Loading...
Logo TinLit
Read Story - CHERRY & BAKERY (PART 1)
MENU
About Us  

                                                                                                        Cherry&Bakery

 

 

“Kalian dipecat! Kalian tidak disiplin, membuang-buang waktu, hanya bermain-main dengan resep, tidak bisa mengatur jadwal kuliah dan kerja sambilan dengan benar!”

Seorang chef  tengah marah-marah sambil menunjuk satu persatu wajah karyawan di hadapannya.

“Tapi chef  kami sudah bekerja di sini selama dua tahun—chef aja belum di sini. Kenapa chef tega melakukan ini pada kami?”

Chef,  kami punya banyak resep baru!”

Chef, sebagian besar pelanggan cafe ini menyukai produk roti yang kami buat. Kami berjanji akan berusaha lebih keras lagi, mengatur jadwal kuliah lagi, dan lebih disiplin.”

“Iya. Ratna benar! Chef  tolong jangan pecat kami.”

Sementara itu, Vella, Indra, dan Belinda tengah duduk di kursi tunggu. Ketiganya tengah menunggu di  luar ruangan chef yang menjadi ketua chef di cafe ini. Ketiganya berwajah masam. Bagaimana tidak. Mereka bisa mendengar komentar-komentar pedas dari chef di dalam ruangan kaca itu.

Seperti yang dijelaskan Indra, chef ini tak lain adalah anak dari pemilik toko roti bernama Cherry&Bakery ini. Chef ini bernama Brian, terkenal sebagai chef yang galak tapi bijaksana.

“Perasaanku nggak enak deh,” gumam Vella. Dia tersenyum getir.

Wajah Belinda sama paniknya dengan Vella.

“Gue akan bawa roti-roti ini pulang,” ucap Belinda tatapannya tertuju pada box roti di tangannya. Ia beralih menatap Vella di sebelahnya. “Elo nggak perlu membayar atau menggantinya.” Kini tatapannya beralih pada Indra. “Datang ke sini dengan membawa roti-roti yang udah nggak bisa dimakan ini, sama saja akan membuatku dipecat.”

“Jadi, kamu juga kerja di sini?!” pekik Vella tidak menduga kalau Belinda juga kerja sambilan di sini.

Belinda mengangguk pasrah. “Yap. Sebenernya kerjaan gue cuma ngambil roti buat dijual di koprasi sekolah. Gue jadi bisa dapet uang tabungan tambahan dari kerjaan ini.” ia menghela napas dalam. “Gue nggak mau kehilangan pekerjaan ini.” Pungkasnya.

Indra tersenyum. “Kita tetap akan menemuinya,” selanya terdengar meyakinkan. Dia menatap dua adik kelasnya penuh harap. “Kalian tenang aja. Aku juga kerja sambilan di sini. Akan aku negosiasikan hal ini. Lagipula Vella juga nggak sengaja melakukannya—”

RIINGG

Disela-sela penjelasan Indra, terdengar sebuah dering ponsel mengejutkan mereka bertiga. Vella lekas mengangkat panggilan di ponselnya.

“Vella kamu di mana?!” 

Suara Tina di seberang sana memekakan telinga Vella yang baru saja menempelkan ponsel ke telinganya. Membuatnya menjauhkan ponselnya jauh-jauh dari telinganya.

Vella tercekat. Seharian ini dia bahkan tidak sadar telah mengabaikan telepon dari Tina yang jelas-jelas mobilnya masih belum pulang seharian ini. Dan sekarang dia harus menjelaskan semuanya!

“Ya hallo! Kak Tina maaf banget. Tadi pagi aku buru-buru banget, nggak sempet nunggu Kak Tina selesai siap-siap jadi terpaksa aku bawa mobil Kakak dan berangkat sekolah dulu.”

“Jawab! Kamu di mana?! Vellaaaaaaa!”

Vella buru-buru memutus sambungan ponselnya.

“Siapa?”

“Kakak sepupuku, Kak Tina.” Vella nyengir melihat ekspresi bingung di wajah Belinda dan Indra.

“Sekali dipecat tetap dipecat!”

Suara chef itu kembali terdengar di balik ruang kaca ini.

“Eh. Awas!”

Ketiganya langsung menyingkir dari pintu ketika ada tiga orang pegawai berseragam putih dengan topi tinggi di kepala mereka. Ketiganya keluar dari dalam ruangan dan berjalan dengan tergesa-gesa.

Rasanya Vella mengenali wajah-wajah tiga pemuda itu. Namun ia tidak berani menyapanya langsung.

Vella menatap tiga orang itu dalam diam. “Kak Vegan?” lirihnya.  Ia menyipitkan mata.

“Lihat apa? Ayo masuk!” ajak Indra membuat Vella terkesiap.

“Oh, iya.”

***

Selama setengah jam Vella dan Belinda duduk diam di dalam ruangan AC bercampur dengan aroma roti panggang karena di sebelah ruangan ini adalah dapur roti.

Indra sedang sibuk bercakap dengan chef di hadapan mereka. Sesekali chef itu menatap wajah dua gadis berseragam OSIS di seberang ruangan. Kemudian kembali bercakap dengan Indra.

Alih-alih Vella memperhatikan chef  ini lekat-lekat. Wajah chef  ini masih muda. Terlalu muda untuk ukuran seorang chef. Mungkin masih duduk di bangku kuliah. Matanya tekesiap begitu sang chef  tiba-tiba beralih padanya.

Tampaknya negosiasi telah selesai, chef  muda itu beranjak mendekati Belinda. Belinda tampak salah tingkah dan gugup. Bukan karena  wajah tampan chef beralis tebal ini, melainkan karena keputusan yang akan diterima atas perbuatannya.

“Jadi kamu ingin mengatakan kalau kamu ingin punya partner kerja di sini?” tanya chef  ini dengan nada tinggi.

Belinda berjengit. Bulu kuduknya meremang seketika. Ia melotot ke arah Indra. Mulutnya komat kamit tidak jelas.

“A—aku hanya—“

Vella melihat Belinda melirik ke arah Indra. Indra memberinya isyarat untuk mengangguk. Belindapun terpaksa mengangguk.

Melihat Belinda mengangguk, kini tatapan chef  itu beralih pada Vella. Dalam sekejap Vella merasa tubuhnya membatu. Dia belum pernah berhadapan dengan orang penting di sebuah

dunia kerja semacam ini.

“Dan kamu bermaksud membantu pekerjaan temanmu sebagai ganti rugi roti-roti yang tidak sengaja kamu jatuhkan?” tanyanya masih dengan nada suara yang meninggi.

Seperti yang dilakukan Belinda, Vella melirik ke arah Indra. Indra pun memberi isyarat untuk menganggukkan kepala.

Vella mengikutinya. Detik selanjutnya Vella merasakan wajah chef  ini menjauh. Dan kini dia mendengar chef  ini tertawa.

Chef  berdiri membelakangi mereka. “Hm. Aku mencium aroma konspirasi kecil di sini,” gumamnya. Ia melangkah mendekati dinding kaca di seberang sana.

Apa yang baru saja dikatakannya sukses membuat nyali Vella dan Belinda menciut. Keduanya terus mengamati gerak gerik sang chef.

Chef—pemilik toko ini?” celetuk Vella penasaran.

Chef itu mengangguk. Ia masih berdiri membelakangi gadis ini.

“Toko roti ini milik keluargaku. Tapi karena mereka membuka cabang toko yang baru di luar kota, sementara ini aku membantu pekerjaan di sini.” jawab Chef sambil berbalik.

“Ooh begitu.”

“Orang-orang yang bekerja di sini, membuat produk baru, menambah pelanggan toko, dan harus disiplin.”

Sang chef  berbalik tiba-tiba. Membuat Vella dan Belinda sama-sama terkejut. Membuat Indra nyengir melihatnya.

Vella mendapati kedua mata chef menatapnya lekat-lekat. Membuatnya semakin mematung tak berkutik.

“Jika kamu memiliki salah satu dari tiga hal itu, maka kamu akan di terima kerja di sini!”

“Hah apa?” pekik Vella bingung. Diterima? Bekerja? Apa ini yang dikatakan Indra soal negosiasi tadi? Yang benar saja?

“Tapi kedatanganku ke sini—“

“Kamu ke sini untuk mengganti rugi roti yang rusak kan?” kata chef  sambil tersenyum. “Kalau begitu kamu diterima dengan syarat harus membuat produk baru di sini. Kamu boleh mulai belajar membuat roti, cupcake, apapun itu untuk menciptakan produkmu sendiri!” dia mengacungkan jarinya. Memberi isyarat pada Indra yang berdiri di seberang.

Indra mengangguk. Dia berjalan ke sebuah almari besar. Mengambil sekotak kardus entah apa isinya. Kemudian memberikannya pada sang chef .

“Ini baju seragam untukmu. Di dalam sini ada aturan perusahaan dan syarat yang harus kamu lengkapi. Terimalah.”

“Ini. Untukku?” tanya Vella merasa tidak percaya atas apa yang dikatakan chef ini padanya.

Vella merasakan seseorang menyentuh bahunya dari belakang.

“Terimalah. Kamu akan senang belajar membuat roti di sini,” ucap Indra sambil tersenyum.

“Indra benar. Lo bakal jadi partner gue,” bisik Belinda riang.

“Tapi aku rasa ini terlalu berlebihan. Aku kan hanya—“

“Kami akan senang kalau kamu mau ikut belajar membuat roti di sini.” potong sang chef . “Kegiatannya setiap Sabtu sore.”

Vella menatapnya keheranan. Apa orang ini sudah baik-baik saja setelah beberapa menit lalu meluapkan seluruh kemarahannya pada tiga karyawannya. Tiba-tiba Vella merasa asing dengan orang-orang di ruangan ini.

“Sebenarnya toko roti ini memang sedang membutuhkan karyawan baru. Tapi tidak ada yang mau mendaftarkan diri karena, mungkin mereka takut denganku,” kata chef  tertawa getir.

“Lalu kenapa tadi chef memecat tiga orang karyawa sekaligus?” seloroh Vella membuat chef  yang belum ia tahu namanya ini menoleh padanya.

“Tiga karyawan sekaligus?” sang chef diam sejenak. “Kamu tahu, dari hasil pengamatanku, mereka sudah layak untuk mendirikan toko roti mereka sendiri. Mereka pasti tahu maksudku memecat mereka. Jadi kupikir sudah waktunya mereka mandiri.”

Benar-benar terkejut Vella mendengar alasan chef  ini.

“Dengan memiliki karyawan yang hebat, toko ini akan lebih maju kan?” tanya Vella merasa ironi.

“Hm. Tapi bagiku, memiliki perusahaan bukan hanya untuk mendapatkan karyawan yang hebat, tetapi membiarkan mereka dibekali dengan keterampilan yang bermanfaat,” jelasnya.

Mendengarnya Vella hanya ber-Oh ria.

“Jadi, sebagai ganti rugi roti yang rusak, kamu harus berlatih di sini sampai bisa membuat produk rotimu sendiri,”

pungkas chef  ini dengan nada lebih bersahabat.

Sekali lagi Vella menoleh pada Indra. Sepertinya dia memang tidak punya pilihan. Di sisi lain, tak ada ruginya dia berlatih membuat roti. Toh dia senang dengan hal-hal yang berkaitan dengan roti. Dia akan berusaha sampai berhasil membuat produk rotinya sendiri seperti kata chef.

“Baiklah, akan aku coba,” jawab Vella bersemangat.

“Selamat bergabung di Cherry and Backery. Aku Brian sebagai ketua Chef di sini.”

Indra tersenyum. “Selamat bergabung di sini Vella. Toko roti ini memiliki cafe juga, ada di bagian depan dan toko roti. Benar kan Chef?

“Benar sekali.” sambut Brian.

“Aku—aku akan berusaha sungguh-sungguh!”

“Bagus! Akhirnya gue punya partner  kerja di sini,” kata Belinda girang.

Vella tersenyum melihat suasana tegang di sini sudah mencair. Ia kembali menatap chef Brian. Dibalik keputusan semena-menanya, chef ini memang cukup bijaksana rupanya.

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • kania_young

    @Rifad Ini aku nerbitin indie publish di Jejak Publisher. Waah... asiik

    Comment on chapter PROLOG
  • Rifad

    Kalau boleh tau di penerbit mana bukunya? yuk kita terbitkan di penerbit mayor yukk....

    Comment on chapter PROLOG
Similar Tags
G E V A N C I A
1004      563     0     
Romance
G E V A N C I A - You're the Trouble-maker , i'll get it done - Gevancia Rosiebell - Hidupnya kacau setelah ibunya pergi dari rumah dan ayahnya membencinya. Sejak itu berusaha untuk mengandalkan dirinya sendiri. Sangat tertutup dan memberi garis keras siapapun yang berniat masuk ke wilayah pribadinya. Sampai seorang cowok badboy selengean dengan pesona segudang tapi tukang paksa m...
Teman Khayalan
1631      704     4     
Science Fiction
Tak ada yang salah dengan takdir dan waktu, namun seringkali manusia tidak menerima. Meski telah paham akan konsekuensinya, Ferd tetap bersikukuh menelusuri jalan untuk bernostalgia dengan cara yang tidak biasa. Kemudian, bahagiakah dia nantinya?
Special
1494      803     1     
Romance
Setiap orang pasti punya orang-orang yang dispesialkan. Mungkin itu sahabat, keluarga, atau bahkan kekasih. Namun, bagaimana jika orang yang dispesialkan tidak mampu kita miliki? Bertahan atau menyerah adalah pilihan. Tentang hati yang masih saja bertahan pada cinta pertama walaupun kenyataan pahit selalu menerpa. Hingga lupa bahwa ada yang lebih pantas dispesialkan.
Secret Elegi
4092      1163     1     
Fan Fiction
Mereka tidak pernah menginginkan ikatan itu, namun kesepakatan diantar dua keluarga membuat keduanya mau tidak mau harus menjalaninya. Aiden berpikir mungkin perjodohan ini merupakan kesempatan kedua baginya untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu. Menggunakan identitasnya sebagai tunangan untuk memperbaiki kembali hubungan mereka yang sempat hancur. Tapi Eun Ji bukanlah gadis 5 tahun yang l...
Alfazair Dan Alkana
256      207     0     
Romance
Ini hanyalah kisah dari remaja SMA yang suka bilang "Cieee Cieee," kalau lagi ada teman sekelasnya deket. Hanya ada konflik ringan, konflik yang memang pernah terjadi ketika SMA. Alkana tak menyangka, bahwa dirinya akan terjebak didalam sebuah perasaan karena awalnya dia hanya bermain Riddle bersama teman laki-laki dikelasnya. Berawal dari Alkana yang sering kali memberi pertanyaan t...
A Ghost Diary
5135      1615     4     
Fantasy
Damar tidak mengerti, apakah ini kutukan atau kesialan yang sedang menimpa hidupnya. Bagaimana tidak, hari-harinya yang memang berantakan menjadi semakin berantakan hanya karena sebuah buku diary. Semua bermula pada suatu hari, Damar mendapat hukuman dari Pak Rizal untuk membersihkan gudang sekolah. Tanpa sengaja, Damar menemukan sebuah buku diary di tumpukkan buku-buku bekas dalam gudang. Haru...
Hello, Kapten!
1253      653     1     
Romance
Desa Yambe adalah desa terpencil di lereng Gunung Yambe yang merupakan zona merah di daerah perbatasan negara. Di Desa Yambe, Edel pada akhirnya bertemu dengan pria yang sejak lama ia incar, yang tidak lain adalah Komandan Pos Yambe, Kapten Adit. Perjuangan Edel dalam penugasan ini tidak hanya soal melindungi masyarakat dari kelompok separatis bersenjata, tetapi juga menarik hati Kapten Adit yan...
Redup.
556      344     0     
Romance
Lewat setiap canda yang kita tertawakan dan seulas senyum yang kerap dijadikan pahatan. Ada sebuah cerita yang saya pikir perlu kamu dengarkan. Karena barangkali saja, sebuah kehilangan cukup untuk membuat kita sadar untuk tidak menyia-nyiakan si kesayangan.
Ghea
448      288     1     
Action
Ini tentang Ghea, Ghea dengan segala kerapuhannya, Ghea dengan harapan hidupnya, dengan dendam yang masih berkobar di dalam dadanya. Ghea memantapkan niatnya untuk mencari tahu, siapa saja yang terlibat dalam pembunuhan ibunya. Penyamaran pun di lakukan, sikap dan nama palsu di gunakan, demi keamanan dia dan beserta rekan nya. Saat misi mereka hampir berhasil, siapa sangka musuh lamany...
Surat untuk Tahun 2001
4266      1939     2     
Romance
Seorang anak perempuan pertama bernama Salli, bermaksud ingin mengubah masa depan yang terjadi pada keluarganya. Untuk itu ia berupaya mengirimkan surat-surat menembus waktu menuju masa lalu melalui sebuah kotak pos merah. Sesuai rumor yang ia dengar surat-surat itu akan menuju tahun yang diinginkan pengirim surat. Isi surat berisi tentang perjalanan hidup dan harapannya. Salli tak meng...