Waktu berlalu dengan begitu cepatnya. Satu tahun sudah Arga menjalin pertemanan dengan Keysa, keduanya masih saling menikmati status mereka sebagai seorang sahabat. Tinggal beberapa bulan lagi Arga akan lulus dari SMA. Di dalam rumahnya yang sunyi, Keysa merenung seorang diri di dalam kamar. Memikirkan sesuatu hal yang tidak bisa dimengertinya hingga kini. Tanpa tersadar Arag menjadi laki-laki paling penting dalam hidup Keysa, walaupun selama ini ia berusaha menjaga persahabatan diantara mereka, namun tak bisa dipungkiri jika diam-diam benih cinta mulai tumbuh pada hati Keysa. Di sisi yang lain Dery juga telah memantapkan hatinya kepada Keysa, namun selama ini ia hanya berharap dalam diam.
Pagi ini Keysa dan Arga berjanjian akan ketemuan di rumah singgah lebih awal dari biasanya. Sesaat kemudian Arga datang dan telah melihat Keysa terduduk di bawah pohon mangga dekat rumah singgah. Arga menghampiri Keysa.
"Arga lo udah dateng ."
Arga tersenyum dan ikut duduk di samping Key.
"Ada yang mau gue omongin Ga."
"Ngomong aja Key!"
"Ga, gue minta maaf ya, baru sekarang gue menyadari perasaan gue yang sebenarnya."
Arga kebingungan mendengar ucapan dari Keysa.
"Lo ingat kan, setahun lalu lo pernah nyatain cinta ke gue, lalu gue menolaknya lantaran belum ada tempat di hati gue untuk lo. Namun sekarang gue tersadar, selama ini gue itu sangat mencintai lo, gue nggak mau kehilangan lo walau hanya sebentar."
Arga tercengang seolah tak mempercayai ucapan Keysa, perasaan bahagia meliputi hatinya. Lalu sekejab Keysa merengkuh Arga dan tersenyum kepadanya.
"Ini bukan mimpi kan Key ?" tanya Arga tak percaya.
"Bukan Ga, ini beneran."
Arga mempererat pelukan dari Keysa. Ia meneteskan air mata kebahagiaan di pundak Keysa.
"Kamu nangis? Kenapa?" tanya Key yang merasakan pundaknya basah.
"Aku bahagia Key, bahagia sekali."
Untuk pertama kalinya Arga mendengar ucapan dan kata-kata lembut dari Keysa. Saat itu juga datang Dery yang tanpa sengaja mendengar ucapan dari Arga dan Keysa. Betapa terpukulnya hati Dery saat itu. Hari ini ia berniat untuk membicarakan perasaannya kepada Keysa, namun semuanya sudah terlambat. Dery meninggalkan tempat itu begitu saja dengan meninggalkan bingkisan merah yang akan diberikannya kepada Keysa.
****
Malam datang membawa perih dan kebahagiaan secara bersamaan. Arga yang baru saja pulang dari rumah singgah tanpa sengaja berpapasan dengan Dery di ruang tamu. Arga menyapa Dery seperti biasanya.
"Kamu udah jadian ya sama Key?" spontan Dery berucap demikian.
Arga terdiam salah tingkah di depan kakaknya. Sementara Dery berusaha menahan air mata yang mendesak keluar saat berhadapan dengan Arga.
"Kakak tau dari mana?" Arga berbalik tanya.
"Nggak penting kakak tau darimana. Kakak cuma mau ingetin sama kamu, jangan pernah kecewakan Keysa ya Ga, dia perempuan yang baik. Kakak percaya kamu bisa menjaga dan membahagiakan Key."
Arga membalas ucapan Dery dengan senyuman dan berlalu dari hadapan Dery. Dan saat Arga enyah dari hadapan Dery, deras air mata tumpah membasahi wajah Dery.
"Gue ikhlas kok Ga ngerelain Key demi lo, asal lo dan Key bahagia. Gue janji akan ngehapus perasaan ini, tapi gue butuh waktu untuk ngejalanin itu semua."lirihnya dalam hati.
Sementara Keysa yang berada di rumah selalu saja di datangi oleh pak Rusdi yang merupakan seorang rentenir yang hendak menagih hutang ayah Keysa sejak beliau masih hidup. Kini ibu dan Keysa yang harus melunasi hutang-hutang itu. Adapun syarat agar hutang tersebut bisa lunas jika Keysa mau menjadi istri ketiga pak Rusdi. Tawaran itu ditolak mentah-mentah oleh Keysa dan ibunya.
Malam itu untuk yang kesekian kalinya pak Rusdi datang kerumah Keysa untuk menagih hutang. Dengan terpaksa Keysa harus berjanji akan melunasi hutang tersebut dalam jangka waktu dua bulan. Pak Rusdi menerima janji dari Keysa, dan ia meninggalkan rumah Keysa yang di ikuti oleh anak buahnya. Keysa tersenyum kepada ibu dan berlalu dari hadapannya.
Di dalam kamar Keysa bingung harus melakukan apa setelah ini. Pekerjaan pun ia tidak punya saat ini. Ibu yang melintasi kamar Keysa melihat anaknya itu yang nampak kebingungan. Ia pun menghampiri Keysa.
"Kamu pasti memikirkan tentang hal tadi ya nak?"
Keysa memeluk ibunya dan menangis didalam rengkuhan sang ibu.
"Maafkan ibu dan almarhum ayah kamu ya Key, ibu juga nggak mau kamu susah seperti ini."
"Sstttt...ibu nggak boleh bilang seperti itu. Ini sudah kewajiban Key sebagai anak ibu."
Malam menghanyutkannya dalam tangisan dan kebahagiaan. Sekejab Key merasakan bahagia dengan cinta, namun sesaat bahagia itu tertutupi oleh tangis dan derita.
****
Hari sudah menjelang siang, sejak tadi Arga menunggu Keysa di post satpam tempat Keysa kuliah. Sesaat kemudian Keysa muncul dan menghampiri Arga.
"Ga, maaf ya, kamu pasti nunggunya lama banget."
"Udah nggak papa, sampai nanti sore pun aku mau asal aku bertemu kamu."
Keysa memukul pelan bahu Arga dan ia melangkah pergi bersama Arga. Arga terus menggenggam tangan Key hingga sampai di perempatan jalan mereka berhenti.
"Ga, kita pisah disini aja ya."
"Kenapa disini? Rumah kamu kan masih jauh?"
"Aku ada urusan penting, kamu hati-hati pulangnya ya."
Arga pun melambaikan tangannya seketika angkot menuju rumahnya terlihat. Ia pun naik ke angkot yang masih disaksikan oleh Keysa.
"Key sebenarnya mau kemana sih?" tanya Arga dalam hati.
Keysa melangkah ke arah utara dan terus melangkah hingga ia berhenti pada sebuah minimarket dan masuk ke dalam. Para petugas minimarket yang melihat kedatangan Keysa sekejab menyapanya dan mengukir senyum pada masing-masing wajah mereka.
"Key, ini seragam kamu, selamat bekerja ya." ujar salah seorang petugas minimarket.
Rupanya Key telah diterima bekerja sebagai kasir di sebuah minimarket yang jaraknya agak dekat dengan kampus tempatnya belajar. Key begitu antusias dan bersemangat dalam bekerja. Tidak sedikitpun tertampak wajah mengeluh dan lesu. Ia nampak begitu bergairah dalam bekerja.
Sesampainya di rumah Arga di hadang oleh Dery yang juga baru pulang dari kuliahnya.
"Kamu kok udah pulang, memangnya nggak ngantar Key ke rumahnya?"
"Tadi Key ada keperluan penting, jadi aku pulang dulu."
Dery menatap kepergian Arga. Raut kebahagiaan masih nampak menyelimuti Arga dan Keysaa. Dan Dery, melepaskan Keysa bukan tanpa alasan. Melainkan ia tahu bahwa cinta bukan untuk dipaksa. Cinta Keysa sudah memilih Arga sebagai tempatnya bersinggah, bukan Dery.
Wowwwww, amazing ending
Comment on chapter EPILOG