01. BUAIAN SELIMUT BIRU
“To, renang lagi yuk di laut” tepuk temanku yang sangat hobi berenang namun hobi juga tenggelam.
“tidaklah, aku harus cepat pergi kerumah” kataku berpura-pura untuk menghindari percakapan ini.
“Kau ini disekolah sering sekali berenang di kolam, laut depan mata tidak pernah sama sekali kau selami” gerutunya
Ia hanya tesenyum membalas ucapan temannya. ia bukannya tidak ingin mengikuti arahan temannya tapi ia benar-benar tidak bisa melakukannya. Ia tidak bisa mengingkari janjinya meski tekad kuatnya bersedia melanggar janjinya. Namun lagi-lagi perasaan itu membuatnya mengurungkan niatnya.
Sejauh mata memandang, lautan ini masih terlihat luas dan biru, seakan tidak pernah ingin menunjukan dimana ujung perhentiannya, yang telah membuat orang tersesat karena sulit untuk mencari arah kembali, pesona keindahan yang ajaib sangat sulit untuk ditingalkan. Salah satunya seorang anak laki-laki yang telah terhipnotis dan terbius oleh keindahan laut yang bagaikan kain besar berwarna biru terbentang meliuk liuk oleh tiupan angin, ia ingin sekali sekali menyentuhnya dan memakaikan dipunggungnya, bersamanya ia arungi seluruh lautan. Itulah impiannya sejak ia kecil, namun sayangnya ia sudah tidak bisa lagi menyentuh air yang sangat dirindukannya.
Malam sudah sangat gelap, bintang yang berkelap-kelip dilangit semakin jelas terlihat seperti hamparan pasir yang didudukinya. Ia memandang laut lepas yang tenang dimalam hari, seakan tidak ingin kalah dari langit , lautanpun berkelap-kelap indah dari lampu nelayan penduduk asli yang mendiami pantai ini sedang mencari buruannya ke tengah laut. Dimalam minggu ini, Seorang anak laki-laki berumur 13 tahun selalu setia berada dipinggir pantai menemani laut. Tubuhnya yang dibalut kaos putih dan celana berwarna coklat membiarkan angin malam membelai rambutnya yang hampir panjang sebahu. Angin itupun seakan membawa angannya yang ingin melanglang buana jauh menuju ujung dunia lewat lautan yang sangat ia cintai dari kecil namun sayangnya nasibnya tidak mengizinkan dirinya untuk pergi menggapainya.
Hampir setiap hari ia duduk menatap lautan dan langit seusai pulang sekolah dan malam minggu. Baginya lautan adalah hidupnya, ia benar-benar ingin memeluknya. Mata pencaharian mendiang ayahnya yang telah memperkenalkannya kepada lautan. Dari ia kecil sampai ia kehilangan sosok sang ayah tepatnya ketika ia berumur 7 tahun ia selalu bermain dengan air laut dan ikan. Banyak anak yang seumuran dengannya yang sudah pandai berenang, menangkap ikan dan lain sebagainya karena terbiasa mengikuti orang tua berkerja, meski hanya sekedar bermain. Setelah kepergian ayahnya, ia sudah tidak bisa lagi melakukan hal yang lebih gila, ia hanya bisa bermain bersama teman-teman untuk mneghilangkan rasa jenuh atau sekedar menunggu waktu sore.
Ia adalah lonato jauhar yang hanya bisa menikmati masa-masa itu saat 3 tahun yang lalu dimana terjadi sebuah kecelakaan yang menimpa kakak perempuannya dan itu benar-benar membuatnya terpuruk, karena semenjak hal itu semuanya berubah, jangankan berenang hanya untuk sekedar bermain besama temannya, menyentuhnya saja tidak diizinkan oleh ibunya dan itu adalah peraturan mutlak yang harus dipernuhi olehnya, dan ia menjanjikan hal itu kepada ibunya agar ibunya berhenti menangis meski ia harus rela mengorbankan keinginan terbesarnya. Kakak perempuan yang terpaut umur 10 tahun dengannya diharuskan berdiam diri didalam rumah karena cacat pada kaki sebelah kanan akibat kecelakaan. Karena kesalahan sang kakak, sang ibu melarang keras anak-anaknya untuk menyentuh lautan lagi yang berimbas kepada si bungsu yang harus menanggung akibat dari kesalahan sang kakak. Awalnya ia marah kepada ibu dan kakaknya, namun ia tidak berbuat apapun karena ia melihat dengan mata krepala sendiri yang terjadi kepada kakaknya meski itu tidak adil untuknya.
Perlahan namun pasti ia juga mengerti keadaaan yang terjadi, justru yang paling banyak menanggung rasa sakit itu adalah kakaknya. Semenjak kecelakaan itu kakaknya selalu murung dan menangis didalam kamar enggan keluar rumah dalam waktu yang cukup lama. Kakaknya yang bernama Alanna beria sangat dekat dengan lautan, bahkan lautan beserta isinya juga sangat mengenal kakaknya dengan baik, tidak hanya lautan saja semua nelayan bahkan turis tidak ada satupun yang tidak mengenalnya. Alanna beria dikenal sebagai pejuang wanita, karenanya ia sangat terkenal dilautan, bahkan ia menjadi ikon dan salah satu alasan turis banyak berkunjung ke pantai mereka. dulu ia dikenal sebagai anggota jaselin sebelum akhirnya dibubarkan. Jaselin adalah kelompok penjaga, pelindung dan penyelamat lautan. Dulu apapun yang terjadi pada lautan ini, jaselinlah yang akan bertindak. Kelompok ini memiliki orang handal, berkemapuan dan memiliki keinginan kuat untuk melindungi lautan. Banyak dari mereka yang sangat berbakat sebagai jaselin. Sang kakak sudah tidak lagi diragukan kemampuannya dalam hal menyelam, berselancar, dan lain sebagainya. Dulu dipantai ini juga sangatlah ramai dan sering diadakan berbagai macam lomba air. Pastinya anggota jaselin akan menunjukan beberapa atraksi sebagai pembuka lomba dan peserta lomba.
Jaselin dibentuk tanpa sengaja oleh ayahnya beberapa tahun silam yang ingin fokus menyelamatkan lautan, karenanya sang ayah membentuk para anak muda yang berbakat sebagai anggotanya karena para orang tua harus melakukan tugasnya untuk mencari nafkah jadi anak mudalah yang ditunjuk untuk menjaga keselamatan lautan. Namun sayangnya jaselin tidak bisa berumur panjang hanya bisa bertahan kurang lebih setahun setengah setelah kepergian sang ayah. Bakat yang dimiliki sang kakak juga tidak lepas dari peran sang ayah yang sering mengajaknya dan berlajar berenang ke lautan, mereka berdua banyak diajari berbagai macam hal tentang lautan, dari mulai cara menjaga, menperkenalkan penghuninya dan cara menyelamatkan diri sendiri ketika sedang terjebak didalam lautan.
Sang ibu tidak pernah berhenti memarahi mereka bertiga setiap sehabis pulang dari berlatih,ibunya selalu marah karena umur mereka masih sangat kecil untuk memperkenalkan lautan kepada mereka dan mereka dangat khawatir dan ketakutan jika terjadi sesuatu pada anaknya. Sebelum kehadiaran lonato sang ayah juga ternyata sudah sering memperkenalkan lautam kepada kakaknya. Lain ayah lain ibu, sang ayah masih saja bersikeras untuk mengajarkan lautan kepada anaknya, alhasil sang ayah harus melakukan banyak jurus elakan untuk menghindari ibu dan akhirnya ia harus sembunyi-sembunyi melakukannya dan adik kecil untuk sementara hanya bisa menonton dan bermain pasir dan air dibibir pantai sambil melihat sang kakak berlatih.
Sang adik hanya bisa merasakan seperti apa rasanya berlatih berenang sembari memegang tangan sang ayah sampai ia berumur 7 tahun lalu selanjutnya ia diajarkan oleh sang kakak tapi sayangnya hal itupun tidak bisa berlangsung lama karena sang kakak juga harus menerima nasibnya karena kecelakaan dan terpaksa ia keluar dari keanggotaan jaselin, karena ia tidak bisa lagi berenang atau melakukan hal apapun untuk menyelamatkan laut ataupun menolong orang. Semakin lama keadaan jaselin semakin terpuruk dan akhirnya dibubarkan oleh pejabat setempat. Keadaan laut menjadi kembali seperti semula, dibeberapa bagian tempat sudah tidak indah dan sebersih dulu lagi. Sang kakak yang memiliki sifat seperti sang ayah tidak bisa menerima semuanya, ia menyalahkan dirinya sendiri ditambah keadaaan pantai yang semakin memburuk. Ia tidak berdaya dengan keadaannya sekarang ini namun ia tidak bisa melakukan apapun selain menangis, menyesali dan menyendiri.
Begitupun dengan lonato yang telah terikat janji dengan sang ibu. Ia hanya bisa merenung, menikmati dan merasakan pemandangann laut di bibir pantai saja. sesekali ia ingin mengenang kebersamaan dengan ayahnya dan kakaknya yang mulai samar-samar diingatannya, bahkan ia tidak bisa melakukan hal itu bersama teman-temannya, iapun tidak memperdulikan jika temannya mengejeknya kecuali jika ia memang terpaksa pastinnya lonato harus memiliki alasan tepat untuk melanggar janjinya. Lonato yang mulai beranjak remaja mulai merngerti kondisi keluarganya sampai ia tidak kuasa melihat tangis ibunya setiap kali ia memarahinya tapi lonato hanya diam saja karena ia mengerti jika ibunya merasa tertekan apalagi semenjak kepergian ayah dan kecelakaan yang menimpa kakaknya. Ditambah lagi sang ibu yang sedari dulu tidak pernah mengizinkan kakaknya untuk menjadi anggota jaselin, ibunya menolak keras keputusan kakaknya untuk menjadi jaselin seperti ayahnya yang sebenarnya merupakan cita-cita kakaknya sedari kecil yang ingin menjadi penyelamat lautan meski tanpa harus bergabung dengan jaselin. Ibunya menginginkan kakaknya menjadi wanita pada umumnya dan kakaknya tidak pernah menuruti sang ibu yang sering sekali menjadi perdebatan ataupun keributan dan akhirnya sang ibu menyerah menuruti keinginan anaknya.
@renicaryadi ya bukannnn tpi untunglah mikirnya lebih baik monster... Bukan putri duyung... Hahahha kbnyakan orng mikir ya putri duyung
Comment on chapter 01. BUAIAN SELIMUT BIRU