Loading...
Logo TinLit
Read Story - Too Late
MENU
About Us  

Dengan Sophie yang melingkarkan tangan di lengannya sambil bergelayut manja, James menghadiri pesta bisnis. Pria itu meneguk beberapa koktail bersama kolega-koleganya yang lain. Sesekali, ia memutar-mutar gelas koktailnya sambil memperhatikan anggur merah yang terus mengikuti arah putar gelas.

                Aku sudah berusia dua puluh lima tahun. Betapa bodohnya aku yang selalu mengikuti kehendak ayahku. Kenapa tidak Ayah saja yang menikahi gadis-gadis yang dijodohkannya untukku? Rasanya seperti seorang anak kecil yang lebih buruk daripada air di daun talas, pikir James sebal. Dengan kesal, ia meletakkan gelas koktailnya di atas salah satu meja hidangan.

                "Sophie, aku ingin ke kamar mandi terlebih dahulu sebelum acara pesta dansa nanti. Kau tunggu saja di sini," ucap James to the point.

                "Nanti ada acara dansa? Mengapa kau tidak memberitahuku? Aku hanya memakai pakaian sesederhana ini. Seharusnya aku dapat mengenakan pakaian yang lebih baik daripada ini," ujar Sophie sambil membelalakkan matanya panik.

                James memiringkan bibirnya sambil tersenyum heran. "Huh… apa lagi yang perlu dipermasalahkan dari gaun ini? Bagiku sudah terlalu mewah."

                "Oh…. Qin Ai De, ini bukan masalah mewah atau tidak. Baju ini terlalu tertutup di bagian atasnya. Tidak nyaman jika dipakai untuk berdansa," sahut Sophie gelisah.

                "Aku tidak berurusan dengan itu. Aku telah mengirimkan undangannya ke kantormu, dan juga melalui WeChat. Kau sendiri yang tidak membacanya," ucap James dingin. Lelaki itu memasukkan kedua tangan di saku celananya, kemudian berlalu meninggalkan Sophie.

                "Eh…. Baiklah. Maafkan aku. Jadi bagaimana sekarang?" sahut Sophie dari belakang James.

                "Pikirkan sendiri. Jika kau terlalu bingung mengurusi hal-hal renik, aku dapat mencari gadis lain untuk diajak berdansa." James menjawab asal.

                Dasar wanita gila, pikir James kesal sambil terus mempercepat langkahnya.

***

Untuk kedua kalinya, Emily menapakkan kakinya di lobby kantor Tencent. Kali ini, dengan perasaan yang lebih yakin, karena seingatnya ia tidak melupakan kewajiban lain yang harus disiapkannya. Emily melihat arlojinya sebentar, masih ada waktu lima belas menit sebelum waktu yang dijanjikan kemarin.

                "Permisi, Nona Chen. Saya Emily Zhang. Apakah saya sudah dapat menemui Tuan Wu Fang?" tanya Emily dengan wajah sumringah.

                "Oh… tentu saja, Nona. Bos Leo bahkan telah menunggu kedatangan Anda sejak kemarin." Nona Chen menyunggingkan senyum tipis, kemudian mengangkat gagang telepon dan menekan beberapa tombol angka.

                Mendengar itu, Emily yang berdiri di balik meja resepsionis menunjukkan wajah bersemangat. Sepertinya peluangku untuk diterima di perusahaan ini cukup besar. Baguslah. Aku tidak perlu berlama-lama bergantung pada orang lain, pikir Emily sambil meremas ujung roknya.

                Tak berapa lama setelah Nona Chen selesai menelepon, seorang pria yang mengenakan jas eksekutif berwarna cokelat cerah mendekati meja resepsionis. Rambut pria itu diberi gel yang menambah kesan maskulin, serta jam tangan yang dipakainya menambah kesan elegan. Menurut penilaian pertama Emily, pria di hadapannya itu pastilah seorang yang tegas dan berpendirian teguh. Seperti… orang yang menghancurkan segalanya di masa lalu Emily. Ah… Emily berusaha menepis pikiran buruk itu secepatnya.

                "Nona Chen, mana yang bernama Nona Emily Zhang?" tanya pria itu langsung yang sontak membuat Emily kaget. Oh… ini bukan karena pria itu langsung menanyakan keberadaan dirinya. Melainkan karena gaya bicara pria itu yang sama sekali berbeda dari ekspetasi awalnya.

                Suara pria itu menunjukkan bahwa ia adalah orang yang baik dan perhatian. Jika pria itu benar-benar menjadi bosnya, rasanya tidak mungkin bahwa pria ini tidak pernah memarahi bawahannya. Emily tak dapat membayangkan situasinya melihat pria itu mengamuk.

                "Di depan Anda ini Nona Emily Zhang. Nona Emily, ini direktur kami di Departemen Kreatif, Tuan Leo Wu Fang," jawab Nona Chen cepat.

                "Selamat datang di Kantor Tencent Guangzhou, Nona," ucap pria bernama Leo itu sambil menunduk sopan.

                Emily merespons dengan anggukan singkat, kemudian mengikuti Leo yang menuju lift terdekat di lobby tersebut. Pria itu menekan tombol yang membawa keduanya menuju lantai delapan, tempat kantor Departemen Kreatif berada.

                Begitu pintu lift terbuka, kantor bagi karyawan yang bekerja di Departemen Kreatif pun menyambut pandangan Emily. Koridor dan ruangan-ruangan berdesain minimalis yang didominasi warna putih itu tidak seperti lobby yang telah beberapa kali Emily lihat. Sekarang, mau tak mau Emily harus percaya bahwa orang yang kreatif memang berbeda. Meskipun seluruh ruangan di kantor Tencent didesain minimalis, namun orang-orang di Departemen Kreatif menghadirkan suasana yang berbeda dengan kreativitas masing-masing. Beberapa contoh desain baju glamour dipajang di pinggir kusen pintu kaca Fashion Designer. Pamflet-pamflet dan poster film dari beberapa Desainer Grafis terpajang dengan tata letak yang unik di tepian koridor. Dan yang paling Emily kagumi adalah ketika melihat ruangan Scenario Writer yang dicat dengan warna-warna pastel yang menyegarkan. Itu semua sungguh… terasa seperti surga dunia bagi Emily. Keinginannya sejak SMU adalah untuk bekerja di kantor yang nyaman dan produktif seperti ini.

Uh… lupakan soal keunikan lantai delapan. Emily masih harus mengikuti Leo yang berjalan dengan cepat menuju sebuah ruangan yang sama sekali tertutup. Jika mayoritas ruangan di Tencent dibatasi dengan dinding kaca, ruangan yang dituju Leo ini tertutup dengan tembok putih susu. Ruangan itu berada di ujung lantai delapan, dan Emily yakin sekali bahwa ini adalah ruangan terpenting seantero lantai delapan.

Leo mendorong pintu kaca dan memasuki ruangan kantornya. Sebuah meja partikel berwarna kelabu dan pot kaktus kecil memberikan kesan estetik bagi ruangan tersebut.

"Anda menyukai kaktus?" tanya Emily, sekadar untuk mengisi keheningan.

"Hmm… sebenarnya itu bukan alasan utama aku menaruh kaktus di meja kerjaku. Dalam hidupku, ada banyak alasan untuk menyukai kaktus. Tanaman ini dapat mengurangi radiasi dari laptop yang selalu kutatap setiap harinya. Bentuknya pun unik, tidak seperti tumbuhan lainnya yang memiliki batang ramping dan dikelilingi oleh lembaran daun di puncaknya. Selain itu…." Leo memegang kaktus kecilnya, memandangnya seolah itu adalah hewan peliharaan yang telah diurusnya sejak belasan tahun lampau.

"Ada alasan lain lagi? Sepertinya kau benar-benar menyukai tumbuhan gempal berwarna hijau ini," ucap Emily sambil tersenyum jahil.

"Kaktus ini selalu mengingatkanku akan seseorang yang pernah hadir di masa laluku. Dia yang selalu berdiri tegak dan tak tergoyahkan meskipun angin kencang menerpa. Orang itu sangat keras kepala, namun ia juga teguh pada pendiriannya," ujar Leo sembari meletakkan kembali kaktusnya. Pria itu mengitari meja, kemudian duduk di kursinya.

"Duduklah." Leo menunjuk kursi di seberang meja kerjanya. Emily pun duduk, dan Leo segera melanjutkan pembicaraannya. "Kau tentunya sudah membawa portofolio, ya?"

"Oh… tentu, Tuan," jawab Emily cepat sambil mengeluarkan buku sketsanya dari amplop cokelat.

Leo pun menerima buku sketsa bersampul hijau muda itu, kemudian mulai melihat-lihat isinya.

"Cukup menarik. Gambar-gambar ini melukiskan kepribadianmu," tanggap Leo datar sambil terus membalik halaman per halaman. "Kapan kau menggambar semua ini?"

Seketika, pertanyaan terakhir itu membuat Emily gelagapan. Bagaimana jika ternyata ia sedang dalam wawancara kerja? Bukan, tentu saja itu bukan plagiat. Hanya saja…

"Eh… itu… aku membuatnya saat masih berada di Singapore. Sewaktu latihan praktek," jawab Emily gelagapan sambil tersenyum miris.

Leo mengangguk sambil menaikkan bibir tengahnya ke atas membentuk bukit landai. Pria itu meletakkan buku sketsa Emily di mejanya. "Sayang sekali, kau tidak memenuhi prinsip terpentingku dalam mengerjakan profesi ini."

Blarrr… seolah-olah disambar petir, Emily terpaku dan menatap kosong setelah mendengar pernyataan itu. "Euh…. Baiklah. Kalau saya boleh tahu, kekurangan apa yang membuat saya tidak dapat bekerja di Tencent?" tanya Emily dengan hati-hati.

"Bagaimana menjelaskannya, ya? Sepertinya kau orang yang gegabah dalam mengambil keputusan, dan aku sedikit tidak menyukai ini."

How do you feel about this chapter?

1 0 0 1 0 1
Submit A Comment
Comments (12)
  • Chaelma

    😃 hmm... Latarnya tentang fashion menarik juga

    Comment on chapter Prolog
  • Gladistia

    Halo kak Jessie. Ceritanya menarik, aku tunggu next-nya ya kak. ^^♡

    Comment on chapter BAB 5 Attentive Leo
  • Ardhio_Prantoko

    Dayum. Aku kurang ngefans sama cerita romance. But, mungkin ini cerita romamce pertama yg bisa aku nikmati. Ceckpoint dulu.
    Goodjob jessie.

    Comment on chapter BAB 3 Hurry
  • siboratukangtulis

    Part ini ngakak sih. Wkwkwk🤣

    Comment on chapter BAB 4 Life for Dream
  • siboratukangtulis

    Prolognya aja sudah bikin penasaran, next part gimana y?

    Comment on chapter Prolog
  • Lovender

    Semangat lanjut chapternya ya 😊

    Comment on chapter Prolog
  • AjengFani28

    Langit.. lagi..lagi..Thor . Enak ceritanya..

    Comment on chapter BAB 1 Comeback
  • AjengFani28

    Mantap kak.. lanjutin...

    Comment on chapter Prolog
  • Hadasaaa

    Suka banget sama cerita Jessie yang satu ini. Udah beda banget dari cerita Hunch yang kemarin. Aku jadi penasaran banget sama kaktusnya Leo, tuh😂. Ditunggu kelanjutannya, ya thor.

    Comment on chapter BAB 1 Comeback
  • archimut

    Kesan baca prolog nya.... Ngga pasaran. Bahkan setelah lanjut bikin kayak candu. Keren nih 😎

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags
Love in the Past
523      388     4     
Short Story
Ketika perasaan itu muncul kembali, ketika aku bertemu dengannya lagi, ketika aku harus kembali menyesali kisah itu kesekian kali.
Summer Whispering Steam
3365      1176     1     
Romance
Nagisano Shizuka, Okinawa, angin laut yang lembut dan langit biru yang luas, kedai kopi yang menjadi persinggahan bagi siapa saja yang ingin beristirahat sejenak dari kesibukan dunia. Dengan nuansa tradisional Jepang yang berpadu dengan suasana santai khas pantai, kedai ini dikenal oleh para pengunjung setianya sebagai “Mimpi Panjang di Musim Panas Semesta.” Yuki, sang manajer, menjalankan...
DariLyanka
2860      989     26     
Romance
"Aku memulai kisah ini denganmu,karena ingin kamu memberi warna pada duniaku,selain Hitam dan Putih yang ku tau,tapi kamu malah memberi ku Abu-abu" -Lyanka "Semua itu berawal dari ketidak jelasan, hidup mu terlalu berharga untuk ku sakiti,maka dari itu aku tak bisa memutuskan untuk memberimu warna Pink atau Biru seperti kesukaanmu" - Daril
Blue Rose
276      231     1     
Romance
Selly Anandita mengambil resiko terlalu besar dengan mencintai Rey Atmaja. Faktanya jalinan kasih tidak bisa bertahan di atas pondasi kebohongan. "Mungkin selamanya kamu akan menganggapku buruk. Menjadi orang yang tak pantas kamu kenang. Tapi rasaku tak pernah berbohong." -Selly Anandita "Kamu seperti mawar biru, terlalu banyak menyimpan misteri. Nyatanya mendapatkan membuat ...
STORY ABOUT THREE BOYS AND A MAN
14002      2844     34     
Romance
Kehidupan Perkasa Bagus Hartawan, atau biasa disapa Bagus, kadang tidak sesuai dengan namanya. Cintanya dikhianati oleh gadis yang dikejar sampai ke Osaka, Jepang. Belum lagi, dia punya orang tua yang super konyol. Papinya. Dia adalah manusia paling happy sedunia, sekaligus paling tidak masuk akal. Bagus adalah anak pertama, tentu saja dia menjadi panutan bagi kedua adiknya- Anggun dan Faiz. Pan...
KASTARA
405      334     0     
Fantasy
Dunia ini tidak hanya diisi oleh makhluk hidup normal seperti yang kita ketahui pada umumnya Ada banyak kehidupan lain yang di luar logika manusia Salah satunya adalah para Orbs, sebutan bagi mereka yang memiliki energi lebih dan luar biasa Tara hanya ingin bisa hidup bebas menggunkan Elemental Energy yang dia miliki dan mengasahnya menjadi lebih kuat dengan masuk ke dunia Neverbefore dan...
My Brother Falling in Love
35833      3430     8     
Fan Fiction
Pernah terlintas berjuang untuk pura-pura tidak mengenal orang yang kita suka? Drama. Sis Kae berani ambil peran demi menyenangkan orang yang disukainya. Menjadi pihak yang selalu mengalah dalam diam dan tak berani mengungkapkan. Gadis yang selalu ceria mendadak merubah banyak warna dihidupnya setelah pindah ke Seoul dan bertemu kembali dengan Xiumin, penuh dengan kasus teror disekolah dan te...
HOME
300      223     0     
Romance
Orang bilang Anak Band itu Begajulan Pengangguran? Playboy? Apalagi? Udah khatam gue dengan stereotype "Anak Band" yang timbul di media dan opini orang-orang. Sampai suatu hari.. Gue melamar satu perempuan. Perempuan yang menjadi tempat gue pulang. A story about married couple and homies.
Coklat untuk Amel
214      179     1     
Short Story
Amel sedang uring-uringan karena sang kekasih tidak ada kabar. HIngga sebuah surat datang dan membuat mereka bertemu
SEBUAH KEBAHAGIAAN
546      426     3     
Short Story
Segala hal berkahir dengan bahagia, kalau tidak bahagia maka itu bukanlah akhir dari segalanya. Tetaplah bersabar dan berjuang. Dan inilah hari esok yang ditunggu itu. Sebuah kebahagiaan.