Read More >>"> The Black Hummingbird [PUBLISHING IN PROCESS] (Selanjutnya) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - The Black Hummingbird [PUBLISHING IN PROCESS]
MENU
About Us  

“Cieeeh…yang lagi kasmaraaaan.” suara Bram menjadi hal pertama yang Kiran dengar pagi itu. 

Kiran mengerjap-ngerjapkan matanya karena belum terbiasa dengan cahaya matahari yang nggak tanggung-tanggung menghujam langsung ke bola mata Kiran. Setelah otaknya kembali beroperasi, ia menyadari bahwa semalaman ia tidur dengan kepala tersandar di bahu Clyde. Nggak itu doang! Tangan Kiran juga sedang dalam posisi memeluk sebelah lengan Clyde.

“Aaaaahh!!” Kiran berteriak hampir tanpa suara.

Seperti baru melhat setan, wajah Kiran berubah pucat dan dengan panik ia menendang-nendang lantai supaya tubuhnya bergerak mundur.

“Clyde nggak ngapa-ngapain lo kok, Ran. Dia terlalu capek kayaknya.” Bram mengedikkan kepalanya ke arah Clyde yang masih tertidur pulas dengan kepala tersandar di tembok. Bahkan setelah huru hara mini yang ditimbulkan Bram.

“Jangan gangguin Kiran terus, Bram. Kasihan.” Beruntung, Jaxon datang seperti kesatria berkuda putih untuk menyelamatkan Kiran dari interogasi dan ledekan Bram.

“Rhea mana?” Dengan suara parau William beringsut bangun.

Jaxon, Bram dan Kiran buru-buru mendekati William.

“Lo nggak apa-apa, Will?” tanya Jaxon.

“Lo inget gue nggak? Ini angka berapa?” Serbu Bram seraya mengeluarkan dua jarinya dan mengayun-ayunkannya di depan wajah William.

“Gue nggak hilang ingatan, Bram.” Masih dengan mata mengerjap-ngerjap, William menepis tangan Bram dari depan wajahnya.

“Eh, yang bener.. Gue ngecek mata lo juga,” Bram masih besikukuh dengan tes-tes nggak jelas.

“Dua, Bram. Dan gue masih inget lo,” jawab William setengah hati. 

Bram pun menyeringai puas.

“Rhea mana?” William kembali mengulangi pertanyaan.

“Rhea udah sadar kemarin malem, Will. Dia nggak apa-apa. Hari ini juga boleh pulang,” jawab Kiran sambil tersenyum.

Ya! Tidak hanya Kiran yang lega mengetahui bahwa Rhea baik-baik saja. William sekonyong-konyong merasa dirinya sehat kembali ketika mendengar bahwa Rhea baik-baik saja.

“Untung deh. Rhea pulang jam berapa?” tanya William lagi.

“Kayaknya habis makan siang deh, Will. Rhea bakal pulang sama Mama dan Papa,” jelas Kiran.

“Will..” panggil Bram.

“Apa?”

“Rhea doang yang lo urusin! Nasib lo dan Jaxon gimana nih?!” seru Bram sambil mengguncang-guncang bahu William.

William meringis karena kepalanya yang sakit semakin serasa ditusuk-tusuk gara-gara digoncang-goncang Bram. Tapi tentu saja ia tidak mau mengakuinya. Dengan sedikit tenaga yang masih tersisa, William mendorong tubuh Bram supaya menjauh.

“Bokap gue udah neleponin gue non-stop.” Perkataan Jaxon barulah menyadarkan William.

William meraba saku celananya dan mengambil hapenya yang untungnya tidak jatuh selama huru-hara semalam.

“Lima belas Missed Calls,” kata William, lebih kepada dirinya sendiri daripada kepada Jaxon.

“Gimana dong, Will?” tanya Clyde.

William terdiam. Dia tidak percaya nasib sebegitu teganya memaksa William mengerahkan otaknya saat satu-satunya bagian tubuhnya yang sakit ya kepalanya. Ia menghembuskan napas panjang beberapa kali.

“Kita bisa apa sekarang? Cepat atau lambat lo dan gue harus pulang ke rumah masing-masing,” kata William kepada Jaxon.

Jaxon sendiri sejujurnya takut untuk pulang ke rumah. Ia sudah bisa membayangkan seberapa murka Papanya dan seberapa khawatir Mamanya. Tapi Jaxon tidak merasa dia berada di posisi yang pantas untuk protes. Masalahnya, berapa pun mengerikannya hukuman Jaxon, William pasti mendapat hukuman dua kali lebih berat. Ditambah lagi William sudah tidak punya Mama yang membelanya. Clayton? Jelas-jelas dia bukan lagi akan menari di atas penderitaan William. Dia bahkan bakal koprol dan baling-baling di atas penderitaan William!

“Rhea bentar lagi pulang. Nggak jadi nunggu makan siang kata Mama.” Tiba-tiba Kiran buka mulut.

Mungkin ia pikir dengan begitu William akan merasa lebih baik. Tidak sampai sepuluh menit sejak Kiran menyampaikan kabar gembira itu, klakson mobil terdengar dari halaman. Wajah William menjadi sedikit lebih cerah, begitu juga Jaxon, Clyde dan Bram. Mereka memang sangat khawatir akan keadaan Rhea. Namun rasanya mereka tidak diberikan cukup banyak waktu untuk mengkhawatirkan Rhea karena mereka sibuk mengkhawatirkan nyawa mereka sendiri kemarin malam.

“Weisss. Pada nyambut gue semua nih lo pada?” suara Rhea yang keras seperti toa menyapa teman-temannya.

“Gila, Rhe! Lo tahu nggak seberapa khawatirnya kita semua kemaren!” seru William.

“Seberapa khawatirnya lo maksudnya,” sindir Bram.

Timpukan bantal dari segala arah segera menyapa wajah nyengir Bram. 

“Salah waktu! Salah tempat!” seru Clyde seraya menyerang Bram dengan guling.

“Eeeeh. Guling kesayangan gue!!” Rhea panik dan menerjang Clyde yang segera teriak-teriak minta ampun.

Kiran sendiri tidak ikut perang bantal bersama adik kembar dan teman-temannya. Ia merasa ada desiran aneh di hatinya ketika melihat Rhea akrab dengan Clyde. Apalagi pake timpuk-timpukan guling dan lompat-lompat di kasur. 

“Eh.. Kepala lo kenapa?” tanya Rhea yang baru saja menyadari kepala William yang dibalut perban.

“Telat woy! Masa lo baru nyadar sekarang?” Alih-alih Wiliam yang protes, Bram-lah yang angkat bicara.

“Ya kan gue lagi sibuk ngebabuk Clyde,” dalih Rhea.

“Tangan lo juga kenape lagi?” lanjut Rhea seraya jari telunjuknya menunjuk tangan Clyde yang juga dibungkus perban.

“Ini luka perang, Rhe. Gue akan selalu mengingat perjuangan gue bersama yang ketiga teman gue. Mempertaruhkan nyawa menerjang…” 

Belum sempat Clyde selesai bicara William sudah membungkam mulutnya memakai kaus kaki bekas.

“Eeeeh. Kaus kaki gueeee!” Rhea panik lagi dan menonjok ringan bahu William.

“Ihni..bbbhh…bhkkk..”

“Ngomong apa sih lo?” Ditariknya kaus kakinya yang bau dari mulut Clyde.

“Sialan lo! Ini kaus kaki bekas yah?”

“Kok lo tahu?” tanya Rhea dengan cueknya.

“Yang luka tuh tangan gue bukan indera penciuman gue! Kaus kaki lo bisa buat ngebunuh gajah saking baunya tau!!” Clyde kembali menyerang Rhea dengan guling.

“Ampun, Clyde. Ampun!!” Kali ini Rhea yang menjerit minta ampun berhubung satu-satunya senjata di tangan hanyalah kaus kaki bekas yang sangat bau.

Hati Kiran mencelos. Ia pun memutuskan untuk keluar dari kamar Rhea karena tidak sanggup lagi menyaksikan keakraban Clyde dengan cewek lain. Walaupun Kiran yakin Rhea nggak punya perasaan khusus buat Clyde, Kiran tetap merasa tidak suka Clyde bercanda dan tertawa-tawa dengan cewek lain.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • TamagoTan

    @Kang_Isa Thank you so much! Salam kenal juga, Kak! Nanti aku mampir yah ke cerita Kakak!

    Comment on chapter Prolog
  • Kang_Isa

    Keren. Ceritanya mistis banget, ikutan merinding juga. Salam kenal, Kak. Jika berkenan, mampir juga di ceritaku, ya.
    Salam semangat selalu. :)

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Balada Valentine Dua Kepala
274      164     0     
Short Story
Di malam yang penuh cinta itu kepala - kepala sibuk bertemu. Asik mendengar, menatap, mencium, mengecap, dan merasa. Sedang di dua kamar remang, dua kepala berusaha menerima alasan dunia yang tak mengizinkan mereka bersama.
Cinta Aja Nggak Cukup!
4760      1525     8     
Romance
Pernah denger soal 'Triangular theory of love' milik Robert Sternberg? The one that mentions consummate love are built upon three aspects: intimacy, passion, and commitment? No? Biar gue sederhanakan: Ini cerita tentang gue--Earlene--dan Gian dalam berusaha mewujudkan sebuah 'consummate love' (padahal waktu jalaninnya aja nggak tau ada istilah semacam itu!). Apa sih 'consummate love'? Penting...
Kulacino
370      238     1     
Romance
[On Going!] Kulacino berasal dari bahasa Italia, yang memiliki arti bekas air di meja akibat gelas dingin atau basah. Aku suka sekali mendengar kata ini. Terasa klasik dan sarat akan sebuah makna. Sebuah makna klasik yang begitu manusiawi. Tentang perasaan yang masih terasa penuh walaupun sebenarnya sudah meluruh. Tentang luka yang mungkin timbul karena bahagia yang berpura-pura, atau bis...
Aku Biru dan Kamu Abu
583      332     2     
Romance
Pertemuanku dengan Abu seperti takdir. Kehadiran lelaki bersifat hangat itu benar-benar memberikan pengaruh yang besar dalam hidupku. Dia adalah teman curhat yang baik. Dia juga suka sekali membuat pipiku bersemu merah. Namun, kenapa aku tidak boleh mencintainya? Bukannya Abu juga mencintai Biru?
Alex : He's Mine
2100      745     6     
Romance
Kisah pemuda tampan, cerdas, goodboy, disiplin bertemu dengan adik kelas, tepatnya siswi baru yang pecicilan, manja, pemaksa, cerdas, dan cantik.
My X Idol
14368      2226     4     
Romance
Bagaimana ya rasanya punya mantan yang ternyata seorang artis terkenal? Merasa bangga, atau harus menutupi masa lalu itu mati-matian. Seterkenal apapun Rangga, di mata Nila ia hanya mantan yang menghilang ketika lagi sayang-sayangnya. Meski bagi Rangga, Nila membuat hidupnya berwarna. Namun bagi Nila, Rangga hanya menghitam putihkan hatinya. Lalu, apa yang akan mereka ceritakan di kemudian hari d...
BIYA
2859      921     3     
Romance
Gian adalah anak pindahan dari kota. Sesungguhnya ia tak siap meninggalkan kehidupan perkotaannya. Ia tak siap menetap di desa dan menjadi cowok desa. Ia juga tak siap bertemu bidadari yang mampu membuatnya tergagap kehilangan kata, yang tak pernah ia sangka sebelumnya. Namun kalimat tak ada manusia yang sempurna adalah benar adanya. Bidadari Gian ternyata begitu dingin dan tertutup. Tak mengij...
Secret World
3144      1043     6     
Romance
Rain's Town Academy. Sebuah sekolah di kawasan Rain's Town kota yang tak begitu dikenal. Hanya beberapa penduduk lokal, dan sedikit pindahan dari luar kota yang mau bersekolah disana. Membosankan. Tidak menarik. Dan beberapa pembullyan muncul disekolah yang tak begitu digemari. Hanya ada hela nafas, dan kehidupan monoton para siswa kota hujan. Namun bagaimana jika keadaan itu berputar denga...
The Hidden Kindness
350      237     2     
Fan Fiction
Baru beberapa hari menjadi pustakawan di sebuah sekolah terkenal di pusat kota, Jungyeon sudah mendapat teror dari 'makhluk asing'. Banyak sekali misteri berbuntut panjang yang meneror sekolah itu ternyata sejak ada siswi yang meninggal secara serius. Bagaimana cara Jungyeon harus menghadapi semua hal yang mengganggu kerja di tempat barunya? Apakah ia harus resign atau bertahan?
Replika
1507      660     17     
Romance
Ada orang pernah berkata bahwa di dunia ini ada 7 manusia yang mirip satu sama lain? Ada juga yang pernah berkata tentang adanya reinkarnasi? Aku hanya berharap salah satu hal itu terjadi padamu