Read More >>"> Trip (Ini Nyata) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Trip
MENU
About Us  

Selama jam pelajaran Rega yang duduk di belakangku terus-terusan menggoda aku yang bertengkar dengan mama. Meledek aku yang tadi diseret ke sekolah oleh mama. Dan karena mulutnya yang lebih ember dari perempuan satu kelas pun tahu.

Walaupun tidak ada yang berkomentar. Walaupun mereka hanya tertawa beberapa detik yang kemudian tidak membahas kejadian tadi pagi lagi. Tetap saja aku merasa malu.

Seorang siswi SMA diseret mamanya karena tidak mau sekolah.

Bukankah itu lucu sekali untuk dijadikan lelucon di masa mendatang?

Dan lagi-lagi laki-laki dibelakangku. Laki-laki paling... entahlah aku tidak bisa mendeskripsikannya. Yang jelas Rega adalah tipe teman paling mengganggu kalau sudah bertingkah seperti saat ini. Terkikik-kikik geli sambil mencolek-colek punggungnya menggunakan pulpen sambil terus memanggil namanya.

"Ya... Naya!" panggil Rega lalu tertawa terkikik dengan intonasi pelan.

Syukurlah, laki-laki tengil yang mengganggu ini cukup tahu diri dan memelankan suaranya. Jika tidak guru sudah melotot padanya dan aku akan terkena imbasnya, sebagai objek ketengilan Rega.

"Baru kali ini gue lihat anak SMA di seret ke sekolah sama emaknya." godaan Rega bahkan tak berhenti sampai bel tanda pelajaran berakhir berbunyi.

Rega tertawa lagi sambil memegangi perutnya.

"Apaan sih. Receh banget lo."

Aku mendelik sebal lalu menatap lurus kembali. Pada jalanan di depan mengabaikan Rega yang berjalan di sampingku masih tertawa-tawa.

"Tapi, kenapa? Seorang Naya yang gue kenal rajin, dateng ke sekolah suka paling pertama tiba-tiba telat dan dateng sambil di seret mamanya. Kenapa? Sumpah, ini adalah hal terlucu sepanjang tahun."

"Ini gara-gara lo juga." bentaku.

Memang gara-gara Rega. Gara-gara laki-laki ini mengadakan acara ulang tahun malam-malam dan aku sebagai sahabat dekat, tetangga, dan orang yang sudah seperti saudara perempuannya seperti memiliki kewajiban untuk datang. Yang berakhir debat panjang sepanjang malam dengan mama. Dan berlanjut pada kejadian tadi pagi yang berakhir diseretnya aku sampai gerbang oleh mama.

"Gue? Kenapa kesannya kayak lo melimpahkan kesalahan lo sama gue?"

Aku menghentikan langkah. Memutar tubuh dan menatapnya dengan intens. "Kenapa sih kemarin lo ngadain acara ulang tahun malem-malem?"

"Karena gue bukan anak TK lagi yang acara ultahnya dirayain sore-sore."

Jawaban nyeleneh Rega malah membuat aku semakin kesal. Namun, entah kenapa tiba-tiba saja aku merasakan sebuah perasaan sedih mengingat kejadian tadi pagi. Saat aku tahu bahwa mama menyeretku ke sekolah tanpa menggunakan alas kaki.

"Ga," panggilku terdengar sendu. Entah Rega menyadarinya...

"Apa?" tanya Rega masih dengan senyum lebar. Membuat aku mencebik. Sadar, Rega adalah Rega, orang paling tidak peka pada apa yang aku rasakan. Mana mungkin Rega menyadari ada sesuatu dari cara bicaraku yang berubah?

"Semalem gue berantem sama mama gara-gara gue gak diizinin ke rumah lo."

"Oh, pantesan lo gak dateng-dateng." sahut Rega. Sama sekali belum memahami situasi. Tapi, sudahlah. Rega kan orangnya memang seperti ini. Kelewat mencintai diri sendiri sampai tidak peka pada masalah orang lain, lebih tepatnya tidak peduli pada orang lain.

"Menurut lo wajar gak sih, remaja 17 tahun kayak kita berontak sama orang tuanya? Mencoba buat mendobrak aturan yang dia buat. Karena kita udah besar." Rega terdiam. Matanya mengerjap-ngerjap entah dia mengerti atau tidak. Sudahlah, aku tidak peduli. Yang aku inginkan hanya orang yang mendengarkan. Dan hanya ada Rega.

"Sering gue ngerasa iri sama temen-temen yang cerita kalau dia main malem-malem sama temennya. Nongkrong di cafe mana. Pergi ke mana. Ke pasar malem. Ke tempat keren yang cuma buka malam hari. Iya, sih, orang tua melakukan itu, membuat aturan itu karena mereka khawatir. Dunia malam gak seindah yang dibayangkan. Tapi, lama-lama gue merasa tertekan. Sekali-kali gue pengen pergi ke tempat keren yang cuma buka malam hari. Ke pasar malem. Bukan cuma keluar sunrise buat berangkat sekolah dan pulang sunset dan setelah itu mendekam di sarang sampai matahari terbit lagi.

Kekhawatiran orang tua emang besar. Tapi, kalau mama terus begitu sama gue, gue gak yakin apa yang bakalan terjadi sama gue nanti seandainya gue kerja ke luar kota dan tinggal jauh dari mama. Gue pasti bakalan takut banget buat keluar rumah. Gue mungkin gak bisa menyesuaikan diri sama lingkungan." Aku menatap Rega kembali. "Ga," panggilku lagi.

Rega hanya berdeham.

"Menurut lo gue salah gak sih berontak?"

Rega terdiam beberapa saat. Terlihat dia juga bingung harus menjawab apa. "Menurut gue berontak sekali-kali gapapa. Karena umur kita emang lagi dalam masa-masanya penuh pemberontakan. Kayak yang Pak Jeje bilang."

Rega nyengir saat menyebut nama guru olahraga yang setiap pertemuan selalu menceritakan hal yang serupa dari saat mereka masih kelas sepuluh. "Masa muda masa yang berapi-api. Yang maunya menang sendiri."

Aku mengernyit. Langsung tahu yang Rega katakan itu lirik lagu Rhoma Irama yang berjudul darah muda. "Itu lagu Rhoma Irama, bukan yang Pak Jeje bilang. Otak lo yah, suka miring kadang-kadang."

Rega malah tertawa.

"Tapi, lo harus minta maaf sama mama lo."

Aku menoleh. Terdiam menunggu kelanjutan kalimat Rega.

"Tadi pagi saking pengennya lo jadi orang yang bener, dia nyeret lo ke sekolah gak pake sendal."

Aku terdiam. Perlahan senyumku mengembang. "Gue juga berpikiran hal yang sama."

Tanpa disadari ternyata aku dan Rega sudah berada di depan gerbang masuk kompleks perumahan. Rumah aku dan Rega berada di blok F hanya butuh berjalan lurus dua puluh meter, belok kiri, kemudian belok kanan dan berjalan lurus sedikit sampai akhirnya sampai di rumahku. Sementara rumah Rega lebih jauh, berbeda beberapa rumah tetapi masih berada di blok yang sama.

Namun, sebuah keramaian yang amat asing membuat langkahku tiba-tiba berhenti. Begitu juga Rega. Ada banyak sekali orang di teras rumahku dan sebuah ambulance. Siapa yang sakit?

Sebuah firasat buruk tiba-tiba saja hinggap. Membuat langkahku terasa kian berat bahkan seakan tertancap ke tanah. Tidak bisa bergerak. Mencoba mengenyahkan firasat buruk tersebut dengan berpikir positif bahwa ada kecelakaan di depan rumahku dan korbannya di amankan di rumahku sementara untuk kemudian di bawa ke rumah sakit dengan ambulance yang terparkir tersebut.

Akan tetapi, saat Bi Mirna, asisten rumah tangga yang sudah seperti ibu keduaku berjalan dengan langkah lemah dengan wajah yang walaupun tersenyum menunjukan dengan jelas bahwa ada bekas-bekas air mata, membuat perasaanku semakin tidak enak.

"Neng." panggilan dengan suara serak disertai air mata yang mengalir kembali itu membuat aku semakin pias.

"Yang sabar. Mama Neng Naya kecelakaan tadi pas berangkat kantor."

Saat itu kepalaku terasa pening, kakiku seketika terasa lemas, dan perlahan kegelapan menghampiri. Aku pingsan dengan batin bertanya pada kehampaan. Apakah ini nyata?

 

***

 

Terimakasih sudah membaca!!

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Monoton
503      338     0     
Short Story
Percayakah kalian bila kukatakan ada seseorang yang menjalani kehidupannya serara monoton? Ya, Setiap hari yang ia lakukan adalah hal yang sama, dan tak pernah berubah. Mungkin kalian tak paham, tapi sungguh, itulah yang dilakukan gadis itu, Alisha Nazaha Mahveen.
Perahu Waktu
360      240     1     
Short Story
Ketika waktu mengajari tentang bagaimana hidup diantara kubangan sebuah rindu. Maka perahu kehidupanku akan mengajari akan sabar untuk menghempas sebuah kata yang bernama rindu
MONSTER
5515      1523     2     
Romance
Bagi seorang William Anantha yang selalu haus perhatian, perempuan buta seperti Gressy adalah tangga yang paling ampuh untuk membuat namanya melambung. Berbagai pujian datang menghiasi namanya begitu ia mengumumkan kabar hubungannya dengan Gressy. Tapi sayangnya William tak sadar si buta itu perlahan-lahan mengikatnya dalam kilat manik abu-abunya. Terlalu dalam, hingga William menghalalkan segala...
Lost in Drama
1687      641     4     
Romance
"Drama itu hanya untuk perempuan, ceritanya terlalu manis dan terkesan dibuat-buat." Ujar seorang pemuda yang menatap cuek seorang gadis yang tengah bertolak pinggang di dekatnya itu. Si gadis mendengus. "Kau berkata begitu karena iri pada pemeran utama laki-laki yang lebih daripadamu." "Jangan berkata sembarangan." "Memang benar, kau tidak bisa berb...
Waktu Itu, Di Bawah Sinar Rembulan yang Sama
780      433     4     
Romance
-||Undetermined : Divine Ascension||- Pada sebuah dunia yang terdominasi oleh android, robot robot yang menyerupai manusia, tumbuhlah dua faksi besar yang bernama Artificial Creationists(ArC) dan Tellus Vasator(TeV) yang sama sama berperang memperebutkan dunia untuk memenuhi tujuannya. Konflik dua faksi tersebut masih berlangsung setelah bertahun tahun lamanya. Saat ini pertempuran pertempuran m...
Dessert
867      443     2     
Romance
Bagi Daisy perselingkuhan adalah kesalahan mutlak tak termaafkan. Dia mengutuk siapapun yang melakukannya. Termasuk jika kekasihnya Rama melakukan penghianatan. Namun dia tidak pernah menyadari bahwa sang editor yang lugas dan pandai berteman justru berpotensi merusak hubungannya. Bagaimana jika sebuah penghianatan tanpa Daisy sadari sedang dia lakukan. Apakah hubungannya dengan Rama akan terus b...
Perjalanan Move On Tata
427      281     0     
Short Story
Cinta, apasih yang bisa kita katakan tentang cinta. Cinta selalu menimbulkan rasa sakit, dan bisa juga bahagia. Kebanyakan penyakit remaja sekarang yaitu cinta, walaupun sudah pernah merasakan sakit karena cinta, para remaja tidak akan menghilangkan bahkan berhenti untuk bermain cinta. Itulan cinta yang bisa membuat gila remaja.
To You The One I Love
811      470     2     
Short Story
Apakah rasa cinta akan selalu membahagiakan? Mungkinkah seseorang yang kau rasa ditakdirkan untukmu benar benar akan terus bersamamu? Kisah ini menjawabnya. Memang bukan cerita romantis ala remaja tapi percayalah bahwa hidup tak seindah dongeng belaka.
KAU, SUAMI TERSAYANG
605      409     3     
Short Story
Kaulah malaikat tertampan dan sangat memerhatikanku. Aku takut suatu saat nanti tidak melihatku berjuang menjadi perempuan yang sangat sempurna didunia yaitu, melahirkan seorang anak dari dunia ini. Akankah kamu ada disampingku wahai suamiku?
Ansos and Kokuhaku
2918      847     9     
Romance
Kehidupan ansos, ketika seorang ditanyai bagaimana kehidupan seorang ansos, pasti akan menjawab; Suram, tak memiliki teman, sangat menyedihkan, dan lain-lain. Tentu saja kata-kata itu sering kali di dengar dari mulut masyarakat, ya kan. Bukankah itu sangat membosankan. Kalau begitu, pernah kah kalian mendengar kehidupan ansos yang satu ini... Kiki yang seorang remaja laki-laki, yang belu...