Azazel POV
Ok. Giliranku yang bercerita. Ini adalah misi terakhir yang kami terima dari V sebelum dia tiba-tiba menghilang. Saat itu adalah hari libur. Aku bersama teman-temanku memutuskan untuk liburan di daerah Pontianak. Yang ikut saat itu adalah Aku, Azza, Azzael, Nusa dan Rio. Lokasi ini kami pilih, karena disana pemandangan hutannya masih terawat dan sangat indah.
Rencananya penjelajahan hutan akan dimulai pukul jam 3 sore sampai jam 6 sore. Setelalah itu, kami akan menginap di Villa sampai besok. Barulah setelah itu kami pulang. Sekarang pukul 14:30. Kami segera bersiap-siap pergi ke hutan. Tiba-tiba kami mendapat E-Mail dari V. Isinya hanya pesan pendek yang berulang.
SOS.SOS.SOS.SOS.......
Aku rasa V berada dalam bahaya. Tak lama kemudian, dia juga mengirimkan koordinat lokasinya pada kami. Ternyata jaraknya tidak terlalu jauh dari lokasi jelajah hutan kami. Kami segera bergegas pergi kesana. Liburan pun terpaksa dibatalkan.
Berkat kekuatan Rio, kami bisa sampai kesana dengan cepat. Ternyata, lokasi itu adalah sebuah gua besar. Gua itu tampak begitu gelap dibagian dalamnya, meskipun jam baru menunjukkan pukul 14:40. Gua itu berada ditanah lapang di tengah hutan.
Kami pun segera masuk ke gua itu. Aku memimpin didepan. Untuk berjaga-jaga, kami memanggil Jatayu, Jaya Wijaya, dan Wilga. Dengan pedangku, aku membuat api dimata pedangnya. Pedangku kini menjadi sebuah obor mini sebagai penerangan di dalam gua itu.
Waktu terus berjalan. Jamku menunjukkan pukul 15:00. Kami belum mencapai ujung gua itu. Saat itu kami sadar, tidak ada satupun kelelawar yang hidup disini. Seperti gua pada umumnya, disini juga dingin dan lembab. Stalakmit dan stalaktit tampak menempel di dinding gua. Kami terus melangkah menyusuri gua. Lalu, kami melihat cahaya di ujung gua.
Kami bergegas menuju kesana. Saat kami sampai, kami terkejut dengan apa yang kami lihat. Kami melihat sebuah kota yang sudah tua. Terlihat gedung-gedung tinggi yang tampak tidak terurus. Lumut dan akar-akaran menempel di dinding gedung. Langitpun dipenuhi awan yang gelap. Suasana yang sangat menyeramkan.
Tiba-tiba segerombolan orang berlari kearah kami. Mereka seperti orang sakit. Muka mereka pucat dan tubuhnya kurus. Tapi anehnya, lari mereka sangatlah cepat. Dan kami melihat, mata mereka hitam semua, tidak ada putihnya sama sekali. Mereka ingin menyerang kami!
Kami segera membentuk Formasi Bintang, Formasi segilima yang dipimpin oleh Rio. Kami juga mengeluarkan senjata kami. Rio mengeluarkan Pistolnya. Nusa mengeluarkan Kipas Perusak. Aku mengeluarkan Pedangku. Azza mengeluarkan Panahnya. Dan Azzael mengeluarkan Kapaknya.
Kami lalu menyerang mereka bersama-sama. Dibantu oleh Jatayu yang menyerang dari atas, Jaya Wijaya & Wilga yang menyerang dari samping kiri dan kanan, kami berusaha menghentikan gerombolan orang itu.
Mereka menyerang secara bergelombang. Setelah gelombang pertama dikalahkan, muncul gelombang kedua yang jumlahnya lebih banyak dari gelombang pertama. Kami terus berusaha mengalahkan mereka, tanpa melukai atau membunuh mereka.
Lalu muncul seorang perempuan. Usianya kira-kira sama dengan kami. Orang itu datang bersama dengan seekor beruang besar. Nama beruang itu adalah "Mandala". Dia memiliki kekuatan cakar beracun yang dapat memotong apapun. Dia menyerang gerombolan orang itu dengan membabi buta.
Berkat bantuannya, tak lama kemudian, kami berhasil mengalahkan mereka semua. Dia berkata bahwa dia adalah V, orang yang selama ini memberikan tugas pada kami. Rio lalu berkata bahwa dia harus memberi bukti bahwa dia memang benar-benar V. Dia lalu mengaktifkan senjata berbentuk gelang yang ada ditangannya.
Lalu muncul tampilan layar hologram kebiruan. Disitu tertulis semua tugas yang pernah dia tugaskan kepada kami. Ternyata dia memang V. Dia lalu mengajak kami ke sebuah laboratorium tua yang ada dipusat kota. Suasana tetap tidak berubah. Tetap suram & mencekam.
Gedung laboratorium ini nampak sangat tua. Mungkin usianya sudah setua kota ini. Lumut dan tanaman menjalar tampak menempel di hampir seluruh bagian dindingnya. Meskipun terbuat dari beton, tetap saja ada beberapa lubang di dindingnya.
Saat kami sampai disana, V bercerita bahwa tempat ini adalah karantina bagi para pasien yang terkena penyakit aneh. Penyakit itu menyebar melalui air yang berada di saluran air kota ini. Penyakit ini disebabkan oleh virus Z yang ternyata adalah virus ciptaan V sendiri yang menjadi liar.
Pada awalnya, dia menciptakan virus ini untuk membantu menyembuhkan berbagai macam penyakit dan menciptakan kekebalan super. Namun, karena kesalahan teknis, virus ini justru menjadi perusak bagi tubuh manusia. Ketika virus ini masuk ke dalam tubuh, dia akan segera menginfeksi dan mengendalikan otak manusia. Butuh waktu 10 detik untuk virus ini menginfeksi tubuh.
Kata V, satu-satunya cara menghancurkan virus itu adalah dengan vaksin yang terbuat dari golongan darah O. Saat itu, diantara kami semua, hanya akulah yang mempunyai golongan darah O. Aku segera mengajukan diriku untuk menjadi pendonor vaksin itu.
V lalu mengatakan bahwa resikonya terlalu tinggi karena darah yang digunakan untuk membuat vaksin sangatlah banyak. Aku katakan itu tidak masalah karena aku mempunyai kekuatan pemulihan. Lagipula seluruh anggota tim sepakat untuk membantu pemulihan diriku nanti.
V segera melakukan prosedur pendonoran darah dariku. Rio, Nusa, Azza, & Azzael saling berpegangan tangan membentuk lingkaran mengelilingi kasur operasiku. Aku merasakan rasa terbakar dikulitku saat darahku dihisap melalui pipa infus. Beberapa menit kemudian, operasi itu selesai. Untuk sementara ini, aku tidak bisa bangun dari kasur operasi selama beberapa jam.
Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 20:00. Rio & Nusa sedang berjaga-jaga diluar ditemani cahaya api unggun. Azza & Azzael menemaniku di dalam ruangan lab itu. Azzael sempat berkata bahwa V mengirim E-Mail lagi kepadanya. Isinya adalah mungkin ini adalah misi terakhir yang kami terima darinya. Misi kami adalah untuk menyembuhkan semua orang di kota ini.
Tak lama kemudian, V datang. Dia membawa 5 buah pistol laras panjang. V lalu memberikannya pada kami. Isinya adalah alat suntik berisi vaksin sebanyak 100 buah tiap pistol. Aku sudah bisa bangun saat itu. Kami segera bersiap untuk besok. Hari penyembuhan akan dimulai!
Keesokan harinya.....
Jam 8 pagi. Awan kelabu menutupi langit sejak tadi. Suasana tidak berubah, tetap mencekam. Rio, Nusa, Azza, Azzael, aku dan V, bersiap untuk menghadapi gerombolan orang itu. V sudah mengubah senjata di tangannya menjadi pistol laras panjang.
Orang-orang yang terinfeksi itu tidak menyukai kebisingan. Kebisingan membuat mereka menjadi liar dan agresif. Oleh karena itu, kami memukul benda-benda disekitar kami, seperti meja, kursi, peralatan lab, dan lainnya.
Sekarang kami berada di atap lab. Pistol kami sudah diarahkan ke bawah, tepat ke arah gerombolan orang yang akan datang. Tak lama setelah itu, segerombolan orang datang. Kami segera menembaki mereka. Jatayu menembaki dari atas. Pistol tidurnya sudah diganti dengan suntikan vaksin. Jaya Wijaya & Wilga menjaga di bawah. Dan Mandala bersama kami membantu menembaki orang-orang itu.
Hampir semuanya terkena tembakan kami. Begitu terkena tembakan, Jaya Wijaya dan Wilga segera membawanya ke tempat yang aman. Beberapa tembakan kami ada yang meleset, sehingga ada yang berhasil masuk kedalam lab. Sebenarnya kami tidak terlalu khawatir mereka naik ke atas, karena lantai atas juga sudah ditutup dengan rongsokan besi yang beratnya berton-ton.
Namun, tiba-tiba, V mengatakan bahwa virus itu membuat korbannya memiliki kekuatan regenerasi dan otot super kuat. Sehingga dia tetap meminta kami untuk waspada. Dan dia benar. Tak lama kemudian, beberapa orang berhasil menghancurkan rongsokan besi itu.
Dengan kekuatan telekinesisnya, Rio berusaha menahan serbuan orang-orang itu. Rio lalu membagi tim menjadi 2. Aku, Azzael dan Azza akan mengurus orang yang masih berada dibawah. Nusa dan V akan mengurus yang sedang berusaha naik ke gedung ini. Kami segera menuju posisi masing-masing.
Kami bertiga segera terjun ke tanah. Saat mendarat, jumlah peluru kami sudah berkurang setengah. Kuharap ini cukup. Kami terus menembaki mereka dalam jarak yang cukup dekat. Lalu, suara gemuruh tiba-tiba datang dari berbagai penjuru. Kurasa akan ada serangan susulan.
Dugaanku benar. Tak lama kemudian, dari kejauhan, muncul ratusan orang yang juga ingin menyerang kami. Sambil melawan mereka, aku lalu menggandakan alat suntik vaksin itu sebanyak ribuan untuk berjaga-jaga. Pertempuran kembali berlanjut.
Waktu sudah menunjukkan pukul 10 pagi, tetapi tanda-tanda berakhirnya pertempuran ini masih belum terlihat. Peluru kami masih cukup banyak. Tapi, aku tidak tahu bagaimana keadaan Rio, Nusa, dan V yang masih berada diatas. Sesaat kemudian, Rio bicara melalui telepatinya untuk segera naik keatas lab.
Kami bertiga segera naik ke lantai teratas lewat tangga darurat. Ketika kami bertiga sampai disana, kami melihat Rio dan V berusaha keras menahan serangan orang-orang itu menggunakan kekuatannya. V ternyata memiliki kekuatan untuk mengendalikan benda-benda dari logam dan memanipulasi listrik. Mereka berdua nampak sangat kelelahan. Rupanya, mereka sudah kehabisan peluru. Aku segera memanggil pedangku dan melemparkan semua orang itu dengan kekuatan anginku.
Begitu selesai, mereka berdua langsung terjatuh. Nusa segera mencoba memulihkan mereka berdua dengan kekuatannya. Aku, Azzael, dan Azza tetap menembaki orang-orang itu. Kami berpencar. Aku tetap dilantai atas, Azzael ada dilantai bawah, dan Azza bersama Mandala turun untuk membantu Jaya Wijaya dan Wilga.
Tidak ada lagi orang yang berdatangan. Tampaknya, ini adalah serangan yang terakhir. Kami menjadi lebih bersemangat untuk mengalahkan mereka. Aku tetap waspada. Ketika jam menunjukkan pukul 12 siang, barulah semuanya berhasil dikalahkan.
Dan saat itu juga, matahari mulai bersinar terang. Awan kelabu di langit perlahan menghilang. Nusa mengabari kami bahwa Rio dan V sudah mulai siuman. Kami segera naik ke lantai atas. Saat itu, kami melihat sebuah kejadian unik disana. Tangan Rio ternyata menggenggam erat tangan V.
Nusa bercerita bahwa saat dia mengobati Rio dan V, tangan kiri Rio perlahan-lahan mulai bergerak dan menggenggam tangan kanan V. Tapi, ternyata Rio masih belum sadar saat itu. Saat mereka berdua bangun, Rio segera melepas genggaman tangannya dari V.
V pun berterima kasih pada kami karena telah menyelesaikan tugas ini dengan baik. Sebagai hadiahnya, dia memberi kami sebuah belati komando dari emas murni. Tiap orang mendapat 1 belati. Dan dia juga memberi Rio sebuah surat. V berkata hanya Rio yang boleh membuka dan membacanya.
Kami pun segera kembali ke Villa. Dan sejak saat itu kami tak pernah melihat V lagi. Sampai sebuah berita mengejutkan muncul di media. Dr. V berhasil ditangkap. Dan dia mengaku sebagai V dan Vina Handayani. Rio dan Nusa ternyata pernah berteman dengannya. Seandainya kami tahu dari awal, kami tidak akan pernah menuruti perintahnya.
Wow. Ada penulis crime fiction juga. Mampir ke ceritaku dong. Yang Puggy Humphry series. Mind Box sama Bloody Mary.
Comment on chapter Multi POV