Rasa itu datang begitu saja, tanpa ada isyarat sebelumnya. Semakin hari Arga merasakan kenyamanan berada disisi Key. Diam-diam timbul benih cinta pada hatinya, dan ia sendiri tidak tahu harus melakukan apa. Malam itu ia nampak begitu gelisah, mondar-mandir nggak jelas di depan teras. Ia pun meraih ponsel yang ia geletakkan di meja. Lalu ia menelfon Rega dan mengajaknya ketemuan. Rega menyanggupi keinginan Arga. Mereka berdua pun masing-masing beranjak dari kediamannya menuju rumah makan padang.
Sesampainya disana, Arga terdiam dan bingung harus memulai pembicaraan darimana. Rega menyadari kegelisahan yang tertampak pada wajah Arga. Rega semakin mendekat dan merangkul Arga seraya perlahan menyuruhnya untuk bicara.
"Aku jatuh cinta Reg."
Spontan Rega tertawa geli mendengar ucapan Arga yang tiba-tiba. Merasa kesal ditertawakan ia pukul pelan bahu Rega hingga laki-laki itu mengaduh kesakitan. Arga berusaha meyakinkan Rega bahwa dirinya benar-benar telah jatuh cinta pada seseorang.
"Sama siapa Ga?" Tanyanya setalah berhasil menghentikan tawanya.
"Keysa, temen kakak ku."
Rega tercengang mendengar pengakuan dari Arga. Ia tidak mempercayai hal yang diucapkan oleh Arga.
"Aku serius Reg, walaupun aku tau sejak kami pertama bertemu kami selalu bertengkar, begitupun dengan hari-hari kita selanjutnya. Namun beberapa peristiwa membawaku dekat dengan Keysa dan menyadarkanku betapa baiknya dirinya. Kamu ingat saat aku tanya apakah benci bisa berubah menjadi cinta, ya aku merasakannya sekarang."
"Gue yakin emang itu cinta, terus langkah lo selanjutnya apa? Mungkinkah dia memilki perasaan yang sama?"
Arga menggelengkan kepalanya, rasa optimisnya sekejab surut saat Rega menyinggung selisih usia diantara Keysa dan Arga. Rasanya tidak mungkin jika Keysa menganggap Arga lebih dari seorang adik atau pun teman. Namun Rega berusaha memberi semangat kepada Arga. Karena cinta bukanlah tentang usia, waktu, ataupun tempat. Cinta datang begitu saja dalam hati, dan cinta sejati singgahnya dalam hati yang tulus. Tidak yang kebetulan dalam setiap pertemuan yang dilalui oleh Arga dan Keysa. Semua telah digariskan oleh Tuhan di atas sana. Malam semakin dingin dan gelap, Arga dan Rega pun meninggalkan rumah makan padang dan kembali pulang ke rumah masing-masing.
****
Sore itu Arga berkunjung di rumah singgah untuk bertemu dengan anak-anak sekaligus bertemu dengan Keysa. Arga dan anak-anak kini sibuk membentuk origami mimpi yang akan di gelantungkan pada atap rumah singgah. Seketika anak-anak menjauh dan bermain di bawah pohon, Arga mendekati Keysa yang duduk seorang diri menatap layar laptopnya. Arga pun menghela napas panjang sebelum berucap. Sementara Keysa masih terus memusatkan pandangannya pada layar laptop yang ada di hadapannya.
"Keysa, aku suka sama kamu. Aku nggak tau sejak kapan aku merasakan hal itu, tapi aku yakin itu cinta." ucapnya yang spontan membuat Keysa tercengang.
Keysa menatap ke arah Arga dan menganggap ucapan Arga adalah bercanda, namun Arga meyakinkan Keysa bahwa ucapannya benar dari hati.
"Lo apaan sih Ga, kita itu temen, kenapa lo baper kayak gitu sih."
"Aku nggak tau Key, aku juga nggak mau kayak gini. Perasaaan itu tiba-tiba hadir tanpa bisa aku cegah. Aku tau, aku nggak pantas untuk kamu. Aku aneh, kekanakan dan cupu."
"Kenapa bilang seperti itu sih, bukan itu maksud gue."
"Lalu apa ?"
Keysa semakin merasa kesal terhadap Arga, ia pun bangkit dan hendak meninggalkan Arga.
"Terserah ya Ga, lo itu egois."
"Egoisan mana aku sama kamu?" Arga tak mau kalah.
Tanpa mendengar ucapan dari Arga Keysa bergegas pergi meninggalkan meninggalkan cowok itu. Arga memukulkan tangannya pada lantai dengan frustasi. Sesaat kemudian Kelly datang mendekati Arga.
"Kak Keysa kemana?"
"Kak Key pulang."
Kelly bertanya-tanya alasan Keysa pulang tanpa berpamitan terlebih dahulu kepadanya dan anak-anak yang lain. Namun Arga mengalihkan pembicaraannya dan menyuruh Kelly dan lainnya untuk pulang karena hari sudah sore. Satu per satu dari mereka pun mulai meninggalkan rumah singgah.
Sementara di perjalanan pulang Keysa menggerutu seorang diri. Ia masih tidak menyangka Arga akan mempunyai perasaan demikian kepadanya.
"Tapi kenapa gue tadi marah ya sama Arga, semua orang kan berhak mencintai siapapun termasuk Arga. Dasar bodoh, nggak punya hati banget sih lo Key."
"Nggak tau ah... pusing, biar waktu saja yang akan menyelesaikan permasalahan ini."
Semangat pada diri Arga kian menyurut, Keysa adalah orang pertama yang ia cintai. Dan untuk pertama kalinya ia harus merasakan sakit hati karena cinta. Arga berjalan dalam pandangan semu, hingga dirinya hampir tersandung lantaran semua yang didepannya nampak suram. Dari ujung jalan nampak Rega yang tengah bersepeda dan dari kejauhan ia melihat Arga. Rega pun mendekat.
"Ga, lo ngapain?"
Namun Arga terdiam dan terus melangkah seolah Rega hanyalah angin yang berlalu dari hadapannya. Rega pun menaruh sepedanya dan menarik tangan Arga untuk menepi.
"Ga, lo kenapa kayak gini sih? Lo ada masalah? Cerita sama gue Ga." desak Rega.
"Dia pergi Reg, mungkin aku yang terlalu bodoh, aku tidak mengaca terlebih dahulu siapa diriku ini."
Rega yang mengerti maksud dari ucapan Arga langsung berusaha menenangkan Arga dan berusaha memberikan pencerahan yang baik demi cintanya.
"Udah lebih baik gue antar lo pulang dulu, jangan lo pikiran semua ini. Ingat Ga, lo nggak boleh lemah karena hal ini, ingat perjuangan lo hingga sampai detik ini."
Arga pun pulang dengan diantar oleh Rega.
****
Sejak kejadian itu, Arga sama sekali tidak menampakkan wajahnya dihadapan Keysa selama seminggu. Anak-anak penghuni rumah singgah pun sering bertanya tentang Arga, namun Keysa terdiam dan enggan menjawabnya. Dengan keadaan Arga yang terkesan menghilang, membuat Keysa merasa bersalah telah berucap demikian. Walaupun saat ini hatinya masih belum membuka pintu cinta untuk Arga, namun tidak seharusnya ia marah dan berucap kasar seperti itu.
Malam itu Keysa memutuskan untuk datang di kediaman Arga. Rumah nampak sepi, mama dan papa masih ada di rumah Om Rudi yang merupakan adik papa. Sementara Dery masih belum pulang dari rumah Dimas. Di rumah hanya ada Arga dan pembantunya. Keysa melangkah memasuki gerbang dan perlahan memencet bel. Bu Inah yang merupakan pembantu Arga segera membukakan pintu dan mempersilahkan Key untuk masuk.
"Arga nya ada?"
"Biar saya panggil dulu ya neng."
Arga keluar dari kamarnya dengan keadaan setengah ngantuk. Betapa terkejutnya ia saat melihat Keysa sudah ada dan duduk di ruang tamu rumahnya.
"Bibi pasti salah, bukan Arga yang ingin di temui olehnya, mungkin kak Dery." ucapnya hendak membalikkan badan.
Keysa memanggil Arga dan menghampirinya. Bu Inah pun meninggalkan keduanya.
"Gue mau bicara."
"Bicara apa, bukannya sudah nggak ada lagi yang harus dibicarakan." jawab Arga dengan nada datar.
Keysa menarik tangan Arga keluar ke teras. Ia berusaha menjelaskan kepada Arga bahwa sebenarnya ia tidak bermaksud untuk berucap kasar kepadanya tempo hari. Arga terdiam tanpa sepatah kata pun. Keysa merasa sangat tersiksa melihat Arga yang diam seperti itu.
"Iya, seharusnya dari awal itu aku sudah sadar bahwa kamu tidak akan mungkin bisa menjadi milikku. Memang aku yang bodoh Key." jawab Arga merendah.
"Lo jangan bilang seperti itu, gue nggak bermaksud menyakiti lo. Oke, saat ini gue emang nggak ada rasa apapun untuk lo selain rasa sebagai teman, tapi gue juga nggak tau kedepannya akan gimana. Jadi gue mohon biarin hal ini mengalir begitu aja. Gue percaya kok, jika kita jodoh, kita akan bertemu."
Arga tersenyum mendengar ucapan Keysa. Setitik harapan bisa dirasakannya kini. Walaupun detik ini rasa cinta itu masih belum tumbuh pada diri Keysa, namun Arga yakin waktu akan membantunya untuk menjalin cinta bersama Keysa.
Bagus kak ceritanya π
Comment on chapter EPILOG