Read More >>"> Nope!!! (Bab 1 : Misteri Colombus) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Nope!!!
MENU
About Us  

Kringgg...

"Ughhh..."

Kringgg...

"Arghttt..."

Kupingku sakit mendengar suara alarm keras di telingaku. Ini peringatan untuk ku berangkat ke medan pertempuran yaitu tempat kerja. Waktu menunjukkan pukul 6 tepat, butuh 1 jam menyiapkan kebutuhanku sebelum berangkat. Sayangnya aku benci bangun pagi, aroma asap pekat tercium olehku. Itu aroma asap pabrik dekat rumah, cukup membunuh kelangsungan makhluk hidup. Bukan itu saja, asap kendaraan pemicu timbulnya polusi udara. Aku muak melihat ini tiap pagi hari, atmosfer akan semakin menipis dan kemungkinan terburuk semakin lama...

kita semua tertimbun ribuan polusi dan meteor masuk ke dalam bumi.

"Sayang, bangun!"

"Iya, bun!"

Aku tinggal di sebuah kota kecil paling padat. Banyak pabrik, perkantoran, pusat pemerintahan, dan pusatnya kehidupan. Jakarta menjadi kota terpadat tahun 2070 ini. Sayangnya, tidak ada pemindahan ibukota Indonesia dari zaman dulu sampai zaman sekarang. Bohong jika orang beranggapan masa depan itu menakjubkan. Jangan salah paham! Teori ini salah, bukan robot yang menggantikan manusia! Bukan juga kendaraan terbang atau bahkan dapat melayang diudara. Indonesia sudah berubah, pulau Kalimantan dan Sulawesi saling bertubrukan membentuk pulau baru bernama Sulamat. Jawa dan Sumatera hampir mendekat. Papua dan Australia menyatu jadi negara baru. Paling mengemparkan adalah Benua Amerika bersatu dengan Benua Eropa. Paham Komunis akhirnya perang dengan Paham Radikal. Benua Asia menjadi dua bagian terpisah.

Rakyat sekarang sangat timpang kehidupannya dengan zaman dulu. Tak ada kata presiden, hanya ada kata pemimpin dan rakyat. Indonesia bukan lagi sebuah negara melainkan kota di negara besar. Bumi menjadi satu negara di alam semesta.

EARTE

Maksudnya adalah...

Manusia menemukan teman baru akhirnya, berbeda planet di salah satu bentuk tata surya. Mars, disana ditemukan kehidupannya. Makhluk merah dengan tubuh mirip manusia. Yang membedakan kami cuma bahasa dan adat istiadat. Pluto, tempat kecil itu menyimpan berbagai kehidupan di dalamnya. Mereka ada dibalik bayang-bayang bernama ilusi. Makhluk lain bermunculan seiring terkuaknya makhluk Mars.

"Urka menunggumu!"

"Iya!"

Kami berevolusi, menyesuaikan kehidupan kami. Semua pengetahuanku didapat dari academy dan bunda. Mereka sumber ilmu dan menurutku bunda mendapatkannya dari nenek moyang yang menceritakan dari generasi ke generasi. Bagaimana sejarah bumi dulu sampai sekarang, sejarah Indonesia, dan berbagai hal zaman dulu.

Sekarang aku bertanya-tanya, apa kata mereka jika tahu masa depan amat penuh kemustahilan. Aku tertawa menyadari aku bertanya pada orang yang telah tiada. Waktunya kembali dan mengerjakan hari ini tuk masa depan.

Kusiapkan diriku, butuh 30 menit untukku mandi menggunakan air yang di daur ulang. Ya, air semakin habis atau bisa dikatakan hampir menghilang. Tumbuhan hijau? Tidak ada, cuma tumbuhan yang kata bunda dulunya hanya tinggal dipadang pasir. Atau pohon yang selalu mengugurkan daunnya. Pohon jati dan kelapa mendominasi selain kaktus. Hewan, yang paling banyak adalah serangga dan kambing pemakan kertas. Ada juga ayam yang menyukai benda kecil, ibu menanamnya dibelakang rumah dibantu air buatan dari daur ulang limbah. Jagung dan ayam adalah harta kami.

Pakaian kami longgar, persis kehidupan manusia purba. Kusisir rambut coklat hitamku yang sedikit bergelombang. Dari awal aku sudah bilang bawah robot bukan lagi yang mengekspansi bumi. Bukan juga alien yang nyatanya mereka baik dan humoris. Melainkan manusia itu sendiri! Kami dikerjakan saat lulus dari academy umur 18 tahun. Membangun pangkalan di pusatnya dan bertempur membuat sebuah alat canggih.

"Hai, Ra!" Sapa Urka. Matanya sipit dengan kulit coklatnya, rambut pirangnya sangat terang dimataku. Dia kombinasi berbagai gen nenek moyang zaman dulu.

"Kau tahu, aku mendapatkan informasi terbaru! Neon!!!" Urka berteriak kegirangan mengakui kekagumannya pada pemuda tampan yang memiliki wajah luar, kulit putih, dan rambut hitam. Jangan melupakan mata birunya!

"Apa?"

"Dia akan datang ke pabrik!"

"Untuk?"

"Kau lupa! Dia pemilik pabrik, Ra. Dia datang memantau dan memilih orang untuk bekerja di pusat!!! Ini impianku!" Dia berteriak lagi.

Neon seorang pemuda kaya raya, memiliki banyak perusahaan ternama, pabrik, dan yang terpenting dia masuk ke jajaran orang berpengaruh di Earte. Dari kecil Urka bermimpi tinggal di pusat pemerintahan. Meninggalkan kota, mewujudkan impiannya jadi disainer ternama. Aku diam memperhatikannya dari keluar rumah bercerita banyak mengenai Neon.

"Kenapa juga dia memilih Abe? Aku lebih cantik darinya!"

"Dia lebih langsing!".

"Aku juga bisa, Ra. Tapi, aku tak mau perutku jadi penuh lekukan. Tubuhku lebih baik."

"Terserah!"

Mataku menatap ke langit abu-abu. Aku kurang tahu bagaimana langit biru yang diceritakan ibu. Awan putih, burung, kupu-kupu, bunga bersemi. Kupikir jika kondisi lebih baik lagi, bumi akan kembali layaknya dulu kala. Aku mengamati awan hitam di ujung sana. Tepat di sebelah selatan ke arah lautan luas. Awannya berkumpul membentuk tumbuhan brokoli. Orang zaman dulu katanya tidak suka sayuran itu. Kata ibu rasanya pahit tapi amat menyehatkan.

"Kau tahu, Ra. Aku selalu penasaran awan itu! Menakutkan!"

"Hah, aku juga."

"Menurutmu apa namanya?"

"Hmm, kalau menurutmu?"

"Scary!"

"Bukan! Itu awan Colombus!"

🌻🌻🌻

Tettt... One... Two... Three...

Kreattt...

Gerbang pabrik terbuka menampakkan gedung krem kusam. Semua orang masuk berbaris ke dalam gerbang menuju pos mereka untuk bekerja. Perlu diketahui aku berkerja sebagai tenaga perakit produk peralatan montir. Bergelut dengan mesin dan pretelan besi tiap pagi. Pabrik ini adalah pabrik paling berbahaya dan risiko tinggi. Namun, gajinya sebanding dengan bahaya yang mengancam pekerjanya. Aku senang menemukan banyak besi dan mengamati cara kerjanya. Untuk Urka, dia bekerja dibagian jahit menjahit. Aku berbeda gedung dengannya. Semua pekerjaan di pantau oleh CCTV kecil di pojok. Semua orang tidak menyadarinya tapi aku sadar bahwa setiap kegiatan kami dipantau. Sering aku melihat ke arah kamera itu.

Tettt...

Waktu makan siang berbunyi, aku mencari pintu keluar dan harus menemukan Urka di kantin. Dia selalu menyisihkan tempat untukku dan membawakanku makan siang. Urka melambaikan tangannya dan berlari menarik tanganku.

"Aku tadi bertemu Neon, dia tampan sekali!" Sekali lagi dia berteriak.

"Ohh, beruntung sekali." Aku duduk dan berdoa. Hari ini berjalan baik dan kuharap selalu baik.

"Hai, Ra!" Sapa Lodan saat aku makan siang bersama Urka.

"Oh, hai!"

"Kau tidak menyapaku juga?" Ucap Urka marah.

"Hai, Ka!"

"Bagus, hai juga!" 

Aku tersenyum samar sambil makan menu siangku yang penuh makanan daur ulang atau makanan buatan menambah stamina. Rasanya semuanya sama, hambar! Masakan buatan bunda yang terbaik buatku. Memang bentuknya menyerupai makanan mahal seperti steak, pasta, dan berbagai bayangan mengiurkan. Lodan dan Urka nampak menikmati makanan hambarnya. Mungkin karena dari kecil aku sudah mengenal lima rasa jadi lidahku menolak makanan ini.

Duggg... Duggg...

Test! 1 2 3...!’

Kami semua berhenti makan dan fokus pada suara speaker.

Semua orang berkumpul di gedung utama! Sekarang!’

Ini dia yang diinginkan Urka sejak dulu, pengumuman itu untuk mengumpulkan kami dan memberi kabar pada pekerja berpotensi diundang ke pusat pemerintahan. Aku kurang tahu dimana tempatnya, kata bunda jangan sampai aku ke sana!

Bahaya!

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags