Udara terasa membeku saat buku – buku jemari gadis itu memutih.Ia menghembuskan napas beruap,seseorang berlari menyusulnya.Seorang pemuda mensejajari langkahnya yang lebar – lebar dan segera mendahuluinya.
Alhasil,dalam perlombaan kecil itu,si gadis harus rela menelan kekalahan.Gadis itu berhenti dan meninju bahu pemuda yang mengalahkannya dengan senyum percaya diri itu.
“Kamu curang!”
“Loh?kamu yang lamban larinya.” ujar pemuda itu membela diri.
“Enak aja!kalo gitu ayo lari lagi,sampai depan sana!yang kalah traktir es krim yang menang!”
Sebuah senyuman pemuda itu berarti iya,ia menerima tantangan gadis itu.Keduanya saling mengejar dengan kecepatan yang hampir sama.
Siapa yang menang?kalian akan tahu sendiri.
“Tuh,kan,bener.Yang pertama itu kamu curang.” cibir gadis itu dengan mulut penuh es krim.Tentu saja dia senang.Susah payah dia berupaya menyamakan langkah kakinya dengan pemuda itu selama berlari.
“Aku kan terpaksa ngalah,demi kamu.” jawab pemuda itu dengan senyum jahil.Ia melepas topi berlogo TNI miliknya dan memakaikannya ke kepala gadis bahagia yang tengah menatapnya itu.
“Biar apa?”
“Biar kita bisa masuk ke sini bareng!” jawabnya.Ia menunjuk logo ditopinya.
Gadis itu melihat lekat – lekat logo itu.Ia juga ingin masuk kesana,bersama dengan pemuda yang ada dihadapannya ini.Dia ingin sekali.
Upacara paling dinantikan telah terlaksana dengan sempurna.Upacara yang akan menentukan jalan setiap prajurit pemberani kedepannya.Jalan yang penuh hambatan dan rintangan menanti di depan mata.Namun fisik dan mental mereka jauh lebih kuat dibanding semua kesulitan itu.Mereka memang dilahirkan untuk menjadi abdi negara,siap mati demi bangsa.
“Selamat,Kartika.Mulai sekarang kamu telah resmi menjadi bagian dari Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara dengan pangkat Sersan Dua.” itulah yang diucapkan komandannya dengan senyum mahalnya.
Kartika,bukan tanpa sebab ia diberi nama itu.Sesuai artinya,maka ia adalah bintang yang akan selalu bersinar kapanpun,dimanapun.Ia berharap,karirnya di militer pun akan sebersinar namanya.
Kartika berdiri tegap dan menerima jabat tangan pelantikannya itu.
Gemuruh semangat yang dikobarkan para prajurit yang bertahan hidup ini menggema,memenuhi seluruh penjuru hutan belantara di tanah yang asing.Sang Kapten memimpin pasukannya,tujuannya satu yakni menemukan jalan pulang.
Mereka tengah berada dalam misi.Dan mereka diberi perintah untuk tidak gagal.
Mereka tidak boleh gagal menunaikan tugasnya,termasuk juga menemukan cara untuk kembali ke barak.Namun bagi mereka,mereka adalah pasukan terlatih yang siap mati jika gagal dalam tugasnya.Dan mereka tahu betul akan itu.
“Tetap jalan!jangan lengah,Kuda Hitam mungkin saja memantau kita!” teriak Sang Kapten pada para prajuritnya yang mulai lelah menyeberangi sungai beraliran deras ini.
“Kapten!”
Sang Kapten melihat ke arah suara yang memanggilnya.Tahu apa yang terjadi,ia langsung bertindak cepat.Ia suruh pasukannya untuk jalan didepan sambil tetap waspada sementara ia memapah salah satu diantara mereka yang cedera karena luka tembak dikakinya.
Salah satu prajurit terbaiknya tertembak saat berusaha melumpuhkan para pemberontak ‘Kuda Hitam’ yang kini telah lari tunggang langgang.Ia berharap gerakan makar itu padam sebagai tanda berhasilnya misi mereka.
“Karena kamu sudah bekerja keras,maka saya akan menolong kamu.” ucap Sang Kapten.
“Kamu memang suka sesumbar,Damar.Kamu tidak pernah berubah.”
Mereka berdua saling mengulum senyum.
Kartika mematutkan dirinya dicermin,sebentar lagi Panglima Jenderal akan datang ke kesatuannya.Jujur saja,ia adalah fans berat bapak panglima.Tentu saja ia tidak akan melewatkan kesempatan khusus ini.
Kesempatan itu ada didepan matanya,bahkan lebih dekat dari yang bisa ia bayangkan.Bapak Panglima datang dan menyalami para tentara yang tempo hari baru dilantik.Beliau gagah,didampingi dua ajudannya dari angkatan darat yang berbaret merah,berdiri agak lama didepan Kartika dan menyalaminya.
“Saya sudah dengar prestasi kamu,saya bangga!selamat!semoga kamu bisa menjadi prajurit yang baik.Selamat sekali lagi!” ucap bapak panglima dengan senyum.
Kartika tersipu.Namun hanya sesaat.
Pasalnya,apa yang ada di depan matanya lebih mengaduk perasaanya.
Damar.
Kartika.
Hanya itu yang ada dipikirannya.Ia harus bagaimana?
Damar tidak tahu harus bagaimana,ia akan sering bertemu Kartika dalam beberapa hari ini karena akan ada latihan gabungan antara angkatan darat,laut,dan udara.
Damar membongkar lokernya dan menemukan topi berlogo TNI miliknya yang terakhir kali dipakainya tiga tahun lalu.Ia menggenggamnya erat,seakan ada sebentuk kerinduan terselip didadanya pada benda itu.
Kemudian Damar menemukan kekuatan untuk menghadapi Kartika.
“Ini yang kunantikan,kali ini tidak boleh gagal.”
Ia dalam misi.
Kartika berdiri tegap dan memandang ke depan.Didepannya,Damar juga tengah berdiri tegap melihatnya.
“Apa kabar?” tanya Damar,dengan nada penuh keraguan.
Kartika tidak segera menjawab,ia masih mematung dan melihat kedalam mata Damar.
Suasana kembali hening karena mereka tak saling bicara,mereka tengah bermain dengan hati mereka masing – masing.Mempertanyakan banyak hal tentang orang yang sedang berdiri dihadapan mereka saat ini.
“Kenapa kamu pergi tanpa kabar?” tanya Kartika akhirnya,itu pertanyaan yang ingin sekali ia tanyakan tiga tahun belakangan ini.
Kini Damar yang terdiam,namun tak sekalipun ia mengalihkan tatapannya dari mata Kartika yang berkilatan.
“Maaf.”
Kartika berjengit, ”Untuk apa?”
“Karena pergi tanpa kabar untuk waktu yang lama.”
“Untuk apa kamu minta maaf?semua yang sudah terjadi tidak akan dapat diperbaiki hanya dengan ‘maaf’ kamu tahu?Apa kamu tahu bagaimana rasanya ditinggalkan saat aku sudah merasa tertolong?Harusnya kamu tidak usah kembali dan muncul didepanku!Kamu tidak tahu betapa berharganya kamu bagiku saat itu?”
Kartika berapi – api,ia siap membakar apa saja yang ada didepannya.Namun Damar,hanya melihatnya tanpa menjawab apapun.Baginya,itu bukan pertanyaan yang butuh jawaban.Ia sudah tahu jawabannya.
“Maaf.”
“Sudah aku bilang,jangan minta maaf padaku!tidak akan ada yang berubah,Damar.Sekarang jawab aku,kenapa kamu pergi tanpa kabar?”
“Aku tidak bisa mengatakannya.”
“Pernahkah kamu memikirkanku?”
Damar terdiam sejenak, lalu menjawab “Aku tidak punya waktu memikirkan kamu.”
Wajah Kartika memerah,pipinya terasa panas.
Damar terduduk dan menunduk dalam.Ia sudah memikirkan ini,bukan hanya sekali dua kali.Sudah berulang kali,dan yang dapat disimpulkannya adalah bahwa ia bersalah.Ia bersalah karena jawabannya untuk Kartika.
Ia menyesal telah menjawab,bahwa ia tidak pernah memikirkan Kartika.Bahwa sebenarnya tak pernah ada seharipun ia tak memikirkan gadis itu.Ia membohongi diri sendiri dan juga Kartika dengan jawabannya.
Damar masih ingat bagaimana ia meninggalkan Kartika hari itu.
Hari itu hujan menderas di Kota Pelajar,Damar datang ke rumah Kartika dengan basah kuyup.Kartika mengajaknya masuk namun ia menolak.Mereka berdua bicara berdua diteras.
Masih ingat betul ia,akan Kartika yang sangat mencemaskannya.
“Ngapain kamu hujan – hujanan kesini?kalo kamu sakit,bagaimana?” omel Kartika sambil membawakan handuk kecil untuk Damar.
“Aku mau ngomong penting sama kamu.” jawab Damar,ia menyeka rambut dan lehernya.
“Mau ngomong apa?”
“Aku mau pergi.”
“Ke?”
“Tempatnya jauh.”
“Jauh itu juga ada namanya kali.” Kartika terkekeh,begitupun Damar.
“Mungkin aku nggak akan balik lagi.”
Kartika terdiam.Tanpa berucap sepatah katapun,ia beranjak,hendak masuk.Damar memanggilnya.
“Kartika,jangan lupa sama janji kita.”
Kartika enggan berbalik,ia diam berdiri ditempatnya.Mendengarkan kata – kata perpisahan yang tak pernah dinyananya,akan diucapkan oleh Damar.
“Kamu masih mau kan masuk TNI bareng aku?”
Kartika mengangguk.Sejatinya,ia sedang menahan gejolak didadanya.Ia tengah menahan air mata yang rasanya sudah mau luber dari pelupuknya.
“Kalo gitu,aku tunggu kamu di sana.Kita harus ketemu lagi.”
Sudah,habis itu Damar pergi menembus hujan.Handuk yang ia pakai,ia letakkan bersama sebuah pin berlogo TNI.Itu sebagai hadiah perpisahan sekaligus jaminan kalau mereka akan bertemu kembali.
Langkah Kartika terpatri di hadapan pemuda tegap berkaca itu.Walau jarak mereka jauh namun Kartika bisa merasakan tatapan tajam di balik kaca mata hitam itu.Tatapan elang seorang Damar.
Kartika lebih memilih jalan lain,menghindari Damar.Ia berpindah haluan ke kanan,namun Damar juga melakukan yang sama.Begitupun saat Kartika bergeser ke kiri.Damar berusaha menghalangi jalannya.
“Apa – apaan kamu?” tanya Kartika setengah kesal.Namun yang di tanya tidak menjawab.
Kartika justru terperangah di tempat karena Damar melangkah ke arahnya dan tiba – tiba mendaratkan pelukan padanya.Damar merangkul punggungnya.
“Terima kasih karena sudah mau masuk TNI,walau tidak bersamaku.” ucap Damar lirih.
“Aku bukan masuk TNI karena kamu.” jawab Kartika setelah diam beberapa saat.
Mendengar itu,Damar melepas pelukannya.Ia melihat Kartika lekat – lekat.Berusaha mencari kebenaran di wajah Kartika yang di kenalnya tidak pandai berbohong.
“Kalau begitu,baguslah.” kata Damar akhirnya.
“Aku jadi TNI karena ini panggilan jiwaku.Sebagai sebuah hak sekaligus kewajiban sebagai warga negara untuk membela negaranya.”
Setelah berkata seperti itu.Kartika melangkahkan kakinya meninggalkan Damar yang hanya terdiam menatap punggung Kartika yang menghilang di anak tangga.
Hari ini adalah hari terakhir latgab.Setelah ini,masing – masing pasukan akan kembali ke kesatuan mereka.Dan usai upacara penutupan,ada acara foto bersama seluruh peserta.
Seluruh pasukan telah berjajar rapi dengan atribut dan senjata lengkapnya,mereka berbaris di depan sebuah jet tempur.Dengan memasang sikap hormat,mereka semua di foto.
Damar memutuskan menemui Kartika sebelum ia pulang ke kesatuannya.Ia tidak ingin mengatakan banyak hal,hanya sebuah ucapan terima kasih.
“Terima kasih karena menyadarkanku yang sudah berharap terlalu tinggi.Aku senang kamu masuk TNI dengan kesadaran sendiri.Dan terima kasih untuk bertahan sampai disini.Kamu masih gadis yang kuat.” ucap Damar dengan senyum.
Kartika justru menekuk mukanya.Ia berpikir antara dirinya dan Damar sudah tidak ada apapun yang menyebabkannya harus melihat wajah Damar. “Sama – sama.”
Jawaban singkat itu seolah akan menjadi akhir dari pertemuan mereka ini,namun sebenarnya bukan.Damar tidak akan membiarkan ini menjadi pertemuan terakhir mereka.
Kartika sudah akan beranjak pergi dari hadapan Damar saat tiba – tiba langkah gadis itu terpatri.Ia menyadari bahwa Damar sedang berdiri tegap dengan sikap hormat yang di tujukan padanya.
Alih – alih menghindar,Kartika justru melakukan hal yang sama.Ia juga melakukan penghormatan karena memang aturannya seperti ituSebagai wujud penghormatan sesama anggota TNI.
Setelah itu,Damar pulang bersama rekan – rekannya dengan menggunakan helikopter.Saat helikopter sudah terbang tinggi pun,Damar masih belum berhenti melihat Kartika di bawah sana.
Kita pasti bertemu lagi,Kartika.Kita pasti bersatu suatu saat nanti.
“Lagi ngapain kamu?” suara seseorang mengalihkan pandangannya.Wanita ber – sweater hijau itu mendekati Damar yang sedang berdiri di balkon rumahnya sambil menatap hamparan taman bunga di bawah sana.
Damar segera menyembunyikan ponselnya di saku. “Cuci mata.”
Wanita itu berdiri di samping Damar.Damar merangkul bahunya dan matanya kembali fokus pada bunga – bunga aneka warna itu.
“Mana ponselmu?sini,aku mau lihat.”
“Lihat apa?”
“Ya pokoknya lihat,sini!” wanita itu berkeras.Damar berusaha menolaknya dengan menyembunyikan ponselnya di balik punggung.Namun wanita itu terlalu sigap menjangkaunya,hampir saja ponsel itu berpindah tangan.
Sekali lagi Damar berusaha mengelak dengan mengangkat ponselnya tinggi – tinggi.Sayangnya,bukan hal sulit bagi wanita itu untuk menggapainya.Sesaat kemudian,barulah Damar sadar kalau wanita itu hampir sama tinggi dengannya.
Baiklah,Damar menyerah dan membiarkan wanita itu menggeledah isi ponselnya.
Dia akan melihat ‘foto terlarang’ itu.Mampus aku!
Tangan wanita itu berhenti menggeser layar saat melihat sesuatu yang mencurigakan.Ia berusaha melihatnya dengan lebih teliti,memastikan apa yang di lihatnya ini bukan seperti yang ia pikirkan.
Bibirnya mengeja tulisan yang ada di gambar itu. Calon pacar idaman,pacar idaman,calon istri idaman,istri idaman.
“Damar,jawab apa maksudnya ini?” tuntut wanita itu.
Damar menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak terasa gatal. Haruskah dia tahu sekarang?padahal aku tidak ingin dia tahu perbuatanku..ah..
Setelah menimbang – nimbang,akhirnya Damar putuskan mengakuinya. “Oke..oke..jadi kamu tahu foto apa itu?”
“Baret,jadi apa maksudnya?”
“Karena kamu sudah melihatnya,jadi..sebenarnya..itu adalah foto baret milik nama – nama yang ada disitu,di tulisan yang ada di situ itu.Kamu pasti tahu baret itu milik siapa..”
Setelah mendengar jawaban Damar,wanita itu pergi dan masuk ke kamarnya dengan muka kesal.
Damar!kamu tidak pernah berubah.Masih suka bermain – main seperti dulu.
“Maaf karena sudah membuat kamu marah kemarin.” ucap Damar pada wanita yang kini membelakanginya dan menolak untuk bicara dengannya selama dua hari ini.
“Aku tahu kalau aku salah karena tidak memberitahu kamu tentang foto itu.Itu karena aku tidak mau kamu salah paham dulu.Semula aku tidak ingin kamu sampai tahu.Tapi kamu justru sudah tahu,jadi..aku tidak bisa mengelak.”
“Aku pikir kamu akan berubah sejak masuk kesatuan,tapi nyatanya nggak.Dan aku pikir..setelah upacara sakral itu kamu cuma bakal ngeliat aku sebagai satu – satunya wanita dalam hidup kamu.Tapi nyatanya apa?kamu malah selingkuh sama orang lain dan..dan masih satu profesi lagi!Dia anggota angkatan udara kan?itu baret selingkuhan kamu kan yang ada di foto itu?” tanya wanita yang kini tengah sesenggukan itu.
“Hei..hei..ssstt sudah ya,sudah..aku tidak mau kamu menangis lagi.Sekarang kamu dengarkan aku,oke?” ucap Damar,ia lalu memeluk dan mengecup puncak kepala wanita itu.
Setelah air mata wanita itu kering,barulah Damar kembali bicara. “Jadi sebenarnya baret itu adalah baret milik kamu yang aku ambil gambarnya diam – diam.Ingatkah kamu,dulu aku pernah memberimu pin berlogo TNI?Difoto itu,aku tuliskan calon pacar idaman.Dan kamu tahu siapa calon pacar idamanku saat itu?Kamu.”
“Dan baret hitam itu juga milik kamu.Saat itu,kamu adalah pacar idamanku.Begitu pula dengan baret biru,itu juga milik kamu,calon istri idamanku.Dan yang terakhir adalah baret oranye.”
“Itu juga punyaku?”
“Iya,baret itu adalah milikmu.Kamu,istri idamanku.”
Kini setelah mendengar kebenarannya,tidak ada lagi air mata di wajah wanita itu.Hanya ada senyum yang tak pernah pudar.
“Kartika,terima kasih telah menjadi istri idamanku.” Kata Damar sambil mengecup kening Kartika,lama dan hangat.
ini penulisnya pasti pernah jd caba/catar/cata... atau mlh skrg udh jd beneran... ,