FIRMAN
BAGIAN III
Akan Ku Simpan Kisah Ini
Ketika aku terbangun disore ini entah mengapa aku merasa bahagia. Perasaanku berkata jika aku telah bertemu dan berbicara padamu. Ketika ku terbangun aku teringat telah berjanji kepada Nana untuk mengantarkannya ke rumah Ibumu. Aku berjalan menuju ke kamar Nana dan kulihat Nana sudah rapi dengan rambut yang terikat seolah aku tak percaya anak seumur itu sudah pandai menata rambut.
Tak lama kemudian setelah aku merapikan diri kami pun berangkat menuju ke rumah Nenek.
Setelah kami tiba entah mengapa aku ingin masuk ke dalam kamar. Kamar ini adalah kamar Hanifa dan sekarang juga masih terpakai kadang aku dan Nana tidur disini jika kami menginap. Di kamar ini pula aku dan Hanif pernah tinggal bersama. Disaat aku berjalan ke arah lemari di sudut dekat jendela tiba-tiba saja ada sesuatu yang terjatuh, aku menemukan dan membaca salah satu tulisan kata hatimu. Aku tahu jika kamu sangat senang menulis di buku diary bahkan aku tak pernah tahu apa isi dari buku itu. Katamu itu adalah rahasia mu yang tak boleh seorang pun yang mengetahuinya meskipun itu adalah aku suamimu.
Banyak kata dari tulisanmu yang mebuatku terharu dan sedikit membuatku tersenyum ketika mengingat beberapa kisah yang kau tuliskan di sebuah buku tebal bersampul warna putih dengan hiasan beberapa warna pink dan ungu.
Perlahan aku membaca dan tampak jelas suaramu terdengar di telingaku seakan yang membaca tulisan ini adalah dirimu.
Salah satu isi diary Hanifa,
Sulit menjelaskan kepadamu bagaimana rasanya hatiku disaat menatapmu tersenyum, seperti ada sesuatu di dalam dirimu yang membuat detak jantung ini terasa cepat. Mengapa rasa itu baru ku rasakan ketika kamu sudah ada yang memiliki? Mengapa aku tidak bisa melihat ketika itu tepat di hadapanku selama ini? Tapi kenapa baru sekarang aku bisa melihatnya? Sesuatu….. yang disebut… cinta.
Aku yang tetap menunggu walau tahu kamu tidak akan datang padaku, aku yang tetap menanti walau tahu kamu tak akan kembali, meskipun aku bertahan aku tak layak dipertahankan, meskipun aku menunggu aku tak layak untuk diharapkan. Saat ini aku berpikir hanya ingin menikmati rasa sayang ini untuk kamu sebelum akhirnya rasa ini hilang dan tidak akan pernah aku rasa lagi sama siapapun.
Aku mampu memaafkan seberapa besar kesalahanmu, sejujurnya itu bukan kebodohanku telah memaafkan tapi karena ketulusanku mencintaimu. Aku mungkin saja bisa melupakan apa yang pernah kamu lakukan terhadapku namun tidak akan pernah ku lupa bagaimana kamu membuatku berarti. Seandainya kamu tahu, aku begitu tersiksa disini merindukan semua hal tentangmu, apakah kini kamu juga merasakan hal yang sama denganku?
Walaupun kamu bisa menghapus air mata di wajahku, kau masih tidak bisa mengerti penyebab kesedihanku. Aku hanya bisa menarik nafas yang dalam dan menghembuskannya sambil tersenyum meskipun disaat yang sama hatiku bersedih. Aku bahkan masih bisa mengingat beberapa perkataanmu padaku, kamu pernah berkata jika kita harus berhenti melakukan hal-hal seperti yang orang lain lakukan karena kita ini berbeda. Hingga saat ini aku percaya bahwa memang kita berbeda dengan mereka. kisah dan kehidupanku tidak seindah mereka.
Aku pasti sudah kehilangan akal waktu itu, bagaimana aku bisa meninggalkanmu? Aku hanya mencintaimu, aku benar-benar minta maaf. Kamu tahu jika aku selalu memberimu luka tapi aku yakin bukan itu yang membuatmu marah. Mungkin karena selalu ada perkataanku yang mengecewakanmu? Atau mungkin karena aku terlalu possesif terhadapmu? Walaupun kamu tidak bisa merasakan apa yang ku rasa namun aku sekarang tahu apa yang sedang kamu rasakan. Maafkan aku yang tidak bisa melakukan beberapa hal tanpamu. Saat ini aku mulai menyadari jika segala sesuatu tidak akan memberikan makna yang sama pada setiap kondisi. Aku akan tetap bahagia jika bisa selalu bersamamu.
*****
Setelah kamu ketahui, pada waktu itu ternyata kamu hanya keliru menilaiku kamu tiba-tiba berubah seakan menjadi bukan dirimu dan kamu tidak menjadi dirimu yang sesungguhnya. Aku sempat terkejut namun setelah membaca tulisan diary milikmu aku mulai menemukan sedikit demi sedikit jawaban tentang dirimu.
Selama pacaran denganku dulu kamu memang membuatku sedikit jenuh dengan sikapmu yang keras dan susah bagiku untuk menasihatimu dengan sifatmu yang tidak peduli dengan perkataan ku. Kamu juga pernah cemburu dengan seorang temanku yang akhirnya juga menjadi temanmu. Setelah membaca beberapa tulisanmu aku mulai mengerti jika pada saat itu kamu khawatir padaku, kamu juga merasa cemburu dan sangat merasa takut kehilangan dariku.
Beberapa tahun pacaran kita akhirnya menikah juga yah.. aku berhasil menaklukkan kerasnya hati dan sikapmu itu. Kau bagaikan seorang wanita tercantik yang ku impikan semenjak aku mengenal cinta.
Beberapa tahun bersama, kamu tak hanya menjadi seorang istri namun kamu juga menjadi seorang ibu dari anak cantik ini. Beberapa hari lagi ulang tahun putri kita dan hari itu juga tepat tujuh tahun semenjak kepergianmu. Aku merasa sangat sedih ketika mengingat melihatmu berjuang demi anak kita ini dan akhirnya kamu meninggalkan kami dengan air mata kesedihan yang sangat haru. Kamu tidak sempat melihat dengan jelas seperti apa tingkah anak kita, kamu bahkan tidak bisa melihat dan mengajarkannya berjalan, menyebut nama, dan menyanyikan lagu untuknya ketika dia menangis bahkan ketika aku kesulitan aku biasa dibantu oleh ibumu.
Hingga saat ini aku masih selalu percaya bahwa kamu selalu ada berada di dekatku dengan senyumanmu menatapku seperti yang kamu lakukan secara diam-diam menatapku dengan senyum disaat aku tertidur dan juga nada suaramu masih sangat jelas bisa aku rasakan, termasuk suara bisikanmu masih begitu nyata terdengar di telingaku. Bukan hanya nada suaramu yang lembut tapi juga nada suaramu yang meninggi juga masih bisa aku rasakan.
Banyak hal yang ingin kamu lakukan bersamaku namun tak sempat kita lakukan, maafkan aku yang tidak bisa menepati janji itu kepadamu dan aku mengerti jika kita tidak akan pernah bisa merencanakan masa mendatang berdasarkan masa lalu.
Hanifa... Disaat aku disini merasakan cinta apakah kamu disana juga harus membalasnya dengan cinta? Apakah aku masih tetap harus dengan rasa cintaku ini? Baiklah kamu tak perlu menjawabnya, untukmu akan ku simpan kisah kita ini sampai nanti kita bertemu disana.
@Rifad ohh, oke...oke
Comment on chapter FINA [DUA]sama ya, dengan ceritaku yang Rahasia Toni, tokokhku juga terserang leukimia.
mampir2 juga ya, ke cerita terbaruku :D