Read More >>"> Enemy's Slave (BAB 1) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Enemy's Slave
MENU
About Us  

Suasana SMA Garuda Jaya 03 sudah sangat sepi. Semua murid berhamburan keluar dan pulang ke arah tujuan masing-masing. Ya, apalagi di saat usai Ujian Kenaikan Kelas seperti ini. Semua berpencar merayakan hari kemerdekaan.

Ada yang pulang dan membalas dendam untuk tidur panjang. Ada yang hang-out untuk sekedar melepas lelah. Ada yang berpacaran di sepanjang koridor sekolah untuk menyalurkan rindu. Ada kumpulan gadis yang tengah menikmati latihan tim basket sekolah sambil mencuci mata pada pemain basket yang tampan. Ada kumpulan gadis yang tengah merapikan make-up mereka dan berencana tuk langsung menuju pusa perbelanjaan. Ada kumpulan geng pria yang sedang bersembunyi merokok di gudang. Ada kumpulan geng pria lainnya yang tengah bermain kartu atau sekedar berkumpul di kantin. Dan ada juga kumpulan manusia ambisius yang masih mencocokan jawaban karena tak terima jawabannya salah.

Di kantin SMA Garuda Jaya 03, terdapat meja pusat yang selalu diduduki oleh gerombolan anak laki-laki kelas sepuluh-D.

Masih junior tapi sok senior, itu kata para senior berjenis kelamin lelaki. Mau dibenci, tapi ganteng, itu kata para senior berjenis kelamin perempuan.

Seperti sekarang ini. Sepuluh pria kelas sepuluh-D, tengah bermain Truth or Dare, dengan ciri khas mereka. Ada Leon, Aldi, Ciko, Babal, Erik, Chandra, Gumilang, Devan, Gading, dan Komi. Mereka ber-sepuluh, yang selalu meramaikan kantin--dengan teriakan dan tawa serta sumpah serapah mereka yang menggelegar--hingga seluruh penjual kantin hafal dengan mereka.

"Lo, Bal! Truth or Dare?" teriak Devan lantang.

Babal tampak memutar otaknya. "Truth!"

"Aaaah, pengecut lo!"

"Truth melulu!"

"Bal, dare aja kenapa!"

Yang menjadi korban, hanya cekikikan. Devan memasang kuda-kuda untuk memberi pertanyaan. "Bal. Lo pernah ngintipin cewe di sekolah ini di kamar mandi gak? Siapa aja yang paling menarik? Dan mereka lagi ngapain?"

Sorak-sorai terdengar lagi. Memang, yang bermain hanya mereka bersepuluh. Tetapi seluruh manusia di kantin ikut heboh dan ramai, menantikan jawaban, sesekali tertawa. Benar, kan? Trouble-maker.

"Sering. Yang paling menarik ada empat! Yang pertama namanya Ananda Sisca, anak kelas sepuluh-A, dia lagi ganti baju olah raga." Babal menjawab lancar. "Yang kedua, Zevanya Dona, anak kelas dua belas-IPS 4, dia lagi mau ganti pembalut."

"Woy! Dona! Lo diintip brondong!"

"Wih, gila lo, Bal!"

"Hahaha, sinting! Gue ogah ngaku sih!"

Dan teriakan lainnya menggema. Kebetulan, ada Dona juga di sana. Dan Dona hanya mengangkat bahu, tak tau harus berbuat apa. Adik kelas itu telah mencoreng nama baiknya.

Babal melanjutkan lagi. "Yang ketiga namanya Geavina Indira Hanin, anak kelas sebelas-IPA 1. Dia lagi mau buang air, kayaknya. Begitu dia jongkok dah gak keliatan lagi sih!"

"Hahaha tuh gila lo!"

"Gea cupu gitu lo demen juga ya!" Itu teriakan salah satu penonton yang tak lain adalah teman sekelas Gea.

"Babaaaal. Lo makan apa sih? Sinting!"

Babal meringis dan kembali berbicara. "Yang keempat namanya Kesha Ayu Shakira, anak kelas sepuluh-A. Pas itu dia nembus dan mau ganti pembalut."

"Kesha? Woaaa parah lo!"

"Hahaha Kesha kasian amat!"

"Kes, darah suci lo diliat!"

"Darah suci? Ganteng-ganteng serigala, kali!"

Dan lagi-lagi, seisi kantin super-ramai mendengar akhir jawaban Babal. 

Kini Babal dengan songongnya bersiap memilih korban selanjutnya. Semua grogi, karena Babal pasti tak pernah main-main dengan permainan ini.

Babal menunjuk seorang lelaki tampan. "Gue pilih lo, Leon Bima Iskandar, cowo paling ganteng, pinter, dan keren di sepuluh-D."

Yang ditunjuk sibuk mengumbar sumpah serapah. "Anjir! Sial!"

"Hahaha, sabar bro!"

"Wih, tuh idola lo mau ditantang!"

"Semoga dare deh, suruh nembak gue!"

Dan banyak komentar dari teman-teman, maupun para gadis dari seluruh angkatan yang menonton. 

Babal tersenyum penuh arti. "Truth or Dare?"

"Truth!" jawab Leon tegas. 

Devan, Gumilang, dan Chandra tampak memoles kepala Leon, karena mereka mengharap 'dare'. Babal menarik nafas. "Perempuan paling seksi dan paling nggak seksi--alias nggak menarik--di sekolah ini, siapa?"

Glek.

Pertanyaannya, membuat semua isi kantin terdiam seketika, menanti jawaban si most-wanted ini. Begitupun dengan teman-temannya.

Dengan cool, Leon menjawab. "Shiren! Dia mantan gue yang body-nya paling bagus. Ya wajar, sih, dia kan dancer, rajin olahraga, juga! Mantap, lah!"

"Terus, yang paling nggak menarik, siapa?"

Leon melirik ke sekitar penjuru, dan menemukan sosok yang paling sering ia hina baik fisik maupun mental. Seseorang yang memberi kepuasan bagi Leon, tiap kali Leon selesai menyakiti dan menghinanya. "Yang paling nggak menarik.... Kesha! Udah triplek, rata, kurus, kusem lagi mukanya! Rambutnya berantakan, berangkat sekolah selalu nggak rapi! Idih, bukan cewek yang seutuhnya. Ibarat tuh, ya, andaikata cewek di dunia ini tinggal dia, gue mending bunuh diri! Ogah gue sama dia!" kata Leon, disusul tawa girangnya.

"HAHAHA Leon anjiiir! Jelas banget!"

"Awas lo, ntar jatuh cinta sama Kesha!"

"Tu anak di poles dikit juga cantik, tau!"

"Kalau suatu saat lo naksir berat sama Kesha, rasain lo!" tukas Devan, terkekeh.

"Nggak akan!" tandas Leon. "Masa gue naksir ondel-ondel? Kasihan keturunan gue entar!"

"Kalau lo tiba-tiba naksir, gimana? Lo mau bayar gue berapa?"

"Satu juta juga gue berani," balas Leon. "Karena gue yakin, sampai kapanpun, nggak akan ada badai atau gerhana yang bisa bikin gue cinta sama dia!"

Dan... seperti biasa, tawa menggelegar memenuhi seisi kantin. Ada sosok Kesha yang terlihat melirik ganas, namun memilih tuk diam daripada memancing keributan. Percuma tenaganya dihabiskan tuk melawan seorang Leon!

Kini giliran Leon. Leon dengan berani dan songong menatap masing-masing temannya. Dan ia menyunggingkan senyum-setannya. "Gue pilih Chandra."

"Chanchan ayang gue!"

"Chandra! Dare aja, cium gue!"

"Chaaan!"

Ya, selain Leon, Chandra adalah kedua terfavorit. Dan itu membuat para gadis menggila karena ketampanan dan kelincahan Chandra di lapangan saat pertandingan futsal tiba.

Leon menepuk pundak Chandra. "Chandra Bagaswara... Truth or Dare?" tembak Leon. 

Dengan tangguh, Chandra menjawab. "Dare!"

Dan itu membuat seluruh anggota geng ataupun yang seluruh penonton bertepuk tangan. "Wiiih, Chan! Berani banget lo!"

"Chan, serius?"

"Leon gak pernah main-main loh!"

Tak lama, semua kembali hening. Dan kini, kuasa Leon tuk berbicara. "Chandra Bagaswara... Gue minta lo, buat kata-katain banci di ujung sana."

Semua mata mengarah ke arah yang ditunjuk. 

Suasana. Mendadak. Tegang. 

*

*

Kesha menegang, menatap sekitar. "Apa-apaan sih? Kok pada lihatin kita semua? Mau-maunya diperalat sama permainan bodoh kayak gitu!"

Bukan Kesha yang akan jadi korban. Namun, lelaki di sebelah Kesha-lah, yang akan menjadi umpan dalam permainan gila ini. Sosok yang kini menatap Kesha dengan khawatir dan takut. Dia adalah lelaki, namun berjiwa lembut seperti wanita. Tapi, apakah itu sebuah kesalahan? Bukankah di jaman seperti ini, semuanya normal-normal saja? Sosok itu bernama Niko Respati. 

Sial

Kini, Chandra mulai maju ke arah meja tempat Kesha dan Niko bersemayam. Disaksikan sorak-sorai dan antusias semua penonton, permainan semakin memanas saja.

Bodoh! Apa sih yang diminati dari permainan seperti itu?! batin Kesha.

"Niko Respati... Well, well... Pagi jadi Niko, malem jadi Nike. Ya gak, guys?" Chandra, dengan gaya sok keren, berbalik meminta pendapat teman-temannya.

"HAHAHA BENER!"

"BANCI KOLONG JEMBATAN!"

"BANCI TAMAN LAWANG!"

"BANCI ANCOL!"

Dengan iba, Kesha menatap Niko yang mulai bergetar hebat. Chandra mendekat lagi. "Lo tuh cewe apa cowo sih, Nik? Diajak basket gak mau, di ajak cari baju di Pull and Bear aja senengnya luar biasa. Di ajak gebet cewe gak mau, di ajak nonton konser band Western ganteng aja semangat banget!

"Hahaha, Niko... Niko.. Dunia pun tau. Kalau lo bukan sekedar BANCI. Tapi lo juga berpotensi jadi GAY! Dan lo tau gak, ka--"

Kesha yang semula diam, kini berada di titik puncak muaknya. PLAK! Dengan telak, Kesha bangkit dari kursi dan maju dan menampar pipi Chandra.

Chandra meringis dan menatapku sengit. "APA-APAAN LO?!"

"GUE YANG HARUSNYA TANYA! NGAPAIN LO KAYAK GITU KE SAHABAT GUE, HAH?!" teriak Kesha emosi. 

Yah, pahlawan kesiangan muncul! batin Kesha sebal.

Pahlawan kesiangan. Dia adalah Leon, musuh bebuyutan Kesha. Dia maju, dan dengan enteng memerintahkan Chandra untuk mundur. "Chan, mundur!"

Usai Chandra mundur di belakang Leon, Leon melancarkan aksinya. Ia melipat tangannya ketika tiba di depan Kesha.

"Apa?" tanya Kesha, dengan wajah geram. "Mau ngapain lo? Caci maki gue? Hah?!"

Leon mengangkat bahu, masih diam dengan wajah super menyebalkannya.

"Lo boleh ngata-ngatain gue badan triplek, otak udang, muka dekil, atau apapun yang lo mau!" tandas Kesha. "Tapi jangan lo hina sahabat gue!" desis Kesha tanpa peduli ocehan gadis-gadis di sekitar yang berbisik-bisik karena Kesha terlalu berani melawan Leon.

"Well well... Lo mau bentak gue kayak apa, juga gak ngaruh. Gue-gak-takut!" Leon mengambil secarik kertas yang ada di meja yang  Kesha tempati, dan kini ia tertawa seraya menunjukkan kertas itu ke arah semua penonton. "GUYS! LIHAT NIH. KESHA, SI CEWEK AMBISIUS TAPI GAK SADAR KALO DIA TUH BODOH, OTAK UDANG. YA, KAN?"

Sial. Semua menertawakan Kesha.

Ya, aku memang bodoh. Mereka mengakuinya, pantas saja mereka tertawa, batin Kesha.

"Kes, Kes... Lo tuh sadar. Mau nyocokin jawaban kayak gimana, jawaban lo juga udah kesetor di kantor guru. Dan lo cuma bisa nangis karena lo gagal jadi anak IPA besok!" Leon menatap Kesha sinis,  mengejeknya dengan telak. 

Kesha geram. Ya, Leon memang pintar. Tapi bagi Kesha, penghinaan yang Leon lakukan sungguh keterlaluan. "Leon... Lo tuh kenapa sih? Gue kadang mikir, kok Tuhan baik banget ya kasih otak pintar ke lo yang jelas-jelas nggak layak? Lo tuh cowok sombong dan paling nggak tau diri di dunia ini!"

Leon mendecih. "Dan gue kadang mikir ya, Kes.. Kenapa sih, Tuhan gak ngebuka mata lo, biar lo sadar kalo lo itu bodoh dan biar lo bisa kontrol mimpi lo biar gak ketinggian?"

Sialan. Kenapa dia selalu balas kalimat pedes gue, sih? batin Kesha, sebal.

Leon mengangkat bahunya. "Gue kadang sedih, Kes. Ya... Lo tau kan, nyokap kita tuh musuh. Dan gue sama nyokap gue tuh sering sedih liat lo yang tiap hari ke bimbingan belajar di deket rumah gue, tapi lo gak pinter-pinter. Duh, nyokap gue aja heran, padahal nyokap lo pinter pas SMA loh!

--Dan gue? Gue gak pernah belajar. Gue manggung dan pacaran melulu. Tapi? Gue nggak butuh usaha buat ranking satu. Kemarin bahkan gue olimpiade matematika juara 3 di provinsi. Karena apa? Karena gue emang dasarnya pinter." Leon menepuk puncak kepala Kesha, membuat para gadis berteriak iri. 

"Gue bisa jamin, lo gagal masuk IPA." Leon berbalik, kemudian melanjutkan permainan bodohnya dengan teman-temannya yang tak kalah bodoh, menurut Kesha.

Kesha menarik nafas. Gue-pasti-masuk-IPA. 

Kesha melirik ke arah Niko yang kini menatap Kesha pilu. "Beb?" Ya, begitulah cara memanggi Kesha.

"Apa?"

"Kita pergi yuk. Kayaknya kita butuh nangis bareng deh, beb."

Tanpa babibu, Kesha meninggalkan baksonya yang masih setengah utuh, dan meraih tangan Niko tuk pergi dari kantin laknat ini.

*

*

*bersambung*

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • innos

    Halo, cerita menarik..asik juga bahasa penulisannya. Menurutku untuk kalimat percakapan yg tujuannya untuk menunjukkan ngomongnya nyolot itu nggak perlu capslock. Menurutku, ya...subjektif sih itu. Semangat yhaa semoga kita bisa makin lebih baik nulisnya😊

    Comment on chapter BAB 1
  • margarethavina

    Prologny aja dah lucu wkwkw😂😂😂 smangat ka!

    Comment on chapter PROLOG
Similar Tags
Aldi: Suara Hati untuk Aldi
333      238     1     
Short Story
Suara hati Raina untuk pembaca yang lebih ditujukan untuk Aldi, cowok yang telah lama pergi dari kehidupannya
Invisible Girl
970      501     1     
Fan Fiction
Cerita ini terbagi menjadi 3 part yang saling berkaitan. Selamat Membaca :)
Awal Akhir
664      414     0     
Short Story
Tentang pilihan, antara meninggalkan cinta selamanya, atau meninggalkan untuk kembali pada cinta.
Seperti Cinta Zulaikha
1777      1151     3     
Short Story
Mencintaimu adalah seperti takdir yang terpisahkan. Tetapi tuhan kali ini membiarkan takdir itu mengalir membasah.
Tuan Landak dan Nona Kura-Kura
2419      819     1     
Romance
Frans Putra Mandala, terancam menjadi single seumur hidupnya! Menjadi pria tampan dan mapan tidak menjamin kisah percintaan yang sukses! Frans contohnya, pria itu harus rela ditinggal kabur oleh pengantinnya di hari pernikahannya! Lalu, tiba-tiba muncul seorang bocah polos yang mengatakan bahwa Frans terkena kutukan! Bagaimana Frans yang tidak percaya hal mistis akan mematahkan kutukan it...
Oh, My Psychopaths CEO!
496      359     2     
Romance
Maukah kau bersama seorang pembunuh gila sepertiku?
Strange and Beautiful
4216      1144     4     
Romance
Orang bilang bahwa masa-masa berat penikahan ada di usia 0-5 tahun, tapi Anin menolak mentah-mentah pernyataan itu. “Bukannya pengantin baru identik dengan hal-hal yang berbau manis?” pikirnya. Tapi Anin harus puas menelan perkataannya sendiri. Di usia pernikahannya dengan Hamas yang baru berumur sebulan, Anin sudah dibuat menyesal bukan main karena telah menerima pinangan Hamas. Di...
Luka Adia
674      409     0     
Romance
Cewek mungil manis yang polos, belum mengetahui apa itu cinta. Apa itu luka. Yang ia rasakan hanyalah rasa sakit yang begitu menyayat hati dan raganya. Bermula dari kenal dengan laki-laki yang terlihat lugu dan manis, ternyata lebih bangsat didalam. Luka yang ia dapat bertahun-tahun hingga ia mencoba menghapusnya. Namun tak bisa. Ia terlalu bodoh dalam percintaan. Hingga akhirnya, ia terperosok ...
Kisah Kemarin
4094      1342     2     
Romance
Ini kisah tentang Alfred dan Zoe. Kemarin Alfred baru putus dengan pacarnya, kemarin juga Zoe tidak tertarik dengan yang namanya pacaran. Tidak butuh waktu lama untuk Alfred dan Zoe bersama. Sampai suatu waktu, karena impian, jarak membentang di antara keduanya. Di sana, ada lelaki yang lebih perhatian kepada Zoe. Di sini, ada perempuan yang selalu hadir untuk Alfred. Zoe berpikir, kemarin wak...
Harmonia
3629      1136     4     
Humor
Kumpulan cerpen yang akan membuat hidup Anda berubah 360 derajat (muter ke tempat semula). Berisi tentang kisah-kisah inspiratif yang memotivasi dengan kemasan humor versi bangsa Yunani. Jika diterbitkan dalam bentuk cetak, buku ini akan sangat serba guna (bisa untuk bungkus gorengan). Anda akan mengalami sedikit mual dan pusing ketika membacanya. Selamat membaca, selamat terinspirasi, dan jangan...