Semilir angin berhembus dari jendela kaca besar yang ada di sepanjang koridor tua itu. Angin-angin itu berhembus membuat rambut gadis itu terbang kemana-mana mengganggu penglihatannya, dengan cekatan ia menaruh helaian rambut yang menerpa wajahnya kebelakang telinga membuat wajah cantiknya namun,pucat itu terlihat lebih jelas.
Gadis itu melangkah riang di koridor yang sepi dari siswa-siswi karena saat itu jam pelajaran sudah mulai. Dengan tangan yang ditaruh dibelakang gadis itu meloncat-loncat kecil sambil bersenandung ria. Aura dirinya sangat berbeda dengan aura gedung sekolahnya yang tampak menyeramkan.
Gedung yang tidak pernah dicat ulang hingga dinding-dindingnya menjadi berwarna putih pucat dengan beberapa bagian berwarna hitam entah kenapa. Ada juga beberapa bagian Sekolah yang tidak selesai pembangunan, hingga berlumut yang tidak diketahui alasan jelas kenapa pembangunan itu diberhentikan tiba-tiba.
Mulanya gedung SMA ini dibangun di masa-masa penjajahan agar para anak bangsawan dapat belajar namun banyak orang yang tewas saat pembangunan di laksanakan banyak yang berpendapat karena serangan mendadak dari tentara penjajah. Hal ini lah yang membuat Sekolah itu terasa begitu suram dan tampak menyeramkan dari luar. Mungkin juga karena banyak arwah orang-orang yang tewas saat pembangunan bergentayangan di sekolah.
Kembali ke gadis berambut panjang itu, bersamaan dengan seorang gadis lain yang masuk ke kelas gadis itu juga ikut masuk lalu duduk di bangku paling belakang bersebelahan dengan seorang cowok yang tengah serius memperhatikan penjelasan guru. Gadis itu dengan usil mencolek-colek tangan cowok itu hingga meniup telinga cowok itu agar ia terganggu.
"Daniel jangan terlalu serius,ayolah tidur aku juga ingin tidur,"ujar gadis itu masih mencoba mengalihkan perhatian cowok itu dari papan tulis di depan kelas.
"Ada apa Zaneta? Kamu mengganggu ku,"geram Daniel.
"Aku ingin tidur,"balas Zaneta singkat.
"Tidurlah aku ingin belajar jadi, jangan ganggu aku." Daniel kembali fokus menatap kedepan membuat Zaneta menggerutu. Apa pentingnya menatap papan tulis berwarna putih yang tampak membosankan itu, apa Daniel tidak bosan melihatnya sepanjang hari? Zaneta saja ingin mual setiap menatapnya terlalu lama.
Zaneta melipat kedua tangannya di atas meja menenggelamkan kepalanya di atas lipatan tangannya. Ia tidur. Suara penjelasan guru seakan menjadi alunan musik pengantar tidur yang begitu lembut di telinga Zaneta. Inilah keuntungan menjadi dirinya, dia jadi mudah tidur tanpa diketahui siapapun apalgi ada Daniel di sebelahnya gadis itu jadi lebih tenang.
Daniel melirik sekilas ke samping melihat wajah Zaneta yang hanya terlihat separuh karena tertutup rambutnya yang berantakan menutupi wajahnya. Daniel berdecak gadis di sebelahnya ini memang malas atau memang hobinya tidur hingga setiap kelas kerjaannya selalu tidur saja.
Daniel mengangkat tangannya mengacak-acak rambut panjang Zaneta tapi,gadis itu tidak terganggu. Malahan napasnya makin teratur saat Daniel mengacak-acak rambutnya. Sepertinya mimpi indah menghampirinya.
"Daniel, apa kamu ingin bertanya? Kenapa kamu mengangkat tangan,"tanya guru di depan sambil membenarkan kacamata yang dipakainya. Guru itu tampak memperhatikan gerak-gerik Daniel dari awal pelajaran.
Daniel dengan cepat menarik tangannya lalu melipatnya di atas meja,"Tidak,Bu,"balas Daniel.
"Baiklah sekarang kita lanjutkan ke halaman selanjutnya. Orion kamu baca mulai dari awal dan semuanya harus menyimak dengan baik jangan ada yang mengobrol sendiri."
Daniel menghembuskan napas lega karena guru itu tidak lagi mengawasinya sejujurnya ia tahu guru itu tampak aneh dengan kelakuan Daniel sejak awal masuk. Karena itu guru sering mengawasi gerak-gerik dirinya. Ia kembali melirik Zaneta dengan senyuman kecil di wajahnya.
Terkadang Zaneta itu kebahagiaannya tapi, juga sumber masalah--kecil--di hidupnya tapi…Daniel tetap menyukainya. Apapun alasannya ada di sampingnya Daniel entah menjadi sumber kebahagiaan atau sumber keburukan dan siapapun dirinya. Daniel tetap menyukainya.
.
.
.
Memasuki area kantin SMA 1 Kertajaya suasana menyeramkan akan begitu terlihat. Bangun tua kantin yang mirip dengan bangunan-bangunan tua zaman penjajah terletak terpisah dari gedung sekolah. Jadi, perlu berjalan melintasi lapangan berumput--yang sangat lebat--untuk menuju kesana. Cat-cat di dinding tampak kusam menambah kesan menyeramkan. Banyak siswa yang memang merasakan keangkeran sekolah ini tapi, mau bagaimana lagi meski angker sekolah ini adalah sekolah favorit dengan segala prestasi di berbagai bidang.
Jadi, meskipun Sekolah ini menyeramkan ada lebih dari 1000 anak yang bermimpi untuk masuk kesini setiap tahunnya. Mereka menyampingkan rumor-rumor menyeramkan tentang SMA 1 Kertajaya hanya demi masuk ke sekolah favorit ini. Daniel berdiri di antara antrian panjang siswa yang kelaparan dengan nampan wadah makanan di tangannya serta Zaneta yang sibuk meniup-niup bagian belakang leher Daniel membuatnya geli.
Di SMA 1 Kertajaya semua anaknya diwajibkan untuk makan siang di kantin karena memang sudah ada tagihan sendiri untuk makan siang. Daniel mau diwajibkan atau tidak cowok itu tetap akan makan di kantin toh, makanannya juga selalu enak dan menu nya juga selalu berubah tiap hari.
"Niel, minta daging yang banyak,"bisik Zaneta kegirangan saat melihat menu hari ini adalah olahan daging kesukaannya.
Daniel hanya diam tidak mengindahkan bisikan Zaneta. Cowok itu memberikan nampan miliknya ke petugas kantin dengan patuh tidak peduli Zaneta yang cemberut di sebelahnya karena tidak mendapatkan daging kesukaannya. Gadis itu melipat kedua tangannya di depan dada, kesal dengan sikap Daniel yang tidak acuh.
"Kenapa? Marah karena nggak dapet daging minta sendiri sana!"
Daniel berbicara sambil berjalan menuju deretan meja paling belakang dan paling sepi. Zaneta tidak menjawab hanya melirik sinis Daniel, gadis itu tidak bisa apa-apa jika Daniel sudah memutuskan seperti itu.
Daniel meletakkan nampannya di atas meja disusul dirinya yang langsung duduk di kursi. Beberapa gadis yang tengah berkumpul tidak jauh dari meja tempat makan Daniel mulai berbisik-bisik melihat pangeran dingin itu duduk sendirian lagi di kantin tidak dengan teman-teman cowok sekelasnya.
"Eh,itu Daniel kok sendirian terus,ya. Apa nggak punya temen cowok dia."
"Aslinya sih dia ganteng tapi, sayang pendiam nggak banyak omong."
"Iya, aura-auranya misterius banget."
Zaneta menoleh ke kanan melihat Daniel yang tampak tidak terganggu dengan bisik-bisik gadis-gadis itu bahkan orang yang tidak berniat menguping pun bisa mendengarnya dengan jelas tapi, Daniel tidak . Cowok itu seperti pura-pura tuli akan suara di sekitarnya.
"Mereka buta atau apa nggak ngelihat ada gue disebelah Daniel,ck!"ujar Zaneta kesal yang menarik perhatian Daniel dimata Daniel gadis itu bertambah manis dengan rona merah muda di pipinya saat kesal.
"Mereka memang nggak lihat mungkin,"balas Daniel mulai memakan makanannya.
"Eh-eh Niel suapin gue dulu dong. Kok, kamu makan duluan,sih,"rajuk Zaneta. Mereka memang membagi makanan mereka satu nampan untuk berdua karena Zaneta yang tidak suka makan banyak tapi selalu lapar di jam makan siang akhirnya Daniel memutuskan untuk berbagai makanan sekaligus menuruti kemauan gadis itu untuk di suapi, meski akhirnya ia harus terlihat seperti orang gila di depan banyak siswa.
"Nih, nasi sama daging buka mulutnya,"ujar Daniel sambil mengarahkan sesendok nasi dan lauk ke arah Zaneta.
Zaneta dengan senang hati membuka mulutnya lebar-lebar untuk memakan daging kesukaannya, "Emaak,"uajarnya dengan mulut penuh makanan.
"Ditelen dulu baru ngomong,"ujar Daniel sebelum menyuapkan sesendok makanan kedalaman mulutnya, nasi dan sayur Daniel lebih menyukainya dua makanan itu tidak seperti Zaneta yang menyukai daging tapi, membenci sayuran. Daniel sangat menyukai sayuran apapun sayuran itu.
Suapan kedua untuk Zaneta terhenti di udara, Zaneta memandangi Daniel aneh karena cowoknya itu tiba-tiba melamun bukan-bukan wajahnya tampak terkejut seperti sedang melihat sesuatu yang aneh. Zaneta menyentuh pelan tangan Daniel tangan dinginnya berhasil membuat Daniel terkejut lalu tersadar.
"Kenapa? Kau melihat hantu 'lagi' ?"tanya Zaneta dengan menekankan kata 'lagi' .
Daniel menggangguk lalu menyuapkan suapan yang sempat tertunda tadi,"Ya bayangan hitam sekilas lewat," Daniel bangkit dari duduknya,"Aku ketoilet dulu."
Daniel berjalan cepat menuju toilet meninggalkan Zaneta yang menatap aneh cowok itu sambil mengendikan bahunya. Daniel berjalan cepat memasuki kamar mandi, ia membasuh wajahnya dengan air membuat seragam bagian atasnya juga ikut basah walaupun hanya sedikit.
"Ha, ha kenapa semakin banyak hantu yang ku lihat. Argh! Membuat kepalaku pusing saja,"seru Daniel menjambak rambutnya sendiri.
Ya, jika kalian berpikir Daniel adalah indigo atau anak dengan anugerah Indra keenam kalian benar. Jadi, jika kalian menemukan Daniel sering melamun atau terdiam itu tandanya ia sedang melihat sosok-sosok halus yang jumlahnya sangat banyak di SMA 1 Kertajaya. Jumlahkan saja bisa menyaingi jumlah siswa SMA 1 Kertajaya.
Daniel mengambil tisu dan membersihkan bagian seragamnya yang basah terkena air. Meski hawa di toilet sangat dingin dengan aura yang mencekam Daniel mencoba sesantai mungkin dan 'berpura-pura' tidak melihat sosok-sosok penunggu toilet. Padahal sebuah tangan perlahan menyentuh kedua pundaknya seperti ingin meraba bahu cowok itu tapi, ia tetap diam. Ia tidak ingin mencari masalah yang mungkin malah menyusahkan dirinya nantinya.
Setelah--sedikit-- berhasil mengeringkan seragamnya dan rambutnya Daniel berjalan keluar toilet. Ia sedikit terkejut mendapati Zaneta di samping pintu toilet. Gadis itu berdiri bersandar pada dinding dengan kedua tangan terlipat di depan dada.
"Kamu disini? Kenapa nggak ke kelas langsung,"ujar Daniel.
"Baru dari toilet perempuan lihat cewek-cewek dandan jadi, kepingin dandan kayak mereka supaya tambah cantik,"ujar Zaneta berangan-angan.
Daniel menggenggam tangan Zaneta sambil menyusuri koridor-koridor yang sepi itu,"Kamu udah cantik tanpa make up. Lihat mereka pakai bedak supaya tambah putih tapi,kamu tanpa bedak aja udah putih,"meski pucat, lanjut Daniel dalam hati.
"Uh, baik banget sih Daniel. Makasih pujiannya." Zaneta tersenyum lebar senyuman yang begitu ceria.
.
.
.
Daniel berjalan sendirian menuju ruang guru yang ada di ujung koridor yang gelap. Daniel bisa merasakan aura negatif di sekitar ruang guru mengingat penghuni di sana jumlahnya lebih banyak dari jumlah yang ada di bagian-bagian Sekolah lainnya. Bisa dibilang ruang guru adalah tempat berkumpulnya sebagian besar populasi mahluk halus yang ada di sekolah.
Daniel mengetuk pintu sebelum dipersilahkan masuk. Ia berjalan menuju meja wali kelasnya yang tampak seperti sedang kesakitan. Pria tua itu sesekali menggerakkan pinggangnya yang sakit.
"Pak, bapak panggil saya?"tanya Daniel.
Pak Anton Mengangkat kepalanya,"Oh, iya sebentar kamu duduk dulu. Ah, pinggang sama punggung bapak sakit, masalah tulang tua ini,"ujar Pak Anton berjalan menuju tempat duduknya dengan satu tangan di pinggang.
Daniel meringis ingin mengatakan jika sakit Pak Anton bukan karena usianya tapi, karena ada mahluk halus yang tengah duduk di punggungnya sepertinya mahluk halus itu ingin digendong pak Anton. Daniel melirik sekilas sekeliling ruang guru--lagi dan lagi--cat disini juga sama halnya dengan bagian Sekolah lainnya, luntur dan kusam. Hawanya juga mencengkam.
"Ini Daniel surat beasiswa kamu ke universitas luar negeri. Karena prestasi kamu selama ini Sekolah mendaftarkan kamu dalam program beasiswa ini dan kamu diterima. Mintalah tanda tangan orang tua mu lalu bawa kembali ini ke bapak,"ujarnya menyerahkan selembar kertas berwarna agak kekuningan.
Daniel menerimanya dengan senyuman lebar, beasiswa impiannya,"Baik,Pak. Terimakasih, kalau begitu saya kembali ke kelas. Permisi."
Daniel tersenyum memandangi kertas ditangannya itu. Tidak bisa diungkapkan bagaimana perasaan Daniel yang pastinya sangat bahagia. Daniel keluar dari ruang guru berpapasan dengan segerombolan siswi yang lewat.
"Eh,tau nggak ada yang kesurupan di kelas IPS-3 anak kelas 11."
"Masa? Yampun ini sudah kedua kalinya. Jadi, merinding aku."
Daniel mendengarkan perkataan gadis-itu dengan seksama. Kesurupan? Ia baru mendengar kejadian itu setelah hampir dua tahun sekolah disini. Sepertinya penghuni di sekolah ini juga jahil mereka mempermainkan manusia dengan merasuki manusia-manusia berpikiran kosong dan suka melamun.
.
.
.
Seperti biasanya Daniel menyuapi Zaneta tapi, kali ini cowok itu diam-diam sering tertangkap basah melamun oleh Zaneta. Gadis itu sampai jengkel masalahnya suapan Daniel selalu berhenti di tengah-tengah menggangu selera makannya saja.
"Niel, kamu kenapa dari tadi ngelamun terus ngelihatin pohon beringin itu terus,"ujar Zaneta kesal.
Ya sejak tadi setiap Daniel melamun cowok itu selalu menatap pohon beringin besar yang ada di tengah-tengah Sekolah itu. Konon katanya dipohon beringin itu seorang gadis muda meregangkan nyawa karena malu hamil diluar nikah. Hal itu dibuktikan dengan suara-suara tangisan seorang gadis yang terdengar lirih juga menyeramkan.
Karena rumor-rumor itu banyak siswa jadi, enggan dan takut mendekati pohon beringin itu. Takut melihat dan mengalami uji nyali secara live. Karena katanya setiap orang yang mendekat akan melihat penampakan gadis bergaun merah dara dengan senyuman lebar yang mengerikan.
"Kamu tahu soal beringin itu? Apa kamu juga merasakan aura negatif dari pohon itu? Kamu juga kenal sama 'dia' penghuni pohon itu?"tanya Daniel bertubi-tubi.
"Penghuni pohon beringin itu aku kenal,"balas Zaneta singkat,"Kenapa?"
"Aura negatifnya terlalu mencengkam."
.
.
.
"Tidak! Tidak! Tidak!"teriak Daniel dengan maat terpejam dan dahi yang basah dengan keringat.
Daniel langsung bangun dari tidurnya dengan napas tersengal-sengal, ia menyisir rambutnya kebelakang,
"Mimpi apa itu? Kenapa terasa nyata sekali. Seperti pertanda buruk."
Daniel bangkit dari tempat tidurnya ia butuh air dingin sebelum kembali tidur jika tidak ia tidur bisa kembali tidur, apalagi sekarang masih tengah malam. Keluar dari kamar Daniel melihat Zaneta yang tengah menonton televisi. Ya, gadis itu memang tinggal dirumah Daniel.
Pertama kali bertemu saja gadis itu lupa ingatan dan linglung seperti orang hilang melihat pakaian gadis itu yang merupakan seragam sekolah sama dengan miliknya. Ia langsung berpikir gadis ini pasti siswa di sekolahnya. Daniel memberikan gadis itu nama 'Zaneta' dan membiarkan gadis itu tinggal bersamanya yang memang tinggal sendiri.
"Mimpi buruk?"tanya Zaneta.
"Ya,"ujarnya lalu menengguk sebotol air dingin dari lemari es,"Pergilah tidur ini sudah malam. Bisa-bisa televisi yang menonton dirimu."
"Baik." Zaneta tersenyum membentuk tanda hormat dengan mengangkat tangannya, gadis itu langsung masuk ke kamarnya tepat di sebelah kamar Daniel.
Daniel tersenyum melihat tingkah gemas gadis itu,"Menggemaskan."
.
.
.
Daniel berjalan mengelilingi perpustakaan mencari buku untuk tugas. Sesekali Daniel melirik tempat duduk di perpustakaan yang malah rami di tempati para mahluk halus ketimbang siswa SMA 1 Kertajaya. Zaneta saja sampai hanya diam duduk memainkan laptop di depannya yang sesungguhnya mati.
Daniel berjalan menuju rak berisi buku-buku sejarah sesuai tugas presentasinya. Meski seharusnya berkelompok Daniel memilih mengerjakan tugasnya bersama Zaneta. Dia malas jika harus mengerjakannya bersama teman sekelasnya yang terlalu banyak omong apalagi sejak mendengar fakta Daniel adalah anak indigo mereka langsung memberikan tatapan berbeda pada Daniel.
Mata Daniel menyipit saat menemukan satu buku bertulang 'Sejarah berdirinya SMA 1 Kertajaya', dahi cowok itu berkerut sejak kapan ada buku seperti ini. Aneh sekali. Jika memang ada buku seperti ini sekolahnya pasti sudah sangat tua sekali sampai-sampai ada buku yang memuat sejarahnya.
"Niel! Ayo pergi hantu disini menyeramkan,"ujar Zaneta memeluk Daniel dari belakang sambil menoleh kearah kursi-kursi yang penuh dengan sosok-sosk halus menakutkan itu. Bagaimana tidak menakutkan jika setiap mahluk halus itu punya wajah yang menyeramkan.
Daniel memutar tubuhnya,"Kamu kan udah biasa. Yaudah kamu bawa dua buku ini biar aku yang ambil laptopnya."
"Baik,bos,"ujarnya dengan senang mengambil alih dua buku ditangan Daniel dan dengan semangat berlari keluar dari perpustakaan yang menyeramkan. Daniel hanya tertawa kecil melihat Zaneta ketakutan padahal gadis itu seharusnya sudah biasa melihat seperti itu.
.
.
"Semua siswa diharapkan berkumpul di aula untuk acara doa."
Suara pemberi pengumuman terdengar melalui speaker yang terpasang di sudut kelas. Semua siswa termasuk Daniel langsung membereskan buku-bukunya kedalam tas. Hal seperti ini sudah biasa terjadi di setiap Sabtu, pihak sekolah sadar kalau sekolah terlalu banyak aura negatif juga hal-hal buruk. Dan yang paling sering terjadi adalah siswa kelas 12 yang bunuh diri dari atas gedung sekolah setiap tahun menjelang ujian nasional.
Karena hal itu pihak sekolah mengadakan acara doa bersama untuk mencegah hal-hal buruk tidak lagi terjadi. Meski masih sering terjadi setiap tahunnya. Daniel berjalan bersama Zaneta ditengah-tengah kerumunan siswa yang juga berjalan menuju aula sekolah.
Aula sekolah adalah bagian Sekolah paling luas dengan gaya bangunan Eropa ala-ala zaman penjajahan yang begitu kental. Arsitektur yang menyerupai rumah-rumah Belanda menambah aura horor. Daniel duduk dibarisan kelasnya dengan Zaneta dibelakangnya.
Acara sudah dimulai para siswa mulai berdoa dengan menundukkan kepalanya, Daniel pun juga begitu menundukkan kepalanya sambil merpalkan doa-doa yang ia hapal. Tiba-tiba diantara kesunyian itu sebuah tawa muncul memecah keheningan.
"Ha ha ha."
Semua siswa mengangkat kepalanya melihat sosok siswa yang tertawa. Aneh kenapa gadis itu tertawa lebar dan anehnya lagi tawa itu semakin keras di susul tawa dari siswa lain yang ikut-ikutan tertawa. Mereka kesurupan. Kesimpulan yang bisa diambil guru-guru dan siswa yang masih sadar.
Angin kencang tiba-tiba berhembus aura dingin tiba-tiba menerpa. Aula yang hanya diterangi cahaya dari puluhan lilin mendadak gelap karena satu persatu lilin mati mendadak. Semua siswa dan siswi jadi ketakutan. Kebanyakan dari mereka menjerit karena ketakutan juga terkejut.
"Aaaa!"
Mereka yang masih sadar mencoba keluar melalui pintu Aula yang jumlahnya memang banyak tapi, semuanya terkunci mendadak. Sementara itu guru-guru yang bingung mencoba menyadarkan puluhan siswa yang tiba-tiba kesurupan.
"Tolong! Siapapun di luar tolong buka!"
"Mama! Papa! Tolong aku!"
"Buka pintunya! Buka woi! Nggak lucu ini!"
Diantara kepanikan itu Daniel berusah mencari Zaneta yang tiba-tiba hilang entah kemana, Daniel jadi panik karena kehilangan Zaneta. Namun Daniel merasa ada sesuatu yang menuntunnya berjalan makin mendekat ke sebuah pintu tersembunyi di Aula itu. Disana Zaneta melambai-lamabikan tangannya.
"Sejak kapan kamu disini?"tanya Daniel.
"Nggak usah banyak tanya. Kita harus membasmi penghuni sekolah dan menebang pohon beringin itu. Mereka marah karena kita melakukan doa bersama untuk mengusir mereka, mereka merasa terancam hidupnya,"ujar Zaneta dengan wajah was-was.
Daniel tersentak,"Bagaimana kamu tahu semua itu? Kamu menyelidikinya sendiri."
"Aku tahu karena saat kalian semua menunduk untuk berdoa aku melihat penghuni beringin itu berdiri tepat di atas kita dengan senyuman mengerikan. Ia mengirimkan anak buahnya untuk merasuki tubuh siswa-siswa tadi,"jelas Zaneta.
"Lalu sekarang kita harus apa?"
"Kita harus melawan mereka,"ujar Zaneta menarik tangan Daniel sambil berlari.
"Apa?"
"Nggak usah banyak tanya ikut aja."
Mereka berlari dari aula yang sangat jauh dari lokasi pohon beringin itu. Daniel sendiri tidak tahu apa yang akan terjadi setelah ini, ia hanya pasrah membiarkan Zaneta menuntunnya untuk berlari. Gadis itu tampak serius kali ini tidak seperti biasanya yang selalu menganggap enteng suatu masalah. Apakah masalah kali ini benar-benar darurat?
Mereka tiba-tiba harus berhenti mendadak di sebuah koridor yang ternyata ramai dengan mahluk halus yang berjajar seolah mereka adalah tentara. Mereka berjalan semakin mendekat seakan ingin menyerang Daniel dan Zaneta bersamaan.
"Kita harus melawannya,"ujar Zaneta memasang kuda-kuda.
"Ha? Apa!"
Baru saja berkata dengan bingung satu hantu langsung berusaha mencekik Daniel dengan cepat Zaneta menangkis hantu itu. Daniel mengikuti jejak Zaneta ia mengepalkan tangannya berusaha membasmi hantu-hantu itu. Meski tidak sejago Zaneta tapi, Daniel mencoba mengimbangi langkah gadis itu.
Zaneta, gadis itu tampak cekatan sesekali ia menggerakkan kakinya ke atas memukul wajah hantu-hantu itu yang begitu menyeramkan. Tiba-tiba Zaneta meringis sedikit ingatannya kembali, terlihat jelas dirinya yang memakai baju taekwondo dan sedang melawan lawannya. Apakah Zaneta sebenarnya seorang atlet taekwondo?
Daniel yang berdiri memunggui Zaneta mengepalkan kedua tangannya di depan dada, ia sedikit khawatir melihat Zaneta yang tiba-tiba meringis menegang kepalanya,"Kenapa,Ta? Kamu baik-baik aja kan,"tuturnya dengan nada khawatir.
Zaneta dengan pelan mengangguk," Aku baik-baik saja. Kita harus melawan mereka dengan cepat dan membakar pohon beringin itu sebelum siswa-siswa yang kerasukan meregang nyawa."
Mereka kembali berkelahi, Daniel berkali-kali harus menangkis cekikan hantu-hantu itu. Sepertinya mereka terobsesi untuk mencekiknya dan membuatnya mati kehabisan napas. Sama halnya dengan Daniel Zaneta harus terus terusan melakukan tendangan agar hantu-hantu itu tidak lagi mendekat.
Semakin lama jumlah hantu itu berkurang sebanding dengan energi yang dihabiskan oleh Zaneta dan Daniel. Apalah Daniel cowok itu pasti kehabisan banyak energi karena para hantu itu menyerap energi dalam tubuhnya sebagai kekuatan mereka. Daniel dan Zaneta baru saja akan bernapas lega sebelum Pak Anton wali kelasnya datang, itu bukan Pak Anton itu hanya tubuh Pak Anton yang dirasuki mahluk halus.
Makhluk halus dengan sengaja merasuki tubuh orang-orang yang memiliki energi sedikit, mengambil alih tubuh mereka dan jika sampai tubuhnya digunakan berlebihan sang pemilik tubuh akan meregang nyawa. Tapi, untungnya untuk para mahluk halus yang memakai tubuh manusia mereka akan lebih muda membunuh musuh mereka yang merupakan manusia dari pada saat menggunakan tubuh asli mereka.
Daniel dan Zaneta terkejut karena Pak Anton yang datang dan langsung berusaha menyerang mereka, untung saja mereka berdua dengan cepat menghindar. Aura-aura berwarna hitam berterbangan disekeliling tubuh Pak Anton tanda bahwa tubuh itu sudah mulai dikuasai mahluk halus.
"Mati kalian,"ujarnya dengan senyuman menyeringai.
"Kita harus bagaimana,Niel. Dia bisa mati jika kita menyerangnya dan dia juga wali kelas kita. Bagaimana kita tega menyerangnya,"ujar Zaneta cemas ia tidak tega harus melukai Pak Anton, apalagi jika wali kelasnya itu sampai meninggal karena bertengkar dengan mereka di atas kendali mahluk halus.
"Mau bagaimana lagi,Ta. Kita harus melawannya tapi,sebisa mungkin jangan sampai membuatnya kehilangan nyawa," ujar Daniel menyiapkan kuda-kuda nya bersiap menyerang Pak Anton meski sebenarnya tidak tega.
Mereka beradu dua lawan satu, mahluk halus di tubuh Pak Anton mulai kewalahan harus melawan dua orang sekaligus. Tubuhnya semakin lemah tapi, masih berusaha menyerang.
Pyaar..
Suara kaca percah terjatuh ke lantai bawah setelah Pak Anton mencoba meninju Daniel tapi, dengan cepat Daniel menghindari sehingga pak Anton jadi meninju jendela kaca besar yang terpasang di koridor. Zaneta langsung berinisiatif memukul bagian belakang leher pak Anton membuat pria itu terjatuh pingsan.
"Dia cu-ma pingsan,"ujar Zaneta dengan napas tersengal-sengal, Daniel menganguk. Tentunya ia percaya bahwa Zaneta tidak akan membunuh seseorang toh, apa gunanya ia membunuh. Dia bukan manusia,yang serakah dan membunuh seseorang tanpa alasan.
"Ayo, kita harus menemui 'dia' "ajak Zenata buru-buru,ia takut waktu mereka habis dan semua siswa yang kesurupan akan meregang nyawa sia-sia.
Mereka berlari sekuat tenaga, Daniel mencoa berlari meski harus memegangi perutnya yang terasa perih terkena pukulan tenaga dalam mahluk-mahluk halus tadi. Zaneta mencoba mencapai pohon beringin besar yang terhalau aura-aura hitam dimana ia akan susah menembusnya dan membuat energinya semakin habis. Tapi, Zenata tetap nekat menerobos masuk bersama Daniel di belakangnya.
"Hei,kamu penguasa pohon beringin muncul,lah! Kami ingin bertemu dengan mu,"teriak Zenata di depan pohon beringin besar yang tampak angker itu.
Daniel yang baru saja sampai berdiri dibelakang Zaneta dengan napas menggebu-gebu,"Apa dia akan mendengar kita dan muncul disini?"
Zenata menganguk,"Pasti,"ujarnya ia yakin sekali wanita penguasa pohon ini akan datang entah dalam wujud apapun tapi,ia percaya wanita itu punya harga diri dan emosi yang tinggi karena kematiannya yang penuh emosi apalagi melalui bunuh diri. Dan dia tak akan membiarkan harga dirinya jatuh.
Wush…
Angin bertiup kencang Daniel dan Zaneta refleks mengangkat tangannya menutupi wajah mereka saling kencangnya angin bertiup. Saat mereka berdua membuka mata seorang wanita berbaju merah darah dengan rambut panjang menutupi separuh wajahnya. Ia tertawa suaranya begitu mengerikan di telinga semua orang yang mendengarnya.
"Hihihi! Mau apa kalian?"
"Hentikan permainan mu mereka semua bisa mati,"ujar Zaneta.
Lagi-lagi wanita itu tertawa,"Kenapa kau mengemis dan meminta hanya untuk seeonggok manusia tidak berguna? Kau sama dengan ku kita sama-sama hantu kenapa kau malah bersekutu dengan manusia."
Zaneta tercengang ia baru ingat bahwa dirinya sendiri adalah hantu, ia terbiasa dengan perilaku Daniel yang memperlakukannya seperti manusia biasa,"Y-ya aku memang hantu. Tapi,aku tidak lah jahat seperti mu aku masih punya hati nurani,sebenarnya apa mau mu?"
"Mau ku mereka semua mati merasakan apa yang kurasakan dulu mati menyesal karena kesalahan orang lain. Jika kau mau menyelamatkan mereka lawan aku. Kalian berdua lawan aku sekarang, hihihi."
Zaneta memasang kembali kuda-kuda nya menoleh kearah Daniel lalu menganguk, Daniel yang mengerti kode dari Zaneta mengganguk ikut memasang kuda-kuda nya. Wanita itu tertawa melihat hubungan dua orang beda alam itu. Lihatlah saja tubuh Zaneta yang bahkan bisa terlihat transparan sewaktu-waktu.
Wanita bersiap terbang mendekati Daniel berhenti tepat di depan wajah Daniel dan,"Waaaaa!" Gadis itu memperlihatkan wajahnya yang menyeramkan, matanya berwarna merah mengeluarkan air mata berwarna merah pula. Wajahnya tampak putih pucat dan hawa dingin langsung menerpa wajah Daniel terasa begitu menakutkan.
Daniel yang terkejut tidak bisa apa-apa dengan cepat wanita itu mengeluarkan energi dalamnya dan menghempaskan tubuh cowok itu hingga terpental jauh. Daniel jatuh tengkurap dirinya muntah darah mungkin karena efek luka dalam yang ia alami. Zaneta geram melihat Daniel tersakiti, untuk kali ini ia akan mengeluarkan tenaga dalamnya juga meski tidak sebanding.
"Terima ini wanita menyeramkan,"teriak Zaneta mengunuskan pukulan dengan kekuatan dalam ke arah punggung wanita itu dan.
Wush..
Wanita itu menghilang berganti posisi di belakang Zaneta,"Hihihi." Belum sempat berbalik wanita itu mengeluarkan kekuatannya memukul maju Zaneta, meski tidak separah Daniel.Zaneta masih bisa berdiri di atas kedua kakinya membungkuk memegangi punggungnya yang terasa sakit, darah segar keluar dari mulutnya.
"Ku-kurang ajar kau. Daniel apa kau baik-baik saja?"tanya Zaneta menoleh kebelakang dimana Daniel masih mencoba bangkit dari jatuhnya. Suasana makin mencengkam dengan adanya kabut-kabut hitam yang muncul yang juga membuat jarak pandang makin minim.
"Aku baik-baik saja,Ta."
"Kalau begitu hitungan ketiga keluarkan tenaga dalam kita bersama-sama. Kita pernah belajar mengeluarkannya bersamaan bukan?" Daniel mengangguk mengerti,"Satu,dua,dan ti…ga. Serang!"
Mereka berdua berlari dengan cepat menuju mendekati wanita itu yang masih tenang berdiri di sana dengan tawa sombongnya. Daniel mencoba mengeluarkan tenaga dalamnya meski tidak seberapa tentunya tidak sebanding dengan Zaneta yang memang memiliki kekuatan dalam karena dirinya hantu. Wanita itu juga mengeluarkan energinya berusaha membangun portal dianatra dirinya dan dua orang itu.
Zaneta melihat Daniel mulai kewalahan ia memutar otak agar bisa mengalahkan wanita itu. Ia bisa melihat tanda hitam dileher wanita itu ,tanda vital yang bisa membunuhnya. Jika Zaneta menyentuhnya dengan seluruh kekuatan dalamnya maka wanita itu akan menghilang seketika.
"Daniel tahan dia sebentar . Aku akan langsung menghilangkannya,"ujar Zaneta mencoba mengeluarkan tenaga dalamnya dan bersiap menyerang saat wanita itu lengah.
"Terima ini wanita sialan!" Zaneta langsung menyerang titik vital itu membuat Wanita itu menjerit kesakitan dan menghilang seketika.
"Aaaa!"
Zaneta langsung terjatuh ke tanah dengan memegangi dadanya yang sakit karena terlalu banyak mengeluarkan tenaga dalam. Daniel berusaha berjalan mendekati gadis itu meski tidak sepenuhnya,ia tidak bisa berjalan dengan lancar karena kehabisan tenaga. Dengan tertatih-tatih ia mencoba mendekati tubuh mungil Zaneta yang terlihat tidak berdaya sekarang.
"Ta, kamu nggak kenapa-kenapa,kan?"tanya Daniel khawatir melihat Zaneta yang terus saja memegangi dadanya.
Zaneta menganguk lemah tiba-tiba ia merasa ada yang aneh tangannya mulai berangsur menghilang tubuhnya juga, ia melupakan satu fakta jika ia akan ikut menghilang juga jika menggunakan tenaga dalamnya sebagai hantu terlalu banyak di atas batas,"Da-niel a-aku sepertinya ha-rus per-gi. A-da sa-tu ha-l yang ingin ku ucap-kan--"
"Apa maksud mu,Ta! Pergi kemana!"teriak Daniel khawatir dengan sekuat tenaga ia mencoba merengkuh tubuh Zaneta yang berangsur-angsur mulai menghilang. Daniel bahkan tidak bisa merengkuh tubuh itu seperti biasanya sekarang tangannya tidak bisa menyentuh tubuh Zaneta.
"A-aku menyu-kai mu,Ni…el",ujar Zaneta terbata-bata masih menunduk mencoba tersenyum meski kondisinya saat ini tidak tepat untuk tersenyum bahagia. Setidaknya ia tidak akan menyesal setelah ini karena ia sudah mengatakan perasaannya. Semua bayangan kebaikan Daniel berputar dalam otaknya makin menyiksa perpisahan itu. Rasanya takut untuk berpisah tapi, takdir mengatakan lain tentunya ia tidak bisa melawan takdir.
Dan perlahan tubuh gadis itu mulai menghilang bersamaan dengan kembalinya kesadaran siswa-siswa yang mengalami kesurupan.
"Zenata!"
Daniel berteriak menangisi kepergian gadis yang menemani hari-hari nya selama sebulan ini. Ia masih ingat bagaimana pertemuan mereka, meski seorang hantu gadis itu berparas cantik meski kulitnya pucat. Zenata--nama artis terkenal yang pernah Daniel lihat di berita--panggilan yang ia berikan pada gadis yang lupa dengan dirinya dan segala sesuatu yang pernah terjadi dalam hidupnya, aneh memang. Tapi, gadis itu langsung menarik perhatiannya saat mereka pertama kali bertemu. Harusnya ia tahu bahwa dirinya dan Zenata berbeda dan tidak akan pernah bisa selamanya bersama. Daniel mengadahkan kepalanya ke atas melihat langit senja,ia pasti sudah berjalan menuju akhirat.
.
.
.
Daniel melihat langit biru dari jendela kelasnya. Sekarang dirinya harus duduk sendirian seperti semula. Tiga bulan berlalu setelah Zaneta menghilang, Sekolah menjadi lebih baik. Aura bersahabat mengelilingi Sekolah. Akhirnya Daniel paham jika selama ini asal dari aura negatif juga penghuni-penghuni jahat di sekolah ini berasal dari wanita penunggu itu. Sekarang pohon beringin itu juga sudah ditebang.
Sekolah yang semula tampak menyeramkan berangsur-angsur menjadi tampak segar. Siswa-siswa juga menjadi lebih nyaman dengan aura sekolah. Tidak ada lagi yang namanya kesurupan masal atau kejadian aneh lainnya. Sekolah menjadi tenang selayaknya tempat menimba ilmu lainnya.
Pak Anton, pria yang saat kejadian di buat pingsan oleh Zaneta memang hanya pingsan bahkan luka-luka nya menghilang dengan cepat. Sekarang pria itu masuk dengan seorang murid pindahan di belakangnya. Daniel tidak peduli siapapun siswa pindahan itu, ia tetap memperhatikan birunya langit. Berpikir bahwa Zaneta tengah melihatnya dari atas sana dengan senyuman manis yang biasanya ia berikan pada Daniel setiap pagi.
"Anak-anak hari ini ada murid baru di kelas kita. Perkenalkan namamu,"suruh pak Anton pada murid pindahan itu.
Semua siswa di kelas berbisik-bisik memuji kecantikan gadis itu tapi, Daniel tetap tidak peduli yang ia harapkan datang adalah Zaneta bukan murid pindahan baru.
"Namaku Ariana Wijaya salam kenal,"ujarnya malu-malu. Wajah gadis itu tampak bersinar meski sedikit meringis karena sekelebat memori lama melintas di pikirannya ia seperti sangat familiar dengan tempat ini.
Suara itu begitu familiar di telinga Daniel, mendengar suara itu Daniel refleks menoleh. Kedua mata mereka saling bertemu. Gadis bernama Ariana itu tersenyum manis mengira Daniel memberikan sinyal persahabatan. Tapi, nyatanya Daniel menatapnya karena gadis itu mirip bukan-bukan dia memang Zaneta,Zaneta yang hidup bukan Zaneta yang tinggal arwah atau seorang hantu.
"Zaneta kamu kembali…"