Hari ini adalah hari kedua Dery di rawat di rumah sakit, dan sampai detik ini juga dirinya masih belum sadarkan diri. Keysa tak bosan-bosan untuk menjaga dan merawat Dery dengan sepenuh hati dan cinta. Setiap pagi hingga sore ia selalu menjaga Dery. Pagi ini Keysa datang dan membawa mp3 di dalam tasnya. Sesampainya di ruangan Dery, keadaan masih sepi. Orang tua Dery masih belum datang menjenguk Dery. Keysa mendekati Dery. Perlahan diputarnya lagu Bimbang, by:Melly Goeslow kesukaan diantara keduanya sejak mereka kuliah. Keysa seakan terbawa oleh alunan musik nan syahdu dan embun yang masih melingkup rerumputan di halaman luar.
"Kamu masih ingat kan lagu ini?"
"Kata orang rindu itu indah, namun bagiku ini menyiksa..."
Key terbawa irama musik dengan ikut bernyanyi pelan disamping Dery.
"Aku sepenuhnya menyayangi kamu Der, kamu harus percaya hal itu," gumamnya dan mencium tangan Dery.
Cinta terkadang menimbulkan sebuah kesan yang misteri, sekejab bilang "iya", lalu sekejab berubah menjadi "tidak". Cinta sulit terungkap, tapi cinta tau maksud yang diminta. Keysa merasakan hal yang sama terhadap cinta. Cinta pertamanya berawal dari sebuah kebencian, lalu perlahan cinta berubah kembali menjadi sebuah kebahagiaan yang pada akhirnya berakhir dengan penderitaan dan kebencian, tidak pernah ada yang pasti.
Sore kian menyapa hari, orang tua Dery menyuruh Key untuk pulang dan beristirahat.
"Aku pulang dulu ya Der." ucapnya sambil mengelus kepalanya.
Keysa melangkah meninggalkan ruangan, sesaat ia teringat dengan rumah singgah. Sudah lama ia tidak berkunjung disana. Sejak kepergiannya ke Jakarta, rumah singgah kini dikelola oleh Rosa, Dimas, dan beberapa teman kuliah yang lain. Keysa pun mempunyai niatan untuk mampir ke rumah singgah sebelum jam belajar mereka usai. Setibanya disana, kegiatan belajar masih tengah berlangsung. Keysa senang sekali bisa bertemu dengan anak-anak asuhnya lagi. Hal yang sama juga dirasakan oleh anak-anak rumah singgah. Mereka sangat senang sekali dengan kedatangan Keysa. Rosa dan Dimas pun mendekat.
"Bagaimana kabar Dery?" tanya Rosa.
"Dia masih belum sadar."
"Lo yang sabar ya Key, gue yakin dia pasti bisa melawan sakitnya."
Keysa tersenyum dan mereka bertiga pun saling berpelukan seperti biasanya.
"Udah menjelang petang," gumamnya.
Ia pun beranjak bangkit dan berpamitan pulang kepada Rosa dan Dimas.
*****
Rosa dan Dimas menatap sendu Dery yang terbaring lemmah di ranjang rumah sakit.
"Ya beginilah keadaan Dery selama beberapa hari ini, masih belum sadarkan diri," ucap Keysa memandang lembut ke arah Dery.
"Lo yang sabar ya Key, Dery pasti cepet bangun kok, lo nggak boleh nyerah gitu aja ya." Rosa sambil merangkul Key.
Tidak lama kemudian orang tua Dery datang, Dimas segera mematikan musiknya dan mereka pun menyambut kedatangan orang tua Dery dengan nada canggung.
"Segitu sayangnya mama Dery ke Dery, karena memikirkan Dery matanya sampai sembab begitu," bisik Dimas ke Rosa yang diangguki oleh gadis tersebut.
Rosa, Dimas, dan Keysa pun meninggalkan ruangan dan beralih ke taman belakang. Disana mereka berbincang-bincang perihal Dery, namun secara tidak sengaja Dimas menyinggung soal Arga. Hal tersebut sejenak membuat Key merasa tidak nyaman dan sedikit uring-uringan kepada Dimas. Lalu Keysa pun meninggalkan Dimas dan Rosa tanpa ucapan yang tertinggal.
"Lo sih Dim, jadi ngambek kan," ucap Rosa menyalahkan Dimas.
"Gue kan keceplosan Ros, gue juga nggak bermaksud ngomong gitu kok."
"Tau ah..."
Rosa pun meninggalkan Dimas dan menyusul Keysa. Keysa berhenti di sudut ruangan dekat toilet. Rosa yang melihatnya dari kejauhan pun menghampiri Key.
"Jangan diambil hati soal omongan Dimas ya Key, lo tau sendiri kan Dimas itu kayak apa."
"Gue tau Dimas nggak bermaksud ngomong kayak gitu, gue cuma nggak ingin mendengar nama itu lagi di telinga gue. Apa lo tau penyebab Dery seperti saat ini? Itu karena gue masih ngungkit-ngungkit soal Arga, masa lalu gue."
"Gue ngerti kok Key." Rosa memeluk Keysa.
Keysa menyeka air matanya dan kembali ke ruangan Dery.
****
Satu minggu Dery berada di rumah sakit dan ia masih belum jua sadarkan diri. Siang itu Keysa datang dengan membawa bunga lalu menaruhnya disisi Dery. Ruangan masih sepi, hanya seorang suster yang bertugas menjaga. Keysa duduk di dekat Dery terbaring. Sesaat kemudian tangan Dery bergerak kecil, dan Keysa menyadari hal itu. Segera Keysa memanggil Dokter agar segera memeriksa Dery. Keysa menunggu di luar ruangan seorang diri. Tidak lama kemudian Dokter dan seorang suster keluar dari ruangan.
"Syukurlah, Dery sudah sadar, kini ia masih dalam proses pemulihan."
Keysa tersenyum senang mendengar hal itu. Ia pun bergegas memasuki ruangan Dery kembali. Dilihatnya Dery yang sudah membuka matanya dan perlahan tersenyum lemas ke arah Keysa.
"Sayang kamu udah bangun," ucap Key dengan lembut.
Dery tersenyum sambil meraih tangan Key.
"Jangan pernah tinggalin aku ya Key."
"Nggak akan pernah Der." jawab Key.
Hati senang kian menyertai Dery setelah ia mendapati sebuah bunga yang rapi tergeletak disampingnya. Sesaat ia melirik ke arah Keysa, dan Keysa membalasnya dengan senyuman. Perlahan Keysa mencium kening Dery seraya berucap bahwa ia tidak akan pernah meninggalkannya walau sedetik. Sesaat kemudian Orang tua Dery datang dan langsung ia memeluk Dery.
"Key, om minta tolong belikan bubur untuk Dery ya." pinta papa Dery.
Keysa menerima permintaan papa Dery. Perlahan air mata mengucur deras dari mata mama, Papa, dan Dery. Entah apa yang dibicarakan, seolah ruangan yang semula penuh bunga berubah bak telah terjadi badai besar.
Dengan membawa satu bungkus bubur Keysa pun memasuki ruangan Dery. Dilihatnya mata merah pada Dery, mama, dan papa Dery.
"Kalian kenapa, kok seperti habis menangis?" tanya Keysa heran.
"Nggak papa Key, kita senang karena Dery sudah kembali disisi kita lagi
Mama dan papa Dery menjauh dari Dery yang kemudian digantikan oleh Keysa. Perlahan Keysa menyuapi Dery makan bubur. Hanya sedikit suapan yang bisa masuk ke mulut Dery, selebihnya Dery menolak untuk memakannya.
*****
Hari ini adalah hari terakhir Dery berada di rumah sakit. Keysa, Rosa, dan Dimas sudah berada di rumah sakit sejak satu jam yang lalu untuk mengantar Dery pulang. Orang tua Dery sengaja tidak menjemput Dery di rumah sakit karena Keysa dan lainnya bersedia untuk membawa Dery pulang. Saatnya untuk meninggalkan rumah sakit pun tiba, setelah sekejab berbincang dengan dokter, Dery pun dipersilahkan untuk meninggalkan rumah sakit. Dery yang di bopong oleh Keysa dan Dimas pun menuju mobil.
Mobil pun dilajukan oleh Dimas dengan penuh berhati-hati. Sesaat ia memencet tombol on pada radio di dalam mobilnya. Pas banget, musik yang diputar saat itu adalah musik dance kesukaan mereka. Perlahan Dimas mulai menggoyangkan kepalanya mengikuti irama.
"Udah Dim, nyetir aja yang fokus," nasehat Dery.
"Sayang banget Der untuk dilewatin, ini kan lagu kesukaan kita berempat, ayo semuanya berjoget!" seru Dimas.
Keysa yang duduk dibelakang hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Dimas. Sesaat kemudian Dimas tiba-tiba mengerem dadak mobilnya.
"Aduh..." keluh Rosa.
"Sorry guys, ada kucing di depan."
"Makanya Dim, fokus bawa mobilnya." Gerutu Keysa.
"Iya nyonya Dery,"
Dery melirik ke arah Keysa yang nampak malu dengan ucapan Dimas, lalu Dery menyunggingkan senyumnya saat pandangan mereka saling bertabrakan. Sesaat nampak mata Dery yang sendu, namun sekejab terbalut oleh senyumnya yang begitu manis.
Rumah dan orang disekeliling Dery menyambutnya dengan senyum sumringah. Kursi teras yang seringkali didudukinya pun seakan menyambutnya penuh dengan cinta. Keysa, Dimas, dan Rosa membawa Dery ke kamarnya. Sesaat Dery menepuk-nepuk ranjangnya.
"Udah kangen aku sama keempukan mu." gumamnya.
Keysa menidurkan Dery di ranjang. Dengan penuh kasih ia memijat kaki Dery.
"Kamu pasti capek liat keadaan aku saat ini." ucap Dery.
"Kata siapa aku capek? Pokoknya kamu jangan mikir yang aneh-aneh ya, fokus sama kesehatan kamu, juga jaga hati baru kamu ya, jangan pernah ngehapus namaku di hati baru kamu."
"Kamu tenang aja Key, nama kamu sudah terukir dalam dan hati ini tidak akan bisa melunturkannya begitu saja."
Untuk kesekian kalinya Keysa menyunggingkan senyum manisnya untuk Dery, dan begitupun sebaliknya.
Wowwwww, amazing ending
Comment on chapter EPILOG