Di kota ini ada satu kafe yang sangat terkenal. Dari pagi hingga malam kafe itu selalu ramai oleh pengunjung yang datang. Kafe ini terletak di tengah kota dan diapit oleh dua bangunan, disisi kanan adalah bangunan apartemen sementara bangunan perkantoran menjulang tinggi tepat disebelah kirinya. Salah satu ciri yang terkenal dari kafe ini adalah kopi hitam dengan rasa original yang memiliki aroma khas dan tentu saja berbeda dari kopi kebanyakan, selain daripada itu di kafe ini juga sering ditampilkan beberapa penampilan yang membawakan konsep musik akustik dengan dibawakan oleh beberapa band langganan kafe. Biasanya penampilan ini dimulai dari pukul 7 malam sampai 10 malam, antusias yang didapat dari para pelanggan juga sangat memuaskan.
Gaya klasik pun menjadi sesuatu yang khas dari kafe ini. Sungguh terlihat sangat berbeda jika dibandingkan dengan beberapa bangunan yang sudah bergaya modern disekitarnya. Dari luar saja kita sudah bisa melihat kesan yang unik. Bangunannya terlihat sekali gaya retro, mode yang popular pada jamannya, warna cat exterior bangunannya pun cerah dan tajam. Perpaduan antara warna cokelat dan hijau laut menambah kesan di dinding luarnya. Di tambah dengan beberapa pasang kursi dan meja menghiasi beranda. Beberapa pot bunga terisi dengan tanaman, pagar berwarna putih dengan tinggi kira-kira setengah meter melingkari halaman depan menambah suasana nyaman ketika kita sengaja ingin bersantai didepannya. Kemudian kita bisa melihat jendela-jendela yang usianya tak muda lagi, tetapi masih terlihat kokoh dan gagah. Beberapa jendela memang sudah ada yang rapuh, tetapi dengan perawatan yang serius dari sang pemilik kafe, itu menjadi daya tarik tersendiri untuk dapat dilihat oleh para pengunjung atau para pengguna jalan yang hanya sekedar mampir dan bersantai di dalamnya. Saat masuk kita disuguhkan oleh pintu kayu berwarna cokelat mocca dengan ukiran menghiasi sisi-sisinya. Di muka pintu itu terdapat papan bertuliskan “We’re Open” dan satu lagi, jangan lupakan tulisan “Welcome” yang terbuat dari ijuk di bawah kaki saat berada di depan pintu.
Ramainya orang-orang yang menikmati secangkir kopi sambil berbincang bincang dengan temannya dan riuh suara pelayan yang sedang menyiapkan pesanan untuk pelanggannya, adalah kesan pertama yang akan kalian dapat ketika memasuki kafe ini. Pelanggannya ada yang memesan kue muffin, kopi, pancake dll. Tepat setelah kalian melewati pintu, kalian akan menemui seorang pelayan cantik berada di sisi kiri dengan memakai seragam kebanggaan kafe tersebut. Wanita itu duduk di sebuah kursi kayu yang dihadapkan pada sebuah meja dengan papan berwarna putih bertuliskan kasir. Jika kalian berada di tempat ini pintar-pintarlah mendapatkan kursi yang kosong, karena kalau harimu tidak beruntung, kursi-kursi itu selalu penuh dengan orang-orang yang hanya sekedar menikmati hari mereka dengan secangkir kopi ataupun memesan makanan yang tersaji di sini.
Percaya atau tidak konsep ruangan dengan gaya khas retro ini bisa membuat siapa saja yang datang seakan pergi ke jaman yang berbeda. Didalam kafe ini dominan dengan warna cokelat tua, hitam dan sedikit warna putih. Ukuran kafe ini lumayan besar, karena bisa menampung banyak sekali masalah yang orang-orang bawa dan mereka percaya katanya akan sedikit hilang hanya karena secangkir kopi dari barista dan obrolan-obrolan dengan kawannya yang membicarakan tentang keluh kesah hidupnya. Kebanyakan orang yang datang ke kafe ini adalah mereka yang bekerja dikantor yang berada di seberang jalan, mereka sering sekali membicarakan problematika kehidupannya di tempat kerja. Pembicaraan mereka kadang tentang kekesalannya kepada bos yang mereka biasa sebut sebagai si pemberi gaji. Ada juga yang bercerita tentang masalah dengan keluarganya dan yang paling banyak di bicarakan oleh orang-orang itu tentang perselingkuhan dan hal-hal yang berbau dengan orang dewasa.
Kemudian terdengar sebuah percakapan diantara pelanggan yang di dalam kafe.
“Tadi pagi jalanan macet parah,” kata orang yang memakai kemeja hijau.
Orang yang memakai kemeja putih menjawab. “Gue juga sial banget hari ini, tadi pagi ada yang bikin gue emosi waktu di jalan.”
“Lu tadi kenapa di panggil si bos?” Tanya orang yang memakai kemeja hijau.
“Katanya kinerja gue ga bener, padahal dia engga tau gue sering lembur buat ngerjain laporan buat acara meeting dia.”
“Nanti malam jadi kan? Sama temen lu itu?” sahut orang yang memakai kemeja hijau.
“Ya jadilah, masa kagak. Dia udah nanyain terus bro.”
Setelah selesai melanjutkan percakapannya, mereka pun meninggalkan kafe.
***
Kebetulan sekali siang ini langit sangat cerah dan pengunjung kafe pun sedang ramai sehingga para pelayan kewalahan dengan pelanggan yang semakin hari semakin banyak. Sebenarnya mereka sudah terbiasa dengan kekacauan ini, jadi semua bisa teratasi tanpa keluhan dari pelanggannya. Di kafe ini juga terdapat ruangan yang diperuntukkan bagi perokok, alasannya agar tidak mengganggu pelanggan yang lain mereka bisa bebas menghirup udara segar. Hiasan yang tertempel di dinding kafe memang sangat sederhana namun menarik, foto-foto bernuansa hitam dan putih, koleksi kata-kata yang berhubungan dengan kopi dan kehidupan, foto pegawai kafe dan jika kamu jeli, maka kamu akan melihat foto yang tidak akan pernah kamu lihat sebelumnya. Ingat kataku? Hanya jika kamu jeli.
Tak terasa jam sudah menunjukan pukul setengah 11 malam, sepertinya orang-orang sudah beranjak dari asiknya bercengkrama bersama koleganya, temannya ataupun pacarnya. Sementara sudah waktunya kafe tutup di hari yang melelahkan ini, ia akan kembali buka pada esok pagi. Beberapa karyawan sedang membersihkan gelas, meja dan merapihkan kursi, mereka harus membereskan pekerjaannya supaya bisa pulang ke rumahnya masing masing untuk menemui keluarganya atau hanya sekedar beristirahat.
***
Seperti biasanya, jalanan trotoar di depan kafe terlihat sangat sibuk ditambah dengan suara beberapa orang yang sedang berjalan. Mereka terlihat berpakaian rapi dengan tas berbentuk kotak berwarna hitam yang mereka jinjing untuk di bawa masuk ke dalam dunia mereka yang berada di sebuah kotak kaca.
Di sisi lain rupanya pelayan kafe sudah mulai berdatangan, mereka mulai masuk ke dalam untuk mempersiapkan kafe yang akan segera di buka. Diujung meja ada orang yang memakai topi vendora berwarna cokelat, dia adalah si barista pembuat kopi. Di sisi kanan dan kirinya ia dibantu oleh beberapa orang untuk menyiapkan makanan. Tiba-tiba suara lonceng berbunyi, seorang pemuda berkaca mata bulat membuka pintu. Dia memakai kaos berwarna cokelat polos dan jeans belel sambil membawa tas ransel yang kelihatanya sangat berat.
Aku pun mulai memperhatikannya, dia duduk di kursi yang berada di dekat kaca sambil memesan minuman dan makanan, setelah itu dia mulai membuka laptopnya. Terlihat sibuk sekali kulihat belakangan ini setiap pagi, dia sering sekali datang ke kafe dan selalu sendiri. Dia adalah pelanggan pertama di pagi hari yang cerah ini. Kemudian lonceng pintu itu kembali berbunyi. Lihat siapa yang datang kali ini, empat orang berpakaian rapi dengan setelan kemeja serempak berwarna putih dengan jas hitam melekat pada tubuh mereka. Mereka memilih duduk di kursi kulit berwarna merah maroon yang berada di sebelah kiri.
“Pelayan,” Ucap seorang pria.
“Iya, mau pesan apa pak?” jawab pelayan sambil membawa buku catatan kecil dan pulpen untuk mencatat pesanan pelanggannya.
“Saya pesan dua kopi hitam, dua pancake dengan selai stroberi,satu pancake dengan selai blueberry dan jus jeruk satu. Kamu pesan apa?” tanya lelaki berambut klimis dan menanyakan pesanan kepada pria berdasi biru.
Pria yang berdasi biru pun menjawab, “Saya pesan satu red velvet cake dan satu moccacino late.”
Kemudian pelayan pun mengulangi pesanan mereka, lalu meneruskannya kepada barista dan pegawai dapur. Di sela-sela dinginnya kafe, tak sengaja terdengar percakapan orang-orang itu, cara bicara mereka sangat keras sementara suasana di kafe masih sepi, tetapi alunan musik instrumen dari speaker yang berada di sudut ruangan sedikit mengurangi panasnya obrolan mereka.
“Jadi bagaimana rencananya?”
“Itu gampang, yang penting bonusnya gimana?”
“Kalau itu bisa kita sesuaikan dengan kesepakatan saja,”
“Kesepakat yang dulu ?”
“Iya, itukan masih berlaku.”
“Itu kan proyek yang dulu, kalau sekarang kan nilainya jauh lebih besar. Kalau hanyamengacu pada kesepakatn yang dulu, rugilah kita.”
“Ya sudah kita sepakati saja sekarang, biar tidak ada yang merasa dirugikan.”
“Ya sudah.”
Saat mereka masih dalam pembicaraanya pelayan tadi pun datang sambil membawa pesanan mereka. Kemudian meletakkannya di atas meja pelanggan tersebut.
Suara lonceng kecil yang berada di atas pintu pun lagi-lagi berbunyi. Beberapa orang mulai menempati kursi-kursi yang kosong dan mulai memesan. Seiring dengan berjalannya waktu, orang-orang hilir mudik masuk keluar kafe. tak jarang ada yang duduk berlama-lama hanya untuk sekedar menikmati kopi dan suasana di Kafé.
Tak terasa malam pun datang, waktu sudah menunjukan pukul 7 malam, waktunya band akustik itu mulai memecahkan suasana didalam kafe ini.Aku juga mendengarkannya dengan teman-teman. Aku melihat barista itu menuangkan minuman ke gelas bertangkai pendek yang memiliki bagian dasar lebar untuk aroma minuman keras yang menguap, ukuran gelasnya sekitar 236 mm. Diberikannya kepada pelayan untuk dapat segera dihidangkan kepada pelanggan yang memesan. Gelas gelas kosong masih memenuhi lemari kaca yang berada di belakang barist. Ada beberapa gelas dan aku hanya mengenal espresso cup, coffe cup, beer stein, gelas jus dan mug. Ada juga gelas kotor yang sudah dipakai oleh beberapa pelanggan, mereka berada di washtapel dan sedang di bersihkan oleh pegawai kebersihan. Menunggu adalah hal yang membosankan, tetapi itu lebih baik daripada harus keluar dari zona nyamanku, karena pilihannya hanya dua, yaitu kembali ke tempat semula atau hancur. Tak jarang orang yang minum minuman keras di kafe ini memecahkan beberapa gelas dan membuat pelayan harus bekerja ekstra untuk membersihkan pecahan gelas di lantai. Aksi pukul-memukul di kafe ini memang jarang terjadi tetapi pernah ada kejadian seperti itu.
Malam ini aku melihat gelas yang dipakai oleh barista berwarna putih polos dengan piring kecil sebagai dudukan untuk menyajikan kopi Arabica pesanan pelanggan yang berada di dekat dinding, sementara suara musiK akustik itu semakin mengalun merdu. Pelanggan yang datang pun banyak memesan kopi dan minuman dingin seperti jus, soda dll. Aku masih menunggu giliran untuk bisa mendapatkan apa yang akan akan dituang di tubuhku ini. Apakah air kopi, teh, minuman bersoda atau minuman keras. Karena, hanyalah kesempatan dan waktu yang akan menjawabnya. Jika aku sudah berjalan, maka aku ingin kembali ke tempat dimana aku sekarang. Bukan hancur tak sengaja di lantai ataupun di pecahkan dengan sengaja oleh orang yang tak bisa mengendalikan amarahnya.