13. AMARAH
"Dahhhh..., besok kita bertemu kembali disini" pamit dellio.
"Kalau bisa di hutan juga tak apa" harap louin.
Sore yang telah usai memaksa mereka untuk kembali ke rumah mereka masing-masing sebelum orangtua mencari mereka. Louin pulang dengan senangnya karena akhirnya ia bisa berteman baik seperti yang kakaknya inginkan. Banyak hal baru yang louin dapatkan dari miroka dan dellio yang mempunyai latar belakang yang sangat berbeda.
Louin juga setidaknya tahu bahan-bahan pembuatan kertas atau tinta dan yang lainnya. Ia sangat menikmati sekali ketika menginjakan kakinya untuk pertama kali dihutan. Ia terus mengingat hal itu dan ingin kembali lagi kesana.
"Hai... Sayang" Peluk sang ibu setibanya louin dirumah.
Louin membuka pintu melihat sang ibu sedang duduk terdiam dikursi. Ibunya langsung berdiri dan memeluk louin
"Ibu, ada apa denganmu?" Tanya louin yang melihat ibu langsung memeluknya.
"Apa maksudmu? Ibu tak boleh memelukmu" sang ibu mencoba tersenyum dan tegar dari berita yang ia dengar.
"Ibu tak biasanya memelukku setibanya dirumah, karena kakak yang selaku memelukku sampai aku kehabisan nafas" ucap louin yang membuat sang ibu bertambah sedih.
"Ibu mohon jangan bilang seperti itu nak, hanya kau yang ibu miliki" pelukan sang ibu semakin erat.
Malam ini akan terasa sangat panjang bagi mourize mendengar kabar anak perempuannya yang sudah membohonginya dan meninggalkannya. Ia tak kuasa menahan sakit untuk kedua kalinya. Setelah suaminya kini anak pertamanya yang meninggalkan. Hal ini memang sudah dirasakan oleh mourize namun ia tak ingin berprasangka karena ia pikir sang anak mendengarkan yang dilarangnya meskipun ia tak tahu apa alasan dibalik semua itu.
Louin langsung masuk ke dalam kamarnya setelah ia sangat senang mendapat pelukan hangat dari sang ibu dan seusai membersihkan diri. Ketegaran sang ibu tak membuat louin curiga terhadapnya. Ia tetap berjalan ke dalam kamar dengan senang hati. Tak seperti sang ibu yang sedang merasa risau dan sedih karena kejadian yang menimpa mourine. Ia juga takut jika louin akan mengikuti jejak sang kakak dan ia kembali kehilangan semua anggota keluarganya.
Sang ibu, mourize masih belum bisa menerima kehilangan anaknya. Baginya itu telalu cepat. Ia terus menitikkan air matanya didalam kamarnya, ia mendekap kedua tangannya, ia menangis terisak-isak menekan suaranya agar louin tak mendengar tangisannya.
ooo L U L L A B Y ooo
Mayder masih saja diam seribu bahasa dengan wajah mimik yang masih menakutkan dan kesal. Didalam kelas ia masih sering melihat keluar jendela. Ia juga masih sering diam didalam kelas atau ia tak mau meghadiri kelas. Ito sheki tak bisa berbuat banyak untuknya karena ia selalu memasang wajah kesal pada ito sheki. Ini baru pertama kalinya bagi louin melihat sikap seorang murid pada gurunya. Bukannya louin tak mau memperingatinya tapi ia juga tak tahu alasan dibalik wajah mayder dan louin yakin itopun punya cara menghadapi anak didiknya.
"Kapan kita kembali ke hutan lagi?" ucap louin seusai pelajaran.
Dellio dan miroka hanya menatapnya karena louin selalu mengatakan hal itu berulang-ulang kali.
"Kemarin aku melihat kak hirsh sudah pulang kerumah namun ia kembali kekerajaan lagi" ujar dellio.
"O ya, mengapa kakakku sampai sekarang belum kembali kerumah" louin sangat merindukan mourine.
"Tapi sepertinya ada yang aneh, aku melihat kak hirsh penuh dengan luka, lebam dan ketika aku panggil ia tak menoleh kearahku dan pergi begitu saja" dellio berpikir tentang kakak sepupunya yang bersikap aneh.
ooo L U L L A B Y ooo
"Kau sudah pulang?" sang ibu terus memeluknya berulang kali beberapa hari ini.
"Ibu, mengapa ibu pulang lebih cepat?" Tanya louin
"Pekerjaan ibu dipasar sudah selesai jadi ibu pulang lebih awal" jawab ibu.
"Ibu kau menangis, akhir-akhir ini aku melihat matamu sangat sembab dan bengkak" louin sangat sedih dengan keadaan sang ibu yang telihat berantakan.
"Tidak ada apa-apa, ibu baik-baik saja. Ibu hanya merindukanmu dan ingin selalu bersamamu" ibu memeluk louin semakin erat.
Louin merasa senang dengan pelukan dari sang ibu, kehangatan yang sangat dirindukan oleh louin dan tak ingin dilepaskan, namun yang louin rasakan justru kesedihan dalam hatinya melihat wajah sang ibu yang sangat meyedihkan. Louin memang senang dengan sikap ibunya namun ia tidak senang melihat keadaan ibunya yang lusuh dan tidak bersemangat. Louin ingin sekali bertanya pada ibunya, namun ia tahu pasti sang ibu tak akan mungkin memberitahunya.
Louin sangat prihatin dengan kondisi sang ibu yang sangat menyedihkan. Mau tidak mau louin harus mencari jawaban itu sendiri.
ooo L U L L A B Y ooo
Louin berinisisatif untuk mencari jawaban itu sendiri, namun ia tak tahu harus dimulai darimana ia mencari jawaban itu. Teman satu-satunya sang kakak kini berada didalam kerajaan, tapi itu juga belum tentu akan membuahkan hasil karena bagaimanapun ia adalah teman sang kakak yang belum tentu akan memberi jawaban yang ingin sekali ia dengar.
Selama mengikuti pelajaran ia terus terdiam dan mencoba berpikir sesuatu yang mungkin bisa membantunya. Tak ada satupun orang yang bisa ia tanyai mengenai kakaknya, tak mungkin ibu, hirsh ataupun ito. Ia hanya mengikuti perlajaran sang ito tanpa mengatakan sepatah katapun termasuk mengobrol dengan dellio dan miroka.
Louin melihat ada sesuatu yang janggal dengan sang ibu dan kak hirsh, louin mencurigai dengan kedatangan hirsh yang sudah tiba didesa sedangkan tidak dengan kakaknya.
Louin ingat satu hal yang mungkin akan memberi jawaban untuk dirinya yaitu hutan. Hutan yang belum pernah ia injakan kakinya. Setelah usai sekolah louin tidak berpamitan pada miroka dan dellio karena ia kini tidak menuju ke danau melainkan langsung menuju hutan. Ia buru-buru membereskan perlengkapan sekolahnya dan langsung berjalan ke hutan.
Pemikiran louin sangat tepat, kini ia bisa bertanya dan mendapatkan jawaban yang ia inginkan. Ia berjalan setelah ia melihat seseorang yang sedang duduk ditempat pertama kali ia melhatnya.
"Kau cepat juga, bukankah masih ada satu hari untuk pertemuan ini. Dan kau hanya sendiri berarti kau tak memberitahu teman-temanmu" ucap mayder yang merasakan kehadiran louin.
"Kau benar, aku memang tak memberitahu mereka tentang maksud dan tujuanku kesini mencarimu" ucap louin.
"Aku tahu itu, sekarang kau ingin menemuiku karena kau ingin bertanya tentang kakakmu" pernyataan itu membuat louin senang karena ia menemui orang yang tepat namun sekaligus membuatnya sedih karena sepertinya ia akan mendengar sesuatu yang sama sekali tak ingin ia dengar dan ia juga bingung darimana mayder tahu hal itu.
"Jadi benar, kau mengetahui hal itu" tanya louin kembali.
"Ya, aku tahu. Itu adalah maksudku mengapa kita harus bertemu lagi seminggu yang akan datang, namun kau cepat juga karena kau sudah mengetahui sehari sebelumnya" mayder memberikan senyuman puas namun masih ada rasa benci diwajahnya.
"Kau sudah tahu apa yang ingin aku tanyakan padamu?" louin mnegerutkan kening.
"Kau merasa aneh karena dellio pasti mengatakan hirsh sudah kembali sedangkan mourine kakakmu belum menemuimu sama sekali. Padahal ini sudah hampir 6 bulan dia dikerajaan" ucap mayder sangat menyakinkan louin.
Louin hanya mengangguk karena hal itulah yang ingin sekali ia dengar.
"Kakakmu didalam kerajaan bukan untuk menjadi seorang pelayan kerajaan, melainkan untuk menjadi pelayan raja, karena ia adalah seorang famin" ungkap mayder.
"Apa maksudmu? Aku tak mengerti sama sekali apa yang kau katakan"
"Kakakmu ahli bertarung dan pintar. Ia mempunyai bakat yang tak mungkin orang sia-siakan, pasti ada seseorang yang mengajaknya untuk berdiam diri didalam kerajaan" jelas mayder.
"Kau benar, ito sheki yang mengajak kakakku kedalam kerajaan" jawab louin yang masih belum mengerti.
Mayder menjelaskan semua tentang maksud dan tujuan ito sheki mendatangi mourine untuk masuk kedalam kerajaan, termasuk ito sheki, ia juga menjelaskan perkerjaan ito sheki, ito lestiw dan paman agu yang menjadi seorang famin. Mayder menjelaskan dengan sangat rinci tentang kerajaan, famin dan yang lainnya. Louin yang mendengar penjelasan hanya terdiam dan menyimak apapun yang dikatakan mayder. Semua yang dijelaskan oleh mayder hampir sama dengan gerak-gerik mourine sebelum ia pergi ke kerajaan.
Mayder juga mengatakan jika Keluarga Raskali baru kali ini memberikan calon kembali untuk menjadi seorang famin. Apa yang louin rasakan saat-saat ketika sedang bersama kakaknya waktu itu memang benar, kakaknya terlihat mencurigakan namun ia tak menyangka akan sejauh itu ia melakukannya. Apalagi jika ia tahu pasti akan meninggalkan anggota keluarga dan ia juga sampai berbohong. Dia yakin kakaknya bukanlah tipe orang yang pembangkang karena selama ini ia selalu mengikuti apapun yang ibu perintahkan dan katakan.
Louin menitikkan air mata, mungkin seperti inilah yang dirasakan oleh ibunya selama berhari-hari. Sang ibu pasti merasa bersalah dan ia tak ingin kembali kehilangan orang yang disayanginya karena itulah setiap kali ibunya melihat louin ia akan memeluk, mengecup keningnya dan mengatakan kata sayang. Meskipun sang ibu pernah melakukan hal itu tapi tak sesering kali ini. Louin terus menangis terisak-isak karena tak kuasa mendengar perkataan mayder tentang kakaknya, ia harus kehilangan kakaknya dan ia juga merasa sedih melihat keadaan ibunya sekarang.
Louin ingin sekali berbuat sesuatu, tapi ia tak mungkin mengikuti jejak sang kakak jika ia tahu apa yang akan terjadi pada ibunya jika ia melakukan hal yang sama dengan kakaknya mourine.
"Lalu, apa yang akan kau lakukan?" Tanya louin Pada mayder yang telah menunggunya.
"Aku akan pergi dari tempat ini, tapi aku akui aku tak mungkin sendiri" ungkap mayder.
"Jadi kau sengaja menungguku? Tapi apa yang membuatmu aku akan melakukan hal yang sama denganmu?" Tanya louin yang melhat sikap mayder seolah-olah louin akan mengikuti apa yang akan dilakukannya.
"Aku mempunyai seorang kakak dia bernama merrier brak kakak pertamaku, dulu dia adalah seorang famin yang direkrut sebelum ito sheki dan kawan-kawannya. Setelah beberapa bulan kemudian aku yang tidak mengerti apapun hanya melihat ayah dan ibuku menangis, termasuk kakak keduaku, metir brak. Awalnya aku hanya terdiam biasa saja namun aku merasa gelisah ketika kakakku metir menangis sampai meronta dan menyatakan dia masih hidup bahkan sampai sekarang ini" Kata mayder menjelaskan dengan wajah yang menyakinkan.
"Jadi karena hal ini, kau benci pelajaran dan ito" tanya louin yang teringat kembali dengan sikapnya di kelas.
"Ya, karena aku tak tega melihat kakakku metir yang selalu berubah-ubah sikapnya" ujar mayder.
"Tapi apakah kau yakin kakakmu benar-benar masih hidup itu sudah lama?" tanya louin kembali.
"Setelah kejadian 5 tahun lalu itu, metir masih belum mau menerima kematian merrier bahkan sampai sekarang ia masih menangis, bertingkah atau berkata aneh sampai melakukan hal-hal yang seharusnya tidak ia lakukan. Ia mulai menunjukan sikap yang normal didepan orang lain ataupun orang tuaku tapi tidak ketika ia sedang sendiri. Mungkin ia takut jika keluarganya merasa khawatir dan ia rela memendam semuanya sendiri. Tanpa sepengetahuan siapapun Sampai sekarang Aku terus meliat gerak -geriknya dan aku merasakan sesuatu darinya yang membuatku terkejut" jelas louin.
"Terkejut..."
Angguk mayder, "ya, ternyata kakakku memang benar-benar menyatu"
"Maksudmu?"
"Kakakku merrier dan metir adalah saudara kembar. Ternyata metir sering merasakan rasa sakit, mendengar teriakan dan melihat sesuatu. ia yakin itu adalah merrier namun ia tak tahu dimana ia berada, ia hanya bisa menangis jika ia merasakan sesuatu terjadi pada merrier dan ia buat gambaran atau tulisan tempat, nama atau apapun yang ia lihat dan dengar meskipun dengan gambar seadanya. Aku sebagai adiknya tak tega jika melihat kedua kakakku harus merasakan hal yang begitu menyakitkan. Aku hanya ingin mengetahui kebenaran tentang kakakku, karena itu aku sering mencari informasi baik aku mencuri dari kakakku atau aku harus menyamar menjadi orang dewasa ataupun orang bodoh" jelas mayder yang membuat louin terbuka mata hatinya untuk menolongnya.
"Orang bodoh, bukankah kau sering menindas orang seperti yang runos lakukan?" tanya louin yang menyatakan ketidakpercayaannya pada mayder.
"Kau tahu keluarga runos adalah keluarga terpandang dan banyak berhubungan dengan kerajaan, karena alasan itu aku mendekatinya begitupun dengan keluarga lenima ataupun laxxotta. Aku terus mencari jalan yang penting aku mendapat informasi?" jawab mayder.
"Bagaimana dengan paman agu? Darimana kau tahu tentangnya? Apa karena ia teman ito sheki?" tanya louin.
"Awalnya aku tak tahu tentang paman agu, tapi ketika itu aku mengikuti ito sheki yang mengarah kesuatu rumah hampir mendekati sebuah dermaga. Aku mengikutinya dan mendengar semuanya tentangnya dan yang lainnya" ujar mayder.
"Berarti benar, luka di paman agu bukanlah luka biasa!" Louin mencoba berpikir kembali tentang paman agu.
"Ya, dia diserang oleh hewan yang akupun tak tahu dan aku belum bisa memastikannya" ungkap mayder yang membuat louin semakin yakin.
"Baiklah...."
"Apa maksudmu "Baiklah" kau ingin meninggalkan ibumu sama seperti dengan kakakmu" ucap dellio yang keluar tiba-tiba dari balik pohon bersama miroka.
Louin terkejut melihat dan mendengar suara yang tak lain sahabatnya. Ia tak percaya jika mereka ada bersamanya dihutan ini.
"Apa yang kalian lakukan?" tanya louin pada sahabatnya.
"Teman-temanmu mencarimu, dan mereka sudah lama berada si balik pohon itu!" Ucap mayder.
"Kami sudah mendengar semuanya, kami tadi bermaksud menemuimu ke dermaga tapi ternyata kau tidak ada lalu kami mencarimu kehutan ini" ucap miroka yang sudah mendengar dengan jelas pembicaraan louin dan mayder.
"Lalu, apa yang harus aku lakukan?" Louin merasa lemas dengan tindakan yang akan ia ambil selanjutnya.
Louin menjadi serba salah untuk melakukan apa yang ingin ia inginkan. Benar yang dikatakan oleh dellio sang ibu yang sudah sedih ditinggalkan oleh mourine tak mungkin baginya meninggalkan ibunya dengan kesedihan untuk kedua kalinya. Mayder, miroka, dellio dan louin mereka berempat duduk di sebuah pohon yang sudah tumbang didalam hutan, mereka terdiam karena mereka tak tahu apa yang harus mereka lakukan. Mayder yang sudah mantap untuk meninggalkan botimalos hanya tinggal menunggu louin dan yang lainnya agar bisa pergi dengannya.
"Sebenarnya aku mendengar pembicaraan bibiku dan kak hirsh tentang kakakmu, ia merasa gelisah dan takut, karena itu kak hirsh melarikan diri dari kerajaan dan pergi kerumah secara diam-diam" ucap dellio.
"Kak hirsh dilarang meninggalkan kerajaan semenjak kejadian yang menimpa kak mourine, karena mereka semua harus mencari cara untuk kembali pada tugasnya" miroka menambahkan penjelasan yang telah ia dengar sebelumnya dari dellio.
"Mengapa kau tak memberitahuku" Tanya louin yang kecewa terhadap sahabatnya.
"Aku sangat ingin memberitahumu, tapi aku tak mampu untuk mengatakannya" ucap dellio yang tak tega untuk mengatakan kebenaran yang ia ketahui.
"Kau pasti sangat senang karena tak ada satupun anggota keluargamu yang pergi meninggalkanmu, bahkan kak hirsh pun kini datang dengan selamat. Sedangkan diriku, kau tahu aku sudah ditinggalkan oleh ayahku lalu kakakku dan sekarang aku harus terus melihat ibuku selalu bersedih" teriak louin sangat kesal.
"Aku dengar kakakmu seorang pengkhianat karena ia lebih baik mati dengan cara melarikan diri masuk ke lembah putus asa" Mayder membuka mulut yang dellio tak ingin katakan.
"Apa... apa itu benar yang dikatakan kak hirsh juga!" louin murka.
Dellio hanya diam tak ingin menjawab apapun yang telah dikatakan oleh mayder, dellio memang mendengar semuanya, temasuk tentang mourine yang melarikan diri dengan cara mati ke lembah putus asa tapi itu adalah argumen yang dikatakan oleh runag, hirsh sangat mengerti yang dilakukan sahabatnya dan alasan mengapa ia harus masuk kedalam lembah putus asa itu.
"Benar, tapi itu adalah perkataan runag yang ia sampaikan kepada semua orang, tapi aku yakin kak hirsh tahu sesuatu mengenai kebenaran kakakmu" kata dellio yang mencurigai perkataan dan sikap gelisah dari kakak sepupunya.
"Tidak mungkin, itu semua tidak mugkin. Kakakku bukanlah seorang pengecut" teriak louin yang marah.
Louin tertunduk bersimpuh ia mengepalakan tangannya karena tak percaya dengan sikap kakaknya yang menurut semua orang kini dia adalah seorang pengecut. Kini ia menyadari pandangan beberapa orang terhadap dirinya dan ibunya seperti orang yang menjijikan jika melihat mereka. Awalnya louin pikir itu hanyalah perasaannya, ternyata benar-benar menyakitkan ketika ia harus mendengar ketidakbenaran tentang kakaknya.
Louin merasakan hatinya sakit berkali-kali lipat, melihat sang ibu yang selalu menangis dan bertindak aneh membuatnya yakin jika sang ibu sudah mengetahui yang sesungguhnya tentang kakaknya. Rasa sakit yang diterima ibunya pastilah sangat menyedihkan selain ia harus kehilangan anggota keluarganya ia juga harus menerima pandangan dari beberapa orang yang sudah mengetahuinya. Mungkin bagi mourize untuk berpura-pura tidak tahu atau bersikap biasa-biasa saja itulah jalan yang paling terbaik untuk menunjukan dirinya didepan semua orang. Namun tak mudah bagi louin karena ia harus melihat sang ibu yang lusuh dan pandangan orang terhadap ibunya.
Louin masih tak terima dengan semua perkataan yang ia dengar. Selama ini kakaknya selalu memberikan yang terbaik, tak mungkin baginya untuk berkhianat baik untuk kerajaan atau keluarganya. Louin masih tertunduk, ia menangis, marah dan kesal. Tak hanya dalam dirinya, didalam lubuk hatinya telah merasakan perasaan louin yang membuatnya muncul diwaktu yang tidak tepat.
Louin kini berubah kembali untuk ketiga kalinya, perasaan yang sudah tidak bisa ia bendung lagi membuatnya berubah menjadi seseorang yang lain. Walaupun begitu louin terus menekan rasa amarahnya bukan karena sesuatu yang ada didalam dirinya yang belum ia sadari melainkan rasa sayangnya terhadap sang ibu yang tak ingin membuatnya khawatir. Kekuatan yang mengubah matanya dan memberikan lukisan diwajahnya memang belum sampai batasnya tapi ukiran itu akan menganggunya jika semua orang tahu tentangnya.
"Louin..." Dellio menepuk pundak louin yang menyadarkan dirinya.
"Hahh..." Louin menghela nafas. "Aku butuh waktu untuk memikirkan hal ini" Ucap louin lemas yang berlalu begitu saja.
"Aku hanya bisa memberimu waktu tiga hari" Teriak mayder tanpa menghentikan langkah kaki louin menuruni bebatuan dan ranting di hutan yang berserakan.
ooo L U L L A B Y ooo
"Halo sayang" sapa sang ibu melihat kepulangan anaknya.
"Bu, sekarang sering sekali pulang cepat?" Tanya louin berpura-pura tidak tahu apapun sama seperti yang dialami ibunya.
"Pekerjaan ibu sudah selesai, mungkin besok ibu juga tak akan kepasar" jawab sang ibu santai.
"O ya" Louin hanya tersenyum membalas ibunya.
Akhirnya louin mempunyai waktu yang lama untuk bersama ibunya, waktu yang sudah ia tunggu selama ini telah terkabul tapi pada keadaan yang tidak tepat. Sekian lama louin mengharapkan waktu yang banyak bersama ibunya, namun tidak dalam kesedihan seperti ini dan tanpa kehadiran sang kakak.
Seusai membersihkan diri louin makan malam bersama dengan ibunya, Malam yang sunyi semakin sepi karena tak ada kehadiran orang yang selama ini menjahilinya, bertengkar ataupun memanjakannya. Suap demi suap louin memakan apa yang ada dalam piringnya, sesekali ia memperhatikan sang ibu tanpa sepengetahuannya, betapa menyedihkan penampilan wajah sang ibu seperti tak terurus. Louin hanya bersikap normal seperti biasanya mencoba menetralkan kondisi sang ibu. Ia menjadi louin yang tidak mengerti apapun dan polosnya.
Wajah yang polos tak sepolos dengan hatinya yang penuh dengan kesedihan, amarah dan derita melihat keluarganya yang sepertinya dihancurkan secara perlahan-lahan. Louin menaiki tangga menuju kamarnya, ia kembali berdiri didekat jendela yang sering ia gunakan untuk menikmati langit, menggambar ataupun diganggu oleh sang kakak yang tiba-tiba datang tanpa diketahuinya. Yang kini ia lihat dan ada dipikirannya bukanlah menikmati langit malam melainkan membayangkan ketika kakaknya menganggunya, menemaninya dan benar-benar merasakan menjadi seorang adik.
"Louin..." teriak sang ibu yang memanggilnya dari lantai dua.
Louin yang mendengar teriakan sang ibu langsung keluar dari kamarnya dan menuju ibu. "Ya,bu"
"Ada temanmu" ucap sang ibu menunjukan kedatangan dellio dan miroka.
"Kalian, ada apa?" louin terkejut dengan kedatangan mereka yang tidak biasanya masuk kedalam rumahnya. Biasanya mereka hanya memanggil atau melambaikan tangan ke arah jendela kamar louin.
Mereka hanya melambaikan tangan dan memberi isyarat jika mereka ingin mengatakan sesuatu kepada louin.
"Ayo masuk kekamarku?" ajak louin dengan menunjuk kamarnya menggunakan kepalanya.
Mereka berdua menaiki tangga dan menuju sang empunya kamar. Mereka duduk hanya beralaskan lantai yang terbuat kayu itu dan langsung memuka pembicaraan.
"Aku hanya ingin memastikan jika dirimu benar-benar ingin mengikuti mayder" ungkap dellio yang mengkhawatirkan louin.
"Memangnya seperti apa lembah putus asa itu?" tanya louin yang mengingat perkataan mayder sebelumnya.
"Yang aku tahu dan dengar lembah itu sangat luas dan panjang terdapat banyak kepulan asap tebal dan petir" ujar dellio yang mendengarnya.
"Oh, itu bukanlah lembah putus asa melainkan itu adalah lembah terakhir" ujar louin.
"Darimana kau tahu lembah itu" tanya miroka.
"Aku hanya pernah melihatnya, apakah seperti ini?" ucap louin menunjukan buku yang penuh dengan gambarnya.
"Jika yang dikatakan kak hirsh seperti itu, mungkin seperti ini gambarannya. Aku tidak tahu sama sekali tentang tempat itu" ujar dellio.
Louin merobek buku yang menggambarkan lembah itu dan memasukkan kedalam sakunya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya miroka melihat aksi louin merobek bukunya.
"jika memang benar ini lembahnya, kemungkinan kakakku masih hidup" ucapan louin mencengangkan miroka dan dellio yang membuat mereka bingung dengan pekataan louin.
"Hay anak-anak, ibu membawakan cemilan dan minuman" ibu mourize tiba-tiba datang mengejutkan mereka bertiga yang sedang serius.
"Makasih bibi" sahut miroka dan dellio yang telah disuguhkan makanan.
ooo L U L L A B Y ooo
Dalam tidurpun louin merasa gelisah dan mendapatkan mimpi buruk tentang sang kakak yang diserang mahluk jelek dan mengerikan, diselamatkan oleh orang yang penuh dengan cahaya dan bersih, bahkan dipeluk dan dibelai oleh seorang lelaki yang iapun tak bisa melihatnya seperti apa rupanya semua terlihat hitam seperti bayangan.
Sang ibu masuk kedalam kamarnya tanpa sepengetahuan dan disadari oleh louin, ia menatap wajah dan mengelus louin dengan tangisannya. Ia juga mengelap keringat sang anak yang sedang bermimpi buruk. Mourize duduk disamping anak yang sedang tidur.
Sepanjang malam semenjak kepergian mourine, sang ibu memang diam-diam masuk ke kamar louin untuk melihatnya dan mengelusnya. Air matanya pun terus mengalir melewati pipinya. Elus demi elus tangan sang ibu menyentuhnya kepalanya.
Malam yang sungguh gelap baik diluar maupun didalam hatinya. Pikirannya tak bisa menerima apapun dan ia hanya bisa berdiam diri tak ingin melakukan apapun, rasanya sulit sekali menggerakkan tangan dan kakinya, hanya air mata yang terus menerus keluar dari mata yang sudah sangat sembab.
Louin menutup mulutnya yang sedang menguap menuju suara yang berisik didalam dapur.
"Ibu, mengapa tidak pergi kepasar lagi, ini sudah ketiga kalinya ibu tidak kesana?" tanya louin yang sibuk membereskan dapurnya.
"Sudah ibu katakn, ibu mungkin tidak akan kepasar lagi untuk waktu yang lama" jawab sang ibu.
"Yang benar bu, Selama ibu tak kepasar rumah ini menjadi tak sepi lagi" ucap louin tersenyum.
"Seharusnya sebentar lagi kakakmu kembali" ucap sang ibu yang terlihat tegar menyembunyikan tentang mourine.
"Ya aku sangat merindukan kakak" ucap louin yang masih bersikap biasa.
Baik sang ibu mourize ataupun louin, keduanya hanya bersikap seperti biasanya, seperti tak merasakan sesuatu telah terjadi menimpa mereka. Sang ibu menyimpan seorang diri masalahnya tak ingin memberitahu louin. Meski begitu louin tahu masalah sebenanrnya yang sedang terjadi, tapi louin tak ingin memberitahu kepada ibunya karena ia juga tak ingin membuat sang ibu. Mungkin memendam maslah sendiri itulah yang terbaik bagi ibunya.
"Kau ingin seperti kakakmu" tanya sang ibu yang mengejutkannya.
"Maksud ibu?"
"Kau ingin pergi kekerajaan seperti kakakmu?" sang ibu memperjelas.
"Aku memang ingin bertemu kakak tapi aku tak ingin pergi kesana. Tapi bu...?" louin menghentikan perkataannya.
"Ada apa lanjutkan saja apa yang ingin kau katakan?
"Jika aku pergi bersama dengan temanku sebelum kakak pulang, ibu tidak keberatan?" tanya louin sangat berhati-hati.
"Berapa lama?"
"Aku tidak tahu, tergantung temanku"
"Baiklah, kau boleh pergi"
"Ibu yakin?" Louin tak percaya mendengar ucapan sang ibu yang begitu mudah mengizinkannya.
"Ya, kau boleh pergi. Ibu akan pergi kerumah paman bon bon. Apa kau ingin ikut?" tanya sang ibu yang sangat mengetahui dengan jelas jika louin tak menyukai pamannya.
"Mengapa ibu harus ke paman bon bon, tidak mau! Aku lebih baik sendiri dirumah daripada aku harus kerumahnya?" ucapnya kesal karena sang ibu mengajaknya pergi kerumah pamannya yang tak ingin sama sekali ia datangi.
"Kau jangan seperti itu, bagaimanapun ia adalah pamanmu" sang ibu menasehati anaknya.
"Aku tahu itu bu, tapi aku lebih merasakan ketakutan itu lebih dari yang ibu bayangkan. Tidak bu terima kasih" louin kembali menuju kamarnya dan kembali lagi menghampiri ibunya karena ia benar-benar tak percaya mendengar perkataan ibunya yang mudah sekali mengizinkannya, "ibu, apa kau yakin aku boleh pergi?"
"Asal kau harus kembali seperti ini, dan kalau kau terus bertanya, ibu tak tahu jika akan berubah pikiran kembali" ibu berkacak pinggang terus mengulangi perkataanya.
"Siap bu" ucap louin sumeringah.
Louin sangat senang sekali karena ibu mengizinkannya pergi bersama dengan temannya, meskipun louin tak mengatakan hal yang sebenarnya kepada ibunya, ia hanya mempunyai satu keinginan membuat ibu tersenyum lagi dan membersihkan nama baik sang kakak.
Ia bersiap-siap diri, merapikan semua peralatan yag ingin ia bawa kedalam tasnya termasuk makanan yang ia ambil diam-diam didapur tanpa sepengetahuan ibunya. Ia membawa perlengkapan lengkap yang ia butuhkan dan tak lupa membawa pedang kayu dan senjata Moul yang ia dapatkan dari sang kakak.
QARINA R
JAKARTA, 11 DESEMBER 2015
LULLABY ( THE LEGEND OF MYTH )