Read More >>"> Pulpen Cinta Adik Kelas (Prolog) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Pulpen Cinta Adik Kelas
MENU
About Us  

Matahari seakan menghukum dengan sinarnya yang silau serta panasnya yang membakar kulit. Segaf menarik kerah seragam sekolahnya agar menutupi tengkuk yang seperti terbakar.

Dia menengadah ke atas menghalagi cahaya matahari dengan tangan kanan. Sudah sepuluh menit Segaf dan lelaki disebelahnya ini berdiri di tengah lapangan di jam mata pelajaran.

Ini hukuman untuknya yang kehilangan akal. Saat emosi Segaf menerima tantangan siswa yang berada di sebelahnya ini hanya karena tak ingin dianggap sebagai setengah lelaki. Itu membuat dia menerima tantangannya yaitu menghisap sebungkus rokok. Belum sempat melakukannya satpam sekolah sudah memergoki.

SIAL!

Segaf hanya bisa mengumpat dalam hati. Ini pelajaran untuknya, agar bisa menahan emosi dan berpikir lebih dewasa.

Derap langkah mendekat ke arah keduanya. Anak lelaki itu menoleh dan mendapati guru BP yang biasanya adalah seorang wanita, namun di sekolahnya adalah seorang pria yang berjiwa muda. Mungkin saja ia baru menginjak kepala tiga.

"Segaf." Pria itu menatapnya, "meskipun tidak ikut merokok tapi kamu terhitung bolos." Pak Fahri menatap kecewa ke arahnya.

Dia bukan siswa yang suka membuat masalah. Sebaliknya, dialah siswa teladan, meskipun nilai akademik tak bisa di banggakan, tetapi dia termasuk siswa yang tidak pernah terlambat, bolos, tidak mengerjakan tugas, tidur di dalam kelas, dan tak pernah memiliki masalah dengan siswa lain, kecuali hari ini.

Semua ingin berteman dengannya, karena kata teman-temannya, Segaf ramah dan asyik di ajak berteman. Entah itu hanya sebuah pujian semata, tetapi selama ini tak pernah ia dengar seseorang membicarakannya di belakang. Mungkin pernah saat gosip tentang hubungannya putus dengan primadona sekolah. Sialnya mereka putus karena perempuan itu selingkuh.

Dia terlihat seperti laki-laki bodoh. Atas dasar kebodohannya itu dan gosip menyedihkannya, Vino mengejek Segaf.

Dan kisah menyedihkannya berakhir di hukuman Pak Fahri. Melihat tatapan pria tersebut, Segaf tahu masa-masa hukumannya akan berakhir.

"Kamu tidak perlu ke ruang kepala sekolah, tapi dengan catatan kamu harus menulis UUD 1945 sebanyak enam lembar." Pak Fahri memberikan kertas putih bersih kepadanya.

Segaf menelan ludah. Tentu saja ia mengingat sistematika penulisan yang ditentukan Pak Fahri. Dia pernah melihat teman sekelasnya melakukan hal seperti ini karena bolos mata pelajaran terakhir.

"Tidak boleh miring, spasi sempit dan sebisa mungkin kertas ini tak terlihat putih lagi."

Dia menerima kertas tersebut.

"Waktu kamu tiga puluh menit dari sekarang."

Segaf tak mendengarkan instruksi Pak Fahri lagi. yang ia tahu sekarang, ia berlari dan mencari pulpen untuk menulis.

Pandangannya langsung tertuju ke arah koridor kelas sepuluh. Segaf tak tahu dia siapa, yang ia tahu adik kelasnya itu langsung memberikan pulpen padanya. Jelas lelaki itu adalah penghuni kelas X IIS 3.

Akan ia ingat dan Segaf berjanji akan mengembalikan pulpen penyelamat ini.

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • yurriansan

    bagus nih, diksinya juga bagus. bkin pnasaran dgan bab selanjutnya.
    mmpir juga d stortku ya...
    baru rilis, judulnya Guruku "Bagus" yaa

    Comment on chapter Prolog
Similar Tags