Sambas, Mei 1995. Pondok kecil di tengah hutan dengan sepasang transmigran yang meringkuk di atas ranjang. Malam itu, Lyana terbangun karna keram di perutnya kembali melilit syarafnya seperti di malam-malam sebelumnya. Ia perlahan mengambil damar cadangan yg sering ia gunakan untuk bolak-balik ke kamar mandi saat terbangun seperti ini di malam hari. Cahaya-cahaya damar di ruangan lain telah ia matikan sebelum tidur. Bukan karna terlalu irit, mungkin benar tapi tidak baik meninggalkan nyala api begitu saja, terlebih saat beristirahat.
Perlahan Lyana menyusuri lorong rumahnya. Bayangannya membesar oleh sinar api damar. Sudah biasa, hunian di tengah hutan yang tak sampai dialiri oleh listrik. Umumnya menggunakan sistem penerangan lain seperti obor, damar, lilin, api, terlepas dari cahaya bulan dan kunang-kunang. Asap hitam melambung dari leher pipa damar.