesuatu yang berkilau di tanah membuat Nania tertegun, gadis manis itu membungkuk untuk memungutnya.

    “Apa ini? Kalung? “ pikir Nania bingung. “Kalung siapa yang terjatuh disini?”

Seuntai kalung rantai mungil berbandul liontin berbentuk Pentagram. Kalung itu terlalu kecil untuk dikenakan oleh orang dewasa, itu kalung anak – anak!

    “Nania...Hujan...Nanti lo sakit...” terdengar seruan Abi teman sekolah Nania yang datang berlari – lari kecil mendekati Nania sambil membawa payung. “Keluarga lo sudah cemas menunggu lo di mobil karena lo sudah terlalu lama di makam “

    “Maafkan gue....” sahut Nania pelan, buru – buru diselipkannya kalung mungil itu ke saku roknya. Berpayung dengan Abi, gadis manis berambut ikal itu menembus rinai hujan dan menuju ke tempat keluarga dan teman – teman akrabnya menunggu.

 

Tak terlihat oleh Nania, ketika pemuda bermata abu – abu yang menolongnya tadi kembali lagi ke pemakaman dan sepertinya sedang kebingungan mencari – cari sesuatu yang tercecer.

 

    Hari sudah malam. Walau orang ramai memenuhi rumahnya untuk Tahlilan, tapi Nania merasa sepi sendiri di dalam kamarnya tak ingin berbaur. Ada luka yang menganga di hatinya, ada sebagian dari jiwanya yang hilang terenggut paksa darinya, air mata Nania menetes lagi untuk kesekian kalinya. Dibelainya foto mamanya perlahan.

    “Mama...Kenapa mama meninggalkan Nania? Kenapa?” tangis Nania sedih. Lusy, Winda dan Abi, teman – teman akrabnya masuk ke dalam kamarnya untuk menghiburnya, mencoba untuk meringankan kesedihannya.

    “Nania...” tegur Winda sambil menyentuh pundak Nania pelan. Nania menoleh.

    “Win...” tangis Nania meledak. Remaja – remaja belia itu saling berpelukan mencoba berbagi rasa.

    “Yang tabah ya Nan...Yang sabar....” kata Winda berusaha menguatkan hati Nania.

    “Iya Nan....” Lusy ikut berbicara. “ Lo kan masih punya gue, Winda dan Abi...”

Nania tak bisa berkata - kata, gadis berambut ikal itu hanya bisa memeluk teman – teman akrabnya lebih erat lagi.

    

    Pagi itu sebetulnya sangat indah. Langit yang membiru mengarak awan putih, mempermainkan rambut ikal Nania dengan sejuk anginnya. Tapi keindahan itu tampaknya tidak mempengaruhi suasana hati Nania. Gadis manis itu membiarkan pasir putih menggesek – gesek kakinya yang tak bersepatu itu, menelusuri pesisir pantai mencari ketenangan hatinya yang gundah.

Sendiri.

Sepi rasanya.

Tapi Nania ingin sendiri, karena dia memang sudah sendiri, mama yang sangat dicintainya sudah tak ada. Tak ada lagi tempat dia bermanja dan merasakan belaian kasih.

 

Pantai itu masih sepi sepagi ini, tapi dimata Nania, pantai itu seolah ramai dengan gema suara tawa mamanya yang bercanda ria dengannya diantara deburan ombak pantai. Seolah tergambar lagi dimatanya, bayangan dirinya yang masih kecil menari – nari disekeliling mamanya di pantai itu. Tubuh mungilnya berlari – lari diatas pasir, bercanda bersama mama. Dia terjatuh, menangis dan mama datang memeluknya dengan penuh kasih, mengusap air matanya dan mencium keningnya.

    “Ah mama...” rintih Nania di dalam hati. “ Nania kangen sama mama, kenapa mama begitu cepat meninggalkan Nania? Padahal 2 minggu lagi Nania ulang tahun yang ke-17...Padahal Nania ingin sekali merayakan ulang tahun yang sangat berarti itu bersama mama. Kenapa ma?...Nania...Nania ingin rasanya mama kembali lagi...Ingin sekali...”

Nania menghapus air matanya yang mulai menetes jatuh. Deburan ombak pantai menyapu kaki – kakinya. Airnya dingin menyejukkan.

 

Nania juga ingat, rasanya baru kemarin dia, Joe, papa dan mamanya sama – sama berlibur ke pantai. Nania ingat betapa mamanya cemas dan panik melihat dia terjatuh dari boncengan jetski Joe di laut. Mamanya langsung menghambur memeluknya ketika dia akhirnya berhasil kembali lagi ke darat bersama Joe.

 

Nania menghela nafas panjang. Gadis itu menebar pandangannya ke lautan. Birunya laut sebiru perasaannya saat itu. Perlahan dia meneruskan menelusuri pantai itu.

    “Eh?...Ternyata ada orang disini selain gue!!” tiba – tiba Nania berhenti berjalan. Beberapa meter di depannya, dia melihat sesosok tubuh berbaring terlentang di atas pasir putih pantai itu. Deburan ombak pantai berulang – ulang menyapu tubuh itu, seorang pemuda bertubuh jangkung dan berambut panjang.

    “Kenapa orang itu? Apa dia tak takut terseret ombak?” pikir Nania heran. “Atau....Jangan – jangan dia pingsan? Atau...Atau dia mau....”

Rasa penasaran membuat gadis berambut ikal itu perlahan – lahan mendekati pemuda itu.

 

Pemuda itu bahkan masih berpakaian lengkap. Air ombak mempermainkan celana panjang jeans dan kemejanya. Rambutnya yang hitam panjang menempel di pipinya, di lehernya dan dibahunya setiap kali ombak meninggalkannya, dan menguraikan kembali rambut panjang itu ketika ombak datang mengguyur tubuh jangkung itu dengan airnya yang dingin. Mata pemuda itu terpejam, seolah – olah dia sedang tidur.

 

Diam – diam Nania memperhatikan pemuda itu. Gadis manis itu mendekap mulutnya.

    “Rasa – rasanya gue seperti sudah pernah melihat dia sebelum ini. Wajahnya yang spesifik...Rambutnya...Tapi dimana ya?” Nania menahan nafas memandangi pemuda itu, seolah takut pemuda itu tiba – tiba bangun.

Kulit pemuda itu begitu putih seperti salju, wajahnya pucat karena terbenam air ombak. Nania seperti sedang melihat patung lilin dari legenda dewa – dewa Yunani yang sangat indah, patung lilin yang seolah dibuat dengan sangat hati – hati dan sangat sempurna. Wajahnya yang specifik, hidungnya yang mancung, dan bibir merah mudanya yang bagus, lehernya, bahunya yang kokoh tersembul dibalik kemejanya yang sudah acak – acakan tak keruan terkena ombak...Tapi kenapa dia cuma diam tak bergerak begitu? Pingsan...Atau dia sengaja mau bunuh diri?

 

Nania nyaris terpekik kaget ketika tiba – tiba pemuda itu membuka matanya. Matanya berwarna abu – abu jernih, menatap Nania tajam – tajam, seperti mata elang yang berkilat lapar mengintai mangsanya.

Gadis berambut ikal itu termundur beberapa langkah ketika pemuda itu bangkit dari pasir.

    “Maaf...Gue nggak bermaksud mengagetkan elo...” kata pemuda itu sambil masih menatap Nania dengan mata abu – abunya, tapi sorot matanya sudah mulai melunak. Pemuda itu mengumpulkan sepatunya yang berserakan dipermainkan ombak.

“Gue...” pemuda itu memperhatikan wajah Nania yang muram. “Kenapa lo keliatan sedih?....Lo...Masih mikirin ibu lo??”

Nania terkejut mendengarnya, pemuda itu seolah bisa membaca isi hati Nania. Gadis itu baru sadar dimana dia pernah melihat pemuda itu sebelumnya.

    “Gue baru ingat, dia yang pernah menolong gue dan memberi gue sapu tangan ketika di pemakaman mama waktu itu....” kata Nania di dalam hati. “Kenapa dia bisa ada disini juga?”

Gadis manis itu terperangah ketika pemuda gondrong itu berjalan mendekatinya dan walau awalnya terlihat ragu – ragu, si gondrong itu tiba-tiba menyentuh pipi Nania perlahan.

     “Asal lo mau tabah menghadapinya...Semua akan baik – baik saja...Percayalah...” kata pemuda itu lembut. “Ibu lo tidak pergi, tapi dia hidup di hati lo...Menyertai lo kemanapun lo melangkah...”

 

Nania baru hendak membalas kata – kata pemuda itu ketika dilihatnya pemuda itu buru – buru menurunkan tangannya dan wajahnya berpaling ke arah lain.

    “Nania!! Naniaa!! Wah disini rupanya elo........Kami mencari lo kemana – mana!” terdengar suara Winda, Lusy dan Abi yang berlari – lari datang mendekat.

Nania menoleh. Teman – teman akrabnya itu ternyata risau mencari – cari dirinya yang memang menghilang tanpa sepengetahuan siapa - siapa sejak pagi – pagi sekali.

 

Teman – teman setianya itu menginap di rumahnya sejak dari pemakaman mama, mumpung liburan sekolah masih ada beberapa hari lagi, mereka memutuskan untuk menemani Nania yang sedang sedih atas kepergian mamanya.

    “Nania, lo udah bikin kami cemas aja, pergi gak bilang – bilang!” omel Winda ribut.

    “Iya nih...Tapi...Siapa sih dia, Nan? Yang bicara dengan lo itu? Wadduh...Cakep sekali diaaa...Seperti foto model!!” Lusy bicara tanpa malu – malu lagi. Nania menggerutu, temannya yang satu itu memang nggak bisa melewati yang cakep – cakep sedetikpun juga, radarnya pasti sudah menangkap dengan cepat.

    “Oh dia...” Nania kecewa ketika melihat pemuda itu tiba – tiba saja pergi meninggalkannya begitu teman – temannya datang mendekat. Pemuda itu berlalu begitu saja tanpa ngomong sepatah kata pamitan sedikitpun. Nania bahkan belum sempat menanyakan namanya siapa. Gadis manis itu memandangi punggung pemuda gondrong yang sudah pergi menjauh dari situ. Pemuda aneh, dia datang dan pergi seperti hantu, seolah begitu tiba – tiba, muncul entah dari mana, dan menghilang begitu cepat entah kemana.

    “Cakep apanya? Dia kan Fairro, temen satu kampusnya kakak gue!” kata Abi yang membuat Nania nyaris jantungan karena Abi ternyata mengenal pemuda gondrong itu. “Aneh gitu dibilang cakep? Nggak ngerti deh gue, kakak gue juga sampe tergila – gila dengan dia, kenapa sih? Apa karena dia pintar main biola?? Kalo menurut gue sih Fairro itu rada- rada gak waras...”

    “Hus!!” Winda melotot mendengar kata – kata Abi yang mencerocos tanpa rem.

    “Ya memang seperti itulah yang gue liat...” sahut Abi sambil nyelonong mendahului teman – teman wanitanya, ada nada iri di dalam suara Abi.

    “Eh tunggu...Tunggu...Lo bilang namanya Fairro ya?” tanya Nania mengejar langkah Abi, diam – diam gadis berambut ikal itu tak dapat menahan rasa penasarannya tentang pemuda gondrong misterius yang ternyata bernama Fairro itu. “Dia temen sekampus kakak lo ya? Dia pinter main biola?”

    “Ho oh!” sahut Abi.”Kenapa? Lo juga naksir??”

    “Abi...Gue kan cuma nanya...Soalnya dia...”

    “Soalnya dia kenapa?”

    “Ah nggak...Nggak ada apa – apa kok...”

    “Nania? Kenapa sih?” Abi gusar melihat sikap Nania, tapi gadis itu tak menjawab lagi.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Aria's Faraway Neverland
3715      1227     4     
Fantasy
"Manusia adalah Tuhan bagi dunia mereka sendiri." Aria adalah gadis penyendiri berumur 7 tahun. Dia selalu percaya bahwa dia telah dikutuk dengan kutukan ketidakbahagiaan, karena dia merasa tidak bahagia sama sekali selama 7 tahun ini. Dia tinggal bersama kedua orangtua tirinya dan kakak kandungnya. Namun, dia hanya menyayangi kakak kandungnya saja. Aria selalu menjaga kakaknya karen...
NADA DAN NYAWA
15384      2890     2     
Inspirational
Inspirasi dari 4 pemuda. Mereka berjuang mengejar sebuah impian. Mereka adalah Nathan, Rahman, Vanno dan Rafael. Mereka yang berbeda karakter, umur dan asal. Impian mempertemukan mereka dalam ikatan sebuah persahabatan. Mereka berusaha menundukkan dunia, karena mereka tak ingin tunduk terhadap dunia. Rintangan demi rintangan mereka akan hadapi. Menurut mereka menyerah hanya untuk orang-orang yan...
IDENTITAS
702      478     3     
Short Story
Sosoknya sangat kuat, positif dan merupakan tipeku. Tapi, aku tak bisa membiarkannya masuk dan mengambilku. Aku masih tidak rela menjangkaunya dan membiarkan dirinya mengendalikanku.
Mana of love
234      166     1     
Fantasy
Sinopsis Didalam sebuah dimensi ilusi yang tersembunyi dan tidak diketahui, seorang gadis tanpa sengaja terjebak didalam sebuah permainan yang sudah diatur sejak lama. Dia harus menggantikan peran seorang anak bangsawan muda yang dikenal bodoh yang tidak bisa menguasai teknik adu pedang yang dianggap bidang unggul oleh keluarganya. Namun, alur hidup ternyata jauh lebih kompleks dari ya...
Kisah Kasih di Sekolah
774      501     1     
Romance
Rasanya percuma jika masa-masa SMA hanya diisi dengan belajar, belajar dan belajar. Nggak ada seru-serunya. Apalagi bagi cowok yang hidupnya serba asyik, Pangeran Elang Alfareza. Namun, beda lagi bagi Hanum Putri Arini yang jelas bertolak belakang dengan prinsip cowok bertubuh tinggi itu. Bagi Hanum sekolah bukan tempat untuk seru-seruan, baginya sekolah ya tetap sekolah. Nggak ada istilah mai...
PENTAS
1191      701     0     
Romance
Genang baru saja divonis kanker lalu bertemu Alia, anak dokter spesialis kanker. Genang ketua ekskul seni peran dan Alia sangat ingin mengenal dunia seni peran. Mereka bertemu persis seperti yang Aliando katakan, "Yang ada diantara pertemuan perempuan dan laki-laki adalah rencana Tuhan".
Bisakah Kita Bersatu?
615      353     5     
Short Story
Siapa bilang perjodohan selalu menguntungkan pihak orangtua? Kali ini, tidak hanya pihak orangtua tetapi termasuk sang calon pengantin pria juga sangat merasa diuntungkan dengan rencana pernikahan ini. Terlebih, sang calon pengantin wanita juga menyetujui pernikahan ini dan berjanji akan berusaha sebaik mungkin untuk menjalani pernikahannya kelak. Seiring berjalannya waktu, tak terasa hari ...
Secret World
3514      1237     6     
Romance
Rain's Town Academy. Sebuah sekolah di kawasan Rain's Town kota yang tak begitu dikenal. Hanya beberapa penduduk lokal, dan sedikit pindahan dari luar kota yang mau bersekolah disana. Membosankan. Tidak menarik. Dan beberapa pembullyan muncul disekolah yang tak begitu digemari. Hanya ada hela nafas, dan kehidupan monoton para siswa kota hujan. Namun bagaimana jika keadaan itu berputar denga...
The Boy
1876      731     3     
Romance
Fikri datang sebagai mahasiswa ke perguruan tinggi ternama. Mendapatkan beasiswa yang tiba-tiba saja dari pihak PTS tersebut. Merasa curiga tapi di lain sisi, PTS itu adalah tempat dimana ia bisa menemukan seseorang yang menghadirkan dirinya. Seorang ayah yang begitu jauh bagai bintang di langit.
Gue Mau Hidup Lagi
430      285     2     
Short Story
Bukan kisah pilu Diandra yang dua kali gagal bercinta. Bukan kisah manisnya setelah bangkit dari patah hati. Lirik kesamping, ada sosok bernama Rima yang sibuk mencari sesosok lain. Bisakah ia hidup lagi?