Read More >>"> YOU AND MY HEART
Loading...
Logo TinLit
Read Story - YOU AND MY HEART
MENU 0
About Us  

Merajut asa dalam duka

Melangkahkan hidup dalam bara

Meratapi nasib dalam amarah

Merangkai duri dalam ramalan arah

Itulah yang kurasakan ketika kau menghianatiku dengan kebohonganmu yang terlalu manis

 

Sikapmu yang penuh dengan syarat

Akan cintamu dalam balutan hasrat

Kata-katamu yang memberikanku firasat

Mungkin kau bukan Cintaku yang sesaat

Dapatkah aku bisa melihatmu lagi untuk pertama dan terakhir kalinya…?

Itulah masa-masa yang kualami sejak orang yang pernah singgah sejenak di hatiku pergi meninggalkanku tanpa sebab dan baru kusadari setelah beberapa lama aku terombang-ambing dalam hidup yang penuh kesalahpahaman. Hampir setiap minggu pagi di halaman belakang rumah yang sudah kutata senyaman mungkin untuk tempatku berelaxasi menyaring ampas memoriku. Aku mencoba untuk memejamkan mata, menegakkan badan seraya duduk menyilangkan kaki dalam balutan pikiran yang campur aduk di bawah pohon hijau nan rindang, hanya ada hembusan angin yang membelai rambutku dan menyentuh kulitku serta nyanyian alam seperti kicauan burung dan gemericik air di kolam ikan menjadi lagu yang melegakan hati dan menenangkan pikiranku. Ditambah lagi aroma embun pagi yang segar nan sejuk merasuk ke dalam aliran tubuh membuatku semangat dan terasa hidup kembali.

“Hmmmm…” aku menghela nafas

“Mamah aku mau main ayunan….? Ucap suara anak kecil yang memaksaku untuk membuka mata.

“Boleh, hati-hati ya” Ucapku menganggukkan kepala seraya tersenyum kecil dan melakukan kembali aktivitasku yang terhenti.

Kini hanya dialah malaikat kecilku yang menemani hari-hariku di saat aku sedang senang ataupun sedih,  pada awalnya aku sangat kesal dan membenci anak tidak berdosa itu karena amarah yang sangat memuncak ketika aku melihatnya. bagaimana tidak, lelaki yang selama ini melihatku pergi begitu saja dan meninggalkan seorang anak yang saat pertama kali melihatnya membuatku sangat muak dan ingin menghilangkan rasa sakit hati ini pada anak itu. akupun harus menjelaskan kepada kedua orangtuaku, meski awalnya sangat alot tapi akhirnya orangtuaku menerima penjelasanku. Aku berpikir mungkin dia ingin membalas dendam karena aku tidak pernah melihatnya lebih dari seorang teman padahal dia sudah berjanji padaku untuk terus bersamaku selamanya.

Aku mencoba mencarinya kemana-mana dengan informasi yang kudapat semampuku, tapi itu semua hanya sia-sia. Aku mencoba menunggunya dan membiarkan waktu yang menjawabnya seperti yang dikatakan orang tapi semua hanyalah angan, mungkin benar waktu akan menjawabnya tapi pasti membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan itupun jika memang waktu ingin menjawabnya. Jika waktu tidak menjawabnya, mungkin akan menjadi rahasia dalam sejarah yang membuat rasa penasaran itu akan ku bawa sampai mati. Aku tidak ingin menyerah, aku terus mencari dan mencari meskipun aku sempat putus asa tapi  Aku lanjutkan kembali pencarian, semua usaha dan doaku tidak sia sia karena waktu menjawab semua usaha dan doaku untuk mencari kepastian. Tidak hanya jawaban yang ku dapat tapi aku juga diberikan seorang malaikat kecil yang awalnya ku jadikan pelampiasan. Aku sangat marah dan benci, tapi aku tidak boleh egois karena anak itu tidak tahu apapun tentang kehidupan sebenarnya dan akhirnya kuserahkan kembali pada waktu, akan menjadi seperti apa anak itu nanti, tugasku sekarang hanyalah memberikan yang terbaik kepadanya karena sekarang hanya dia hartaku yang berharga.

“AKU BERSUMPAH UNTUK DIRIMU DAN DIRIKU, KASIH SAYANGKU TIDAKKAN PERNAH PUTUS SELAMANYA”

Itulah kata terakhir yang ia ucapkan sebelum ia pergi meninggalkanku dan kata-kata itu juga yang membuatku tersadar kalau aku memang menyukainya. Ketika aku mendengarnya aku merasa takut kehilangan dan takut untuk ditinggalkan olehnya. Namun semua itu sudah sangat terlambat. Sebelumnya aku memang tahu, tidak semua yang aku inginkan bisa aku dapatkan dengan cara yang mudah ataupun tanpa perjuangan. Tapi aku tidak tahu ternyata rasanya sesakit dan sesedih ini.

Dia adalah Abram, laki-laki yang sangat angkuh dan suka cari perhatian seolah ingin membuatku cemburu padanya. Walaupun begitu ia punya sikap ramah meski kadang terlihat gengsi dan mau menang sendiri tapi entah kenapa aku ingin selalu menghambur kepelukanya.

Pertama kali aku bertemu dengannya ketika ia menjadi pelanggan ditoko kue HungerBreads milik teman ibuku. Ibuku dan temannya sangat hobi membuat dan memodif kue. Hanya saja ibuku tidak bisa membuka toko kue karena harus melanjutkan usaha keluargaku, jadi hampir setiap minggu ibuku dan aku pergi ke toko kue milik teman ibuku sekedar untuk membantu atau jumpa kangen. Karena akhir-akhir ini ibuku sibuk mengurus pekerjaanya aku menyempatkan untuk terus pergi ke toko kue setiap hari libur untuk menggantikan ibuku. Karena aku belum ahli untuk membuat kue jadi pofesiku hanya menjadi seorang pramusaji dan untuk mengenang kerja keras ibuku, kue buatan ibukupun di jual di toko ini yang di beri nama cracker kicks cake.

Semenjak kue ibuku dijual, saat itu juga kue buatan ibuku sangat laris manis mengguncang lidah para pelanggan. Sebenarnya menurutku kue itu tidak terlalu enak karna rasanya asam dan tidak terlalu manis, kue yang dibalut coklat ini di beri bola coklat kecil didalamnya yang rasanya asam manis ketika tergigit memberikan sensasi seperti kembang api yang meletup letup di dalam mulut.

Ting tong…

“Selamat datang…”  ucapku ramah kepada tamu dan mempersilahkannya duduk seraya menyodorkan menu makanan. "Silahkan…".

“Oh.. tidak usah, aku mau kicks cake…” jawabnya dengan wajah datar tanpa ekspresi.

“Mau di makan disini atau di bawa pulang …” tawarku pada pelanggan yang baru datang itu.

“Memangnya aku mengatakan untuk di bawa pulang?!!" jawabnya dengan muka yang jutek.

“Anda tidak mengatakan untuk di bawa pulang atau makan disini…” ujarku singkat.

“Ya makan sinilah! Baru datang sudah bikin nafsu makanku hilang, untung saja kuenya enak!” sahutnya dengan wajah yang lebih seram.

“Baik tunggu sebentar…”  sahutku dan berlalu darinya menuju dapur. “Dasar orang aneh” gumamku dalam hati

Setelah beberapa menit aku menyiapkan pesanannya, aku  langsung kembali menghampirinya dengan membawa nampan kue pesanananya sebelum emosinya sampai ke ubun-ubun meskipun dalam hati tidak menampik ingin rasanya kue ini aku lemparkan ke wajahnya.

“Silahkan nikmati" ucapku.

“sruuppp…ehmm… eh tunggu ni minuman apa?" dia memanggilku dengan wajah yang lebih menyeramkan dari sebelumnya.

Aku pun membalikan badan lalu menjelaskan yang dia maksud, “setiap pembelian cacker kicks cake mendapat satu minuman..” jawabku dengan ramah dan sabar.

“aku tidak mau, ganti saja dengan jus jeruk" jawabnya menyodorkan minuman itu kearahku.

Aku menggaruk-garuk kepala dan bergumam kembali, "dasar orang aneh, apa bedanya kue sama minuman itu rasanya kan sama-sama lemon.

Sejak saat itu dia sering mampir ke toko setiap sabtu malam untuk menikmati kue dan sekedar melihat pemandangan kota malam dari balik kaca entah itu sendiri atau bersama temannya mungkin juga dengan pacarnya. Tidak hanya membuat kue, ibuku yang sudah bersahabat dengannya juga memiliki hobi menanam bunga. Toko ini dibangun tepat ditengah-tengah taman bunga yang sengaja dibuat khusus. Jadi tidak heran banyak orang yang pergi kesini untuk melepas lelah dan menikmati pemandangan malam dari lampu warna warni taman ini. Karena itu juga aku tidak pernah menolak untuk datang kesini. Selang waktu berlalu kami sering mengobrol dan tertawa bersama terlihat sangat akrab sekali bahkan dia sering memandangku. Hingga pada suatu saat dia melihatku menangis karena aku baru saja di putuskan oleh pacarku karena ia selingkuh dengan wanita lain. Karena aku tidak tahu harus cerita kepada siapa dan sudah ketahuan oleh abram akupun menceritakan semua kepadanya.

“AKU ADALAH TEMANMU UNTUK SELAMANYA DAN AKU SANGAT SENANG BILA MELIHATMU TERSENYUM” . Ucapnya seraya memegang kedua tanganku.

Saat itu ia katakan di depanku ketika air mataku berlinang jatuh seperti tetes embun dan iapun menghapus air mataku dengan jari tangannya yang menyentuhku dengan lembut dan penuh perasaan seperti belaian angin yang menyentuh kulitku. Wajahnya yang tersenyum membuat hatiku merasa tenang dan pikiranku menjadi terasa ringan. Akupun kembali tersenyum karena baru kali ini aku merasakan senang yang tidak biasanya, karena terlalu focus memikirkan masalahku aku sampai lupa untuk mengucapkan terima kasih dan akupun harus menunggu minggu depan untuk mengucapkannya. Aku yang awalnya merasa sedih langsung berubah bingung dengan sikapnya yang spontan. Tidak pernah terlintas dipikiranku ia menjadi orang yang seperti itu.

AKU SANGAT SENANG BILA MELIHATMU TERSENYUM AKU PASTI AKAN DATANG JIKA KAU MEMBUTUHKANKU KIKI”  Ucapnya kembali dengan senyuman yang lebar di wajahnya setelah aku mengucapakn terima kasih.

“Kiki…” itu pertama kalinya ia memanggil namaku setelah kami bertemu selama 3 bulan padahal aku tidak memperkenalkan diriku secara langsung, akupun tercengang ketika mendengarnya. Aku berpikir mungkin ia tidak akan pernah memanggil namaku untuk selamanya. Hari demi hari kami lewati bersama bahkan tidak hanya pada hari minggu kami sering berjalan bersama, entah itu untuk makan atau sekedar untuk jalan jalan. Sesering ia menghabiskan waktu bersamaku, aku lupa bertanya kepadanya mengenai seorang kekasih. Aku takut wanita itu bernasib sama denganku harus mengakhiri hubungan karena pihak ketiga, itu sudah terlalu sakit untukku dan aku tidak mau hal itu terjadi pada orang lain karenaku tapi ia menjawab seperti menyinggungku, "Yang jelas aku tidak seperti kekasihmu itu". Aku hanya tersenyum kecil ketika mendengar hal itu keluar dari mulutnya.

“huffthhh…. Desahnya dalam nafas yang berat seperti ada sesuatu yang dipikirkannya.

“Kenapa … apa ada masalah…” jawabku khawatir

“Tidak ada apa apa, memangnya wajahku seperti ada masalahkah? atau kamu yang sedang ada masalah…” ucapnya seraya duduk di sebuah bangku di taman.

Seperti biasa selalu bertanya balik" gumanku dalam hati, "Tidak ada apapun" jawabku singkat dan ikut duduk didekatnya

AKU PASTI DATANG JIKA KAU MEMBUTUHKANKU KARENA AKU SELALU BERADA DISISIMU”  jawabnya dengan tatapan matanya mengarah ke atas langit.

“Harusnya aku yang berbicara seperti itu kau kan selalu ada untukku…!" ucapku dengan wajah yang tertunduk.

“Ok.. terima kasih… mari ku antar kau pulang sudah sore….” Ucapnya beranjak dari tempat duduk.

"Apa? Sudah sore! Bisa tidak balik lagi ke pagi" harapku dalam hati, rasanya waktu berlalu terlau cepat aku masih belum puas bersama dengannya

Akupun langsung berdiri dan berjalan di belakang mengikutinya di jalan setapak yang di susun antara bebatuan kecil  di samping kiri dan kanannya terdapat reruputan dan bunga, tidak ketinggalan juga gajebo untuk para pengunjung taman. Tanganku di gandeng olehnya menuju motor yang ia parkir di depan sana. Jujur aku senang ketika tangannya memegangku tapi aku takut itu akan membuat perasaanku tenggelam, selain itu ia tidak pernah memberitahuku kalau ia punya seorang kekasih atau tidak. Akupun diantar sampai di depan rumah dengan menggunakan sepeda motor dan memeluknya dengan erat dan bersandar di punggungnya yang hangat.

Cittt... aku turun dari sepeda motornya tepat di depan gerbang rumahku.

”AKU AKAN SELALU BERADA DISISIMU DAN BERUSAHA MEMBAHAGIAKAN DIRIMU”  ucapnya berlalu dari hadapanku.Aku pun hanya diam terpaku melihatnya hari ini dan mengerutkan keningku mendengar perkataannya. Aku terheran-heran melihat sikapnya hari ini, jika memang ada yang ingin disampaikan kenapa tidak mengatakannya, memangnya itu terlalu sulit. Aku hanya mengelengkan kepala lalu masuk kedalam rumah bahkan akupun belum sempat untuk mengucapkan sampai jumpa padanya namun ia langsung pergi begitu saja setelah mengatakan itu.

“Aku berharap itu adalah dirimu yang sesungguhnya…", gumamku dalam hati dan membuka pintu masuk ke dalam rumahku. Semenjak bersama dengannya aku mulai memiliki hobi bergumam.

Kring… kring.. kring… suara ringtone sms handphoneku berdering.

“AKU AKAN MEMBAHAGIAKAN DIRIMU AKU HANYA BUTUH JANJI DARIMU UNTUK BERSAMAKU” , Isi pesan sms yang kuterima dari Abram.

“Apa maksudnya….” Jawabku heran. “lebih baik ku telepon saja”

"Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau sedang berada di luar jangkauan. Silahkan tinggalkan pesan setelah bunyi bip berikut ini. Tut.. tut.. tut…

“Ada apa sebenarnya dengan dia” kataku bingung seraya bolak balik ke kiri dan ke kanan di depan pintu. Aku memang senang ketika membaca sms itu tapi aku juga merasakan ketakutan dalam diriku.

“Kak Kiki sedang apa? Mengapa dari tadi bolak balik nggak jelas” ucap imutku yang heran melihat tingkahku.

“Tidak ada apa apa de..." Aku mencium pipinya yang menggemaskan. "kakak masuk dulu yach?" Ujarku kepada si imut anak tanteku

“hampir saja, untung yang melihatku bukan ibuku, sepertinya besok aku harus pergi ke rumahnya, ini sangat membuat kepalaku rasanya ingin meledak memikirkannya" aku langsung mendaratkan tubuhku ke tempat tidurku.

Aku pun mencoba untuk memejamkan mata saja berharap didalam mimpi dia kan memberikan jawaban yang pasti dan tidak membuatku seperti orang yang kehilangan arah. "Hufth..." Tidak semudah yang kubayangkan, aku tidak bisa sama sekali memejamkan mata ini, padahal rasa lelah setelah berjalan-jalan mungkin akan membuatku tertidur tetapi kenyataannya tidak. Aku mencoba menggunakan penutup mata, menghitung domba dan mendengar lagu klasik agar bisa memejamkan mata ini namun mata ini tidak mau terpejam juga, aku mencoba berguling guling mencari posisi tidur yang nyaman namun tetap saja aku tidak bisa tidur. Aisshh…  Abram mengapa kau membuatku seperti ini. Aku merasa tidak tenang karena memikirkanmu, meskipun aku tidak ingin memikirkanmu tapi dipikiranku selalu hadir bayangan dirimu. "Hhhh... Dasar ayam goreng" aku melempar bantal. "Oops... Ayam goreng lagi yang kusebut".

***

Akhirnya jam menunjukan pukul 05.00 WIB pagi, keadaankupun tidak berbeda sama sekali dengan diriku yang kemarin sore. Jika kemarin sore kepalaku pusing karena bingung dengan tingkahnya sekarang kepalaku pusing karena tidak bisa tidur semalaman, meskipun mataku terbuka namun mataku terasa lebih berat seperti ada yang menggelayuti.

“waduhh, itu jam mengapa marathon sekali, perasaan... aku baru mau tidur. Sudah jam segini aku tidak mungkin bisa tidur, hoamm.. mataku rasanya berat sekali…!"

Aku langsung terbangun karena tidak mungkin melanjutkan tidurku lagi, jika ibuku melihatku masih tertidur, aku bisa terkena jurus ajian jangan goyang. Ibu dan ayahku memang sibuk tapi bukan berarti aku tidak lepas dari penglihatannya, apalagi disini ada tanteku super cerewet dan anaknya yang super lucu berbeda sekali dengan ibunya.

Tok.. tok.. tok… seseorang mengetuk pintu kamarku dari luar.

“kakak.. kakak…” panggil seseorang yang ingin sekali ku peluk dan ku cubit pipinya yang kenyal seperti agar-agar itu.

“ada apa de…?" jawabku dengan nada suara semangat, padahal mataku sudah seperti bungee jumping yang terus naik turun.

“kakak ada apa dengan matamu mengapa seperti orang yang habis di tonjok, aku hanya ingin memberikan bunga mawar merah, bunganya bagus dan wangi" siimut langsung berlalu dengan cepatnya dari hadapanku padahal aku ingin sekali mencengkramnya

“ya terima kasihnya” teriakku seraya menutup pintu kembali. "Anak jaman sekarang lebih pintar, dia tahu saja aku ingin memangsanya".

"Mengapa pagi-pagi begini ada yang mengirimku bunga, padahal saat ini aku mengharapkan bunga tidur. Siapa yang mengirimnya?" aku memutar-mutar bunga dan menemukan secarik kertas lalu membukanya.

“AKU HANYA BUTUH JANJI DARIMU UNTUK TERUS BERSAMAKU KARENA AKU ADALAH LELAKI SEMPURNA UNTUKMU”

“Hah, apa maksudnya ini? Ini orang mengapa percaya diri sekali, tapi mengapa perasaanku tidak enak ya? Akupun tersentak kaget dan bingung melihat isi tulisan itu dan segera bergegas merapikan diri dan pergi ke rumahnya.

Akupun tidak menghiraukan sama sekali keadaanku yang belum membersihkan diriku setelah bangun tidur. Dipikiranku hanya ingin mendengar penjelasan dan maksud tulisan itu. Sepanjang perjalanan aku hanya termenung melihat keluar jendela kaca mobil taxi yang sedang kutumpangi. Perasaanku menjadi tidak karuan, aku merasakan ada sesuatu yang telah terjadi pada dirinya yang tidak ku ketahui ataukah aku yang telah melakukan kesalahan padanya, karena tidak seperti biasanya dia bersikap seperti ini padaku.

“Berhenti di sini pak, makasih ya pak. Aku langsung turun dan bergegas keluar berlari mengarah kerumahnya.

Ini mungkin pertama kalinya aku kesini dan bertemu di rumahnya. Rasa takut menggelayutiku sampai saat ini, tidak hanya karena sikapnya yang aneh tapi aku juga takut bertemu dengan orangtuanya dirumah. Seperti yang dikatakan olehnya sebelumnya, orangtuanya pasti akan datang menemuinya dalam sebulan hanya saja waktunya tidak pasti.

Aku langsung membatalkan masuk ke dalam rumahnya setelah sesampainya disana dan berdiri diluar gerbang rumahnya mencoba menjernihkan pikiran dari rasa gugup.

"Maaf non, ada yang bisa saya bantu?" Sapa security yang keluar dari rumahnya. Security itu mungkin bingung atau mencurigaiku dengan tingkahku yang berdiri didepan gerbang rumahnya sedari tadi terlihat gusar.

"Maaf pak, aku mau bertemu abram! Apa dia ada di rumah?" Tanyaku pada security itu tanpa panjang lebar.

"Oh, saya pikir nona mau bertemu dengan bu bos. Di dalam ada nona liana, seharusnya den Abram juga ada disana" ucap security itu lalu mempersilahkan saya masuk.

Aku beruntung sekali karena tidak ada orangtuanya di rumah. "Tapi siapa liana itu?" Tanda tanya besar dikepalaku. Sebenarnya apa yang kupikirkan! Abramkan bukan siapa-siapa aku. "Oh ya tuhan, mengapa aku kesini, itukan hanya sebuah tulisan. Tidak... Itu bukan tulisan yang seperti biasanya, jelas-jelas tulisan itu mengandung maksud atau hanya sebuah puisi" Aku semakin gusar dan tidak tahu harus berbuat apa. "Sudahlah, aku terlanjur datang kesini sekalian saja aku datangi. "Huh.. Huh.. Huh..." Aku menghela nafas mencoba menenangkan pikiranku yang tidak seirama.

Ting.. tong… suara bel pintu yang kutekan

Ceklekkk….

"Cari sia… pa…?" ucap seorang wanita yang membukakan pintu untukku.

Aku langsung melihat-lihat ke arah dalam rumah lalu memangilnya.

“maf sebelumnya, saya harap anda bisa sopan sedikit, ini bukan rumah anda” ucap ketus wanita itu.

Sebenarnya aku tahu akan ketidaksopananku terhadapnya. Tapi rasa keingintahuanku yang besar membuatku tidak memgindahkan hal itu. Aku terlalu khawatir dan penasaran terhadap abram yang membuatku cemas tidak menentu dan menjadi serba salah seperti ini.

“maaf mba saya sangat khawatir pada abram. Apa saya bisa bertemu dengannya” ujarku dengan nada bicara yang lebih halus dan sopan.

"Anda bukannya teman Abram yang di toko hungerbreads itu kan?" cewek itu mengacungkan jari telunjuknya kepadaku. “terima kasih karena anda telah khawatir pada Abram, tapi anda tenang saja saya bisa mengurus calon suamiku” Jawab wanita itu menutup pintu dan membuatku sangat kaget bukan kepalang.

“Calon suami.." Aku tertegun diam di depan rumah dengan pintu yang tertutup. "tapi selama ini abram tidak pernah membicarakan hal seperti itu padaku. Apakah aku salah dengar. Ah, tidak aku rasa aku tidak salah dengar”. Aku mengeleng-gelengkan kepala dan bergumam dalam hati.

Jujur aku sangat sedih ketika wanita itu bilang kalau dia adalah tunangannya, padahal aku ingin sekali melontarkan banyak pertanyaan padanya namun aku lega dan bersyukur karena aku tidak bertanya padanya. Mungkin tema yang aku katakan akan berubah karena mendengar ucapan wanita itu bagiku kini perkataan wanita itu sudah memberikan kejelasan posisi diriku dihatinya. Aku bukan siapa-siapa dia, aku hanya sebatas temannya saja tapi mengapa hatiku rasanya sakit sekali mendemgaranya, aku ingin menangis….

"Arrrgghhh…" Aku rasanya ingin berteriak. "Mengapa sekarang dia tidak datang! Biasanya dia selalu ada jika aku sedang bersedih. Hufth... ternyata ini bukan mimpi, bunga itu nyata. Kalau begini aku tidak mau dikirim bunga mawar merah itu" aku menangis terisak-isak sambil berjalan pulang, bahkan aku tidak peduli dengan tatapan orang yang melihatku.

Setelah kejadian hari itu, aku sering menghabiskan waktu dengan berdiam diri, melamun dan menangis. Tanpa penjelasan yang pasti ia pergi meninggalkanku dan tidak memberikan kabar apapun padaku, padahal aku selalu menunggunya dari hari,minggu,bulan bahkan kini sudah hampir 1 tahun, namun penantian itu sia-sia aku seperti besi yang berkarat dalam air, menunggu dalam angan menanti kehadirannya, akupun akhirnya menyerah untuk menunggunya.

Aku seperti orang yang kehilangan arah dan lupa bagaimana caranya untuk hidup bahkan keluargakupun sampai kewalahan dan tidak kuat menghadapiku, kesedihanku telah membuat orang terdekatku dibuat repot karena mengkhawatikanku.  Aku mencoba menyakinkan mereka bahwa keadaanku baik-baik saja tapi tetap saja kenyataannya aku tidak terlihat seperti itu. Entah mengapa perasaanku padanya menjadi bertambah kuat semenjak saat itu dan dalam waktu yang lama pula aku tidak bisa menghilangkannya dari pikiranku.

Aku selalu mencoba untuk menyakinkan diriku kalau dia bukanlah untukku dan itu telah terbukti oleh mataku sendiri. Akhirya aku memutuskan untuk pergi menjauh untuk sementara dari keluargaku walaupun keluargaku merasa tidak tega melihatku pergi tapi aku bersikeras untuk tetap pergi dari hadapan mereka karena aku pasti akan selalu merasa bersalah karena orang yang berada di dekatku tidak bisa bahagia hanya karena penderitaan yang kualami.

Kini aku menyadari, sebenarnya apa yang kulakukan itu salah. Itu semua hanya membuang waktu, pikiran dan tenaga saja. Tidak ada yang dihasilkan jika aku terus berdiam diri tanpa melakukan apapun justru itu membuatku menjadi sangat lelah, malas, sensitif, pesimis dan bermacam-macam pikiran negatif. Aku menyesali semua itu karena aku hanya merepotkan keluarga dan temanku, aku seperti orang yang malas untuk melanjutkan hidup tapi kini aku tahu masalah apapun itu dalam hidup tidak hanya terus untuk diratapi dengan keluhan dan ditangisi tapi juga untuk dipelajari dan disyukuri.

Sudah satu tahun berlalu aku pergi meninggalkan rumahku dan 2 tahun aku ditinggalkan olehnya dan sampai sekarang aku belum bisa melupakan raut mukanya, senyumnya dan sikapnya, bahkan sampai sekarang aku tidak tahu apa salahku dan alasannya sehingga dia pergi begitu saja meninggalkanku dengan sebuah harapan. Sedikit demi sedikit aku mencoba untuk melupakannya dan aku mulai bisa mengadaptasikan diriku dengan lingkungan di sekitarku agar aku tidak terpaku dengan semua kenangan masa laluku. Lambat laun akupun bangkit dari semua itu dan sekarang aku sudah mulai memperbaiki diriku mengisi yang telah hilang dari diriku walaupun di hatiku masih kosong.

Aku bersyukur ternyata tuhan tidak pernah lupa dan meninggalkanku. Hidup ini sangatlah sederhana ketika aku malas dan bersedih, tuhan memberikanku jalan lewat orang lain untuk membuka mata dan hatiku tapi ketika aku berusaha dan berdoa Tuhan memberitahu siapa aku sebenarnya. Aku juga hanyalah manusia biasa, tidak ada salahnya jika masalah itu aku tangisi dengan berdiam diri, tapi kesalahanku adalah Aku sampai lupa siapa diriku, aku lupa untuk melanjutkan hidpku karena terlalu lama berkabung dalam masalahku. Tapi aku juga bersyujur karena semua itu telah membuatku dewasa. Kini kehidupanku memang sudah berubah, sekarang aku lebih banyak tersenyum dan mencoba menelaah disetiap permasalahanku. Wanita karir itulah diriku yang sekarang dengan segudang kesibukan setiap harinya sehingga tidak ada waktu untukku memikirkan hal itu, meskipun terkadang kejadian itu pernah terlintas kembali dalam pikiranku apalagi jika sedang bersantai.

Setiap pagi aku sibuk untuk membereskan rumahku dan membuat sarapan untukku sebelum berangkat ke kantor, melelahkan namun menyenangkan, tapi itu adalah kegiatan baruku dalam mengisi hari-hariku.

“ok.. saatnya berangkat ke kantor, semuanya sudah siap…” ucapku dengan penuh semangat.

Broom… broom… brommm.. suara mobilku menderu.

“Brukkk...”

"Aduh apa itu, apa aku menabrak sesuatu!" aku merasa ketakutan dan aku membuka pintu mobilku lalu keluar menghampiri  belakang mobil yang baru saja ingin ku keluarkan dari pintu gerbang.

Aku terpaku melihat seorang yang sedang duduk terjatuh menatapku dengan wajah yang sedih dan tubuh yang lemah, aku sangat kaget dan kesal karena dia adalah wanita yang merupakan dan tidak lain adalah tunangannya Abram dahulu dan dia juga membawa seorang anak yang tidak lain pasti anak dari pernikahannya. Anak itu hanya duduk terdiam melihat ibunya yang hampir ingin mengeluarkan air matanya.

“ada apa… untuk apa kamu berada di depan gerbang rumahku?"jawabku ketus.

Aku sangat terkejut karena aku harus bertemu dengan wanita itu lagi, aku juga merasa ketakutan karena aku takut luka lama itu akan kembali lagi ke dalam pikiran dan hatiku di saat aku sedang tenang.

“a.. a.. a.. ku minta maaf atas semua kesalahanku yang lalu.." jawabnya dengan nada yang lirih.

“Cccppppp... Liana.. liana.. untuk apa kamu minta maaf“ kataku menggelengkan kepala dengan senyum yang terpaksa.

“selama ini aku mencarimu namun aku tidak pernah bertemu denganmu bahkan ketika aku pergi ke rumahmu kau sudah tidak berada disana, aku hanya ingin memberikan surat ini yang di berikan Abram 2 tahun yang lalu” ucapnya menangis dengan terisak isak.

Akupun mengambilnya dan membaca surat itu.

AKU ADALAH LELAKI YANG SEMPURNA UNTUKMU, AKU BERSUMPAH UNTUK DIRIMU DAN DIRIKU”

"Sejujurnya aku juga mencintainya, namun ia hanya melihatku sebagai teman walaupun aku sudah berusaha untuk menjadi seorang wanita yang bisa ia lihat namun tetap saja dia tidak pernah melihatku sebagai seorang wanita. Akupun semakin geram dan sakit ketika aku mendengar ia sedang dekat denganmu. Namun ternyata aku salah, yang lebih tersakiti itu bukan aku tapi abram. Kini aku tersadar ketika ia memberikan surat lagi untukmu 11 bulan yang lalu. Dan ini suratnya.

“AKU BERSUMPAH UNTUK DIRIMU DAN DIRIKU,KASIH SAYANGKU TIDAKKAN PERNAH PUTUS SELAMANYA”

“Setelah aku membaca surat itu hatiku memang terasa sangat sakit sekali. Pada awalnya aku memang berniat ingin merebutnya darimu, tapi dia ternyata sudah jelas bukan untukku" jawabnya menundukan kepalanya.

Aku sungguh tidak tega melihatnya karena apa yang sedang ia alami sekarang tidak jauh berbeda denganku ketika dulu. Ia hanya ingin mendapatkan cinta dengan caranya. Kebencianku memang masih ada untuknya, mungkin saat ini adalah waktu yang tepat untukku tertawa melihatnya, tapi itu sudah tidak ada gunanya lagi untukku karena aku tahu betapa sakitnya merasakan hal itu tapi sejujurnya aku juga berterimakasih kepadanya karena dia juga yang membuatku lebih baik seperti sekarang ini.

Aku membantunya berdiri dan membawanya masuk ke dalam rumahku. Aku mempersilahkannya duduk lalu membawakan segelas air minum agar dia merasa tenang. Dengan rasa marah,bingung dan sedih aku bertanya padanya apa yang sedang terjadi.

“ada apa sebenarnya? Mengapa kau tidak bersama Abram.” tanyaku dengan nada bicara yang halus

“Kiki” Ia menyebut namaku dan memelukku, "maafkan aku, sebelumnya aku tidak bermaksud untuk membohongimu tapi itu memang rencana abram"

“apa maksudmu..!” tanyaku lebih heran lagi.

"Aku dan abram sejak dari kecil memang selalu bermain bersama bahkan aku tahu seperti apa Abram itu dari dulu gerak geriknya dan raut mukanya semuanya bisa dengan mudah ku baca, sehingga ketika aku beranjak dewasa tidak kusadari aku mulai menyukai Abram namun lama kelamaan aku tidak bisa mengenal dia lagi, aku pikir dia seperti itu karena mengenalmu tetapi aku salah ternyata itu semua karena dia telah dijodohkan dengan seorang wanita pilihan orangtuanya demi melancarkan bisnisnya. Aku merasa dan berharap bahwa wanita itu adalah aku, karena selain teman kecil orang tua kami juga merupakan partner bisnis tetapi pemikiranku salah, ternyata di sudah dijodohkan dengan wanita pilihan orangtuanya, aku sangat sedih dan marah ketika dia menyembunyikannya semua dariku tetapi itu ia lakukan demi menjaga perasaanku, ia mencoba bersikeras untuk menolaknya lalu ia pun berhasil dan mengirim surat pertama itu untukmu namun tidak kusangka wanita yang di jodohkan dengannya tenyata mempunyai penyakit kanker dan permintaan terakhirnya adalah ia ingin menikah dengan Abram karena tidak kuasa melihat semua itu, akhirnya ia pun memutuskan untuk mengorbankan dirinya bukan karena bisnis tapi karena itu permintaan terakhir wanita itu.Setelah beberapa tahun menikah ia di karuniai seorang anak lelaki yang sangat mirip denganya (ia mengelus rambut dan menatap anak itu) dan setelah istrinya meninggal ia ingin kembali kepelukanmu dan datang menghampiri ini semua tapi…" liana menangis semakin menjadi-jadi.

“Kenapa? Ada apa?” tanyaku ketakutan.

“Dia mengalami kecelakaan mobil dan nyawanya tidak tertolong..” jawabnya menangis terisak isak.

Aku tertegun sejenak mendengar apa yang ia katidakan barusan. Jadi, saat itulah benar-benar aku melihatnya untuk terakhir kalinya. Aku memang tidak ingin mempercayai semua itu, tapi kenyataannya itu semua telah terbukti.

“Lebih baik kau minumlah dulu agar hatimu merasa lega..” aku menuangkan air pada gelasnya. "Aku tahu tidak semua yang aku inginkan, dapat dengan mudah aku dapatkan dan itupun terkadang gagal. Aku juga tahu aku telah mengabaikan orang yang mencintaiku namun aku tidak bisa melihatnya dan itu membuatku sangat menyesal. Aku memang merasa bahagia bila berada di dekatnya, dia seperti malaikatku yang selalu ada jika aku butuhkan. Dan dia juga selalu tersenyum di dekatku dan selalu menghiburku. Bahkan dia juga menyukai kue cracker kicks cake buatan ibuku yang bahan dasarnya terbuat dari lemon padahal dia tidak menyukai lemon sama sekali walaupun aku sudah memberitahunya dia tetap bersikeras kalau itu bukan lemon, bahkan aku sering tertawa ketika aku melihat raut mukanya ketika dia memakan kue itu. Ya, kue itu adalah kue yang di persembahkan ibu untukku “kicks” (karena ibu cinta kamu sayang) walaupun aku tidak menyukai kue itu namun semenjak saat itu aku tahu maksud ibu membuatkan kue itu untukku dan karena dia juga aku mulai menyukai kue dan mencoba membuatnya sendiri, kini hanya kenangan itu yang akan selalu aku ingat selamanya" jelasku yang sudah merasa mengikhlaskan semunya.

“Maafkan aku, setelah semuanya terjadi justru aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri…” jawabnya dengan penuh penyesalan.

“Sudahlah jangan seperti itu, kau masih beruntung karena bisa melihat satu sama lain, sedangkan aku tidak bisa melihat dia sama sekali, aku mengetahui kalau aku juga menyukainya ketika aku mendengar kalian akan bersatu, aku pikir itu hanyalah lelucon yang dibuat kalian dan akupun menunggu dia, mungkin akan menemuiku kembali tapi setelah aku tunggu beberapa minggu,bulan bahkan tahun ternyata dia tidak muncul ke hadapanku sama sekali berarti apa yang dia lakukan sangatlah serius akhirnya lambat laun aku ingin melupakannya meskipun itu sulit, tapi aku bersyukur dengan adanya ini semua aku bisa mengambil hikmahnya. Terima kasih..?" ucapku memeluk liana.

“o ya ada satu hal lagi yang harus ku bicarakan padamu.., ini adalah permintaan terakhirnya ketika aku berada di rumah sakit.. “ tanyanya serius

“Apa itu..?” ujarku heran.

“dia berkata kalau dia ingin kau yang mengasuh Qiana karena ia tidak ingin anak ini menjadi seperti dia, dan ini ada sebuah surat untukmu..” jawabnya dengan nada bicara yang sudah mulai lega. ”Qiana nanti tante main lagi kesini kamu sekarang sama mamah kikinya”, ucapnya mengelus anak itu.

“hah mamah..” aku tersentak kaget. “apa maksudmu..?”

“aku sudah pernah katakan sebelumnya, Abram hanya mempercayai kamu seorang untuk merawat anak ini dan sekarang menjadi tanggung jawabmu, sekali lagi aku sangat minta maaf dan terima kasih banyak untuk semuanya ” ujar liana seraya pamit pulang.

Aku menatap wajah anak itu terpikir kembali olehku wajah abram, semuanya hampir mirip dengan Abram dari matanya yang tajam dan hidungnya mancung, air mataku tidak tertahan mengalir melihatnya hatiku merasa tersedak dan jantungku merasa berdetak dengan kencangnya, lalu akupun membaca surat yang di berikan liana yang kugenggam di tanganku.

AKU SANGAT MENCINTAIMU

KASIH SAYANGKU UNTUKMU TIDAKKAN PERNAH PUTUS

AKU BERSUMPAH UNTUK DIRIKU DAN DIRIMU

AKU ADALAH LELAKI SEMPURNA UNTUKMU

AKU HANYA BUTUH JANJI DARIMU UNTUK TERUS BERSAMAKU

AKU AKAN BERUSAHA MEMBAHAGIAKAN DIRIMU

AKU SELALU BERADA DISISIMU

AKU PASTI DATANG JIKA KAU MEMBUTUHKANKU

AKU SANGAT SENANG BILA MELIHATMU TERSENYUM

AKU ADALAH TEMANMU UNTUK SELAMANYA

Itulah kata paling atas yang belum sempat aku ucapkan untukmu dan aku ingin sekali mengucapkan namun ternyata waktu tidak mengizinkanku namun aku tidak menyesali hidup ini karena aku sempat menemukan kebahagiaan ketika bersamamu

“CAN I SEE YOU AGAIN FOR THE FIRST AND LAST TIME, I LOVE YOU FOREVER”

Aku kembali membasahi pipiku dan menitikkan air mataku karena tidak kuasa menahan lagi air mata yang terbendung, hatiku sangat sakit sekali betapa aku menjadi orang yang sangat jahat di matanya, mengapa aku tidak menyadari dirinya sama sekali aku sangat egois, “Maafkan aku Abram..!” ucapku dalam tangisan yang membuat dadaku terasa sangat sakit seraya memeluk Qiana.

“TERIMA KASIH DAN MAAFKAN AKU UNTUKMU SEMUANYA” kata ini sering ku ucapkan dalam pejaman mata di setiap aku sedang duduk termenung berelaxasi setiap minggu pagi bersama little angel yang sudah aku anggap sebagai anakku sendiri, kini hanya dia yang menjadi penyemangat hidupku dalam keadaan apapun.”Abram sekali lagi aku ucapkan terima kasih untuk kebahagiaan yang telah kau berikan, I will be always love you forever, we’ll be always together so thank you so much for everything.

Tags: twlc19

How do you feel about this chapter?

0 0 0 1 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
Similar Tags
HAMPA
388      268     1     
Short Story
Terkadang, cinta bisa membuat seseorang menjadi sekejam itu...
Asmara Mahawira (Volume 1): Putri yang Terbuang
5712      1092     1     
Romance
A novel from Momoy Tuanku Mahawira, orang yang sangat dingin dan cuek. Padahal, aku ini pelayannya yang sangat setia. Tuanku itu orang yang sangat gemar memanah, termasuk juga memanah hatiku. Di suatu malam, Tuan Mahawira datang ke kamarku ketika mataku sedikit lagi terpejam. "Temani aku tidur malam ini," bisiknya di telingaku. Aku terkejut bukan main. Kenapa Tuan Mahawira meng...
One hour with Nana
354      250     3     
Short Story
Perkelahiannya dengan Mandala sore itu, membuat Egi dalam masalah. Mandala tewas setelahnya dengan tubuh penuh luka tusukan. Semua orang, pasti akan menuduh Egi sebagai pelaku. Tapi tidak bagi seorang Nana. Bagaimana Gadis berwajah pucat itu menangkap pelaku sebenarnya? Bisakah Egi selamat dari semua kejadian ini?