“Cepat angkat dia,” kamu mendengar suara itu. “Akhirnya ketemu juga, manusia ular ini,” lanjutnya. Kamu terbangun dari lelapnya tidur. “Nana…, kamu kenapa keringatan begitu,” kata Ibumu yang duduk disebelahmu. Sampai di rumah, Ibumu menyiapkan makan malam. Ketika kamu dan Ibu sedang makan, kamu mendengar bunyi berisik diatas loteng. Bunyi untuk membuatmu bertanya-tanya apa yang terjadi diatas. “Ibu, dengar suara itu?”, tanyamu memastikan. “Tidak, suara apa yang kamu maksud?”, jawabnya. “Itu, bu..coba dengar lagi..”, lanjutmu.”Bunyi guntur itu..”, jawabnya yakin. Tiba-tiba terdengar suara petir yang berdatangan yang dapat dilihat dari jendela dapurmu. “Ah…iya, benar..”, batinmu. Malamnya, kamu tidur dengan ibumu satu kamar berbeda tempat tidur. Ada dua tempat tidur yang menghadap pintu kamar membelakangi 4 jendela yang besar di kamar atas. Kamar bawah kalian pakai untuk menaruh barang Ibu yang sangat banyak seperti buku-buku dan peralatan memasak agar Ibu tidak susah naik turun tangga. Ketika kamu tertidur, kamu mendengar suara berisik dari kamar didepan seberang ruangan kamarmu yang membuka sedikit pintu untuk perputaran udara. Kamu terbangun dan melihat pintu itu, tempat tidurmu yang berada persis didepan pintu kamar dapat melihat jelas gerak-gerik dan suara berisik yang terdengar dibalik pintu ruangan itu. Kamu mulai merasa cemas dan ketakutan. Kamu menengok ke samping melihat Ibumu terlelap mendengkur keras tanpa memikirkan entah suara berisik apa yang kamu dengar. Perlahan-lahan kamu membuka selimut, meminjakkan kaki di ubin, berjalan menjinjit kakimu menuju pintu kamar. Berdiri didepan kamar rasa penasaranmu semakin memuncak melihat suara-suara yang terdengar, kamu mencoba untuk mendekati pintu itu untuk membuka ruangan tersebut untuk melihat suara apa yang ada didalam.
“Nak…ayo, bangun,”, suara Ibu membangunkanmu. Kamu terbangun melihat sekeliling dengan keringat dingin sekujur tubuh. “Kenapa belakangan ini kamu sering sekali keringatan ketika tidur?”, tanya Ibu. Kamu mengusap keringatmu, terbangun untuk menyiapkan diri bergegas pergi ke pasar swalayan untuk membeli makan siang dan malam. Ketika keluar rumah, orang-orang melihatmu dan Ibumu dengan sepasang mata keheranan dan mereka berbisik-bisik penuh arti. Kamu bingung melihat mereka, menengok melihat mereka ketika melewati mereka berjalan. “Hallo..Iya benar, Oke. Baik saya kesana,” jawab Ibu menerima telepon. “Itu tadi ayahmu, Ibu kesana dulu kamu tunggu disini,” kata Ibu. “Kita sama-sama saja , bu,” katamu. “Tidak usah kamu disini saja,” katanya tersenyum lalu meninggalkanmu. Tiba-tiba hujan angina turun cukup deras, kamu bisa melihatnya dari dalam pasar swalayan, suhu didalam jadi terasa sangat dingin. Matamu melihat kearah tempat parkir, melihat wajah samar-samar seperti Ibu sedang berbicara dan diganggu oleh beberapa laki-laki berbadan besar dan kuat. Kamu penasaran, berjalan menuju keluar pasar melihat lebih dekat. Ketika pandangan mulai jelas, kamu yakin itu adalah Ibumu dengan sekumpulan orang yang seolah akan menculiknya, memaksanya untuk masuk kedalam mobil van mereka. Kamu berlari menerjang hujan angin untuk mencegah mereka pergi namun kamu gagal. Kamu melihat mereka membawa lari Ibumu.
Sesampai di rumah, kamu tidak bisa tidur mendengar suara-suara berisik dari seberang kamar. Kamu terbangun mendengar suara itu, satu sentimeter pun kamu tidak bergerak. Bola matamu fokus melihat kearah pintu yang mengarahkan gagang pintu yang hendak akan dibuka. Kamu ketakutan menyembunyi diri dibalik selimut. Beberapa saat kemudian, kamu tidak mendengar suara apa-apa, kamu membuka selimut perlahan-lahan. Kamu melihat kearah pintu, tidak ada apa-apa. Ketika kamu menengok ke samping terlihat sosok mayat membuka mulutnya menyeramkan dengan mata tajam kearahmu mengangetkan tidurmu. Kamu terbangun dengan peluh keringat yang banyak, kamu mencium aroma masakan. Ibumu tepat didepan kamar tersenyum berkata, “Ayo, makan, Ibu sudah masak ayam enak untukmu,”
Kamu melewati kamar itu dengan rasa takut menuju ruang kamar, mendengar tidak ada suara yang tercipta. Ketika kamu selesai makan, ibumu pamit pergi ke Bank. Firasatmu mengatakan kamu ingin mengikuti Ibumu. Kamu mengambil uang dan sepatumu untuk keluar rumah mengikutinya. Ibumu mengendarai mobil menuju jalan raya, kamu mengikutinya dengan taksi yang melewati jalan rumah kalian. Kamu meminta taksi untuk berjalan pas dibelakang Ibumu. Kamu mengamatinya, ketika Ibumu turun dari mobil persis didepan gang pasar kemudian kamu turun dan mengikutinya. Kamu melihat Ibu merokok, sosok Ibu yang tidak kamu kenal sebelumnya. Ia berbicara kasar kepada beberapa laki-laki sambil memukul mereka dengan buku tebal. Ketika Ibumu menengok kearahmu, kamu cepat bersembunyi dibalik tembok. Kamu melihat Ibumu memasuki kantor kecil dekat pasar. Kamu memasuki gedung mencari Ibumu.”Ibu..,ibu…,” panggilmu. Tiba-tiba ada beberapa laki-laki melihatmu ketika menaiki tangga yang mencegatmu saat kamu berbalik badan. Kamu panik dan kebingungan lalu berlari keluar. Mereka berlari mengejarmu namun tidak berhasil mendapatkanmu. Kamu kebingungan dengan apa yang kamu lihat pada malam itu. Besoknya ketika ibumu di rumah, kamu menanyakan kepada Ibu apa yang kamu lihat, Kamu mendengarnya menelepon seseorang katanya, “Sepertinya ia mulai curiga padaku, cepat bereskan semua ini, aku sudah lelah disini,” katanya dengan nada marah. Ia melihatmu lewat cermin dan berbisik pelan, kamu pergi meninggalkan tempat itu sebelum ia mencurigaimu. Malamnya, ketika Ibumu pergi lagi, kamu mengikutinya. Ia tahu kamu mengikutimu lalu bertanya, “sedang apa kamu disini, nak?” Kamu melihat sosok misterius dibelakangnya, ketakutan menyelimuti hatimu. Kamu berjalan mundur melihatnya dengan wajah berbeda dari biasanya. Wajah yang tidak kamu kenal. “Kejar dia, ini harus segera selesai,” tandas Ibumu kepada laki-laki misterius itu. Laki-laki berlari kearahmu, kamu kebingungan lalu berlari melarikan diri sebelum ditangkap oleh laki-laki misterius yang tidak dikenalmu. 1 meter didekatmu tidak jauh ada kantor polisi, kamu berlari menuju kantor itu sebelum tertangkap. Dengan kondisi yang hampir tertabrak motor, kamu berhasil lolos dari laki-laki itu. Kamu menjelaskan bahwa kamu dikejar orang jahat yang dibayar oleh Ibumu, mereka bertanya umur berapa kamu dan tinggal dimana. Mereka menyediakan teh untuk menghangatkan badanmu, “19 tahun,” ucapmu. “19 tahun? Kamu yakin umurmu segitu?, tanya seorang petugas polisi.”Tahun berapa kamu lahir?” tanyanya. “Tahun 1979” jawabmu. “Yang benar saja umur 19 tahun kelahiran 1979, tahun ini sudah 2019.” Katanya terheran-heran melihatmu. Kamu mulai kebingungan. Kamu melihat kalender dinding menunjukkan angka 2019 pada bulan Februari. Kamu melihat dirimu ke cermin, terkaget melihat sosokmu yang berubah menjadi tua yang kamu kira muda. Kamu panik, berlari keluar menuju rumah untuk menanyakan kepada Ibumu. Sampai dirumah, kamu berteriak,”Kemana kamu, keluarlah,” teriakmu marah. Kamu mencarinya di semua ruangan dalam rumah. Kamu terpukul oleh seseorang dari belakang dan terbangun pada suatu ruangan yang selama ini kamu takuti. Kamu melihat seisi ruangan, terkaget dengan boneka disebelahmu dengan simbahan darah pada badannya, tangannya dikutek cantik dan lehernya terluka terpotong memakai pita merah. Kamu menyingkirkan diri menjauhinya. Tiba-tiba wanita yang kamu sebut sebagai Ibu memasuki ruangan itu bersama beberapa laki-laki memandangimu dengan muka kesal. Kamu bertanya, “Apa yang sebenarnya terjadi, siapa kamu?” Wanita itu memberikan sebuah novel berjudul The Bloody Contract kepadamu. “Mau kamu baca dulu atau mau aku ceritakan semuanya?” tanyanya. “Buku apa ini, apa hubungannya denganku?” tanyanya.
“Kamu lupa dengan jaksa yang kamu bunuh karena dia punya bukti pembunuhanmu?” tandasnya.Kamu membunuhnya karena kamu tidak ingin dipenjara karena kejahatanmu membunuh semua anak perempuan polisi, mengapa kamu membunuh mereka? Tanyanya. “Tidak mungkin”, jawabmu. “Akan aku ceritakan semua,” katanya sambil membaca novel itu.
Kamu dahulu hanya anak SMA biasa, sampai di mana kamu lulus sekolah dan kuliah. Sewaktu kuliah, kamu mengalami banyak kesulitan finansial karena orangtuamu ditipu dan berhutang banyak, kamu mengundurkan diri dari kuliah. Ketika itu kamu mulai aneh setelahnya, banyak yang bilang kamu dikhianati teman dekatmu dan dijauhi selama kuliah, ada juga yang bilang kamu memang aneh dan punya pikiran untuk membunuh. Sampai akhirnya seorang jaksa menemukan bukti kejahatanmu. Kamu membunuh seorang laki-laki paruh baya, di mana orang bilang dia suka mengikutimu karena dia menyukaimu. Setelah laki-laki itu, kamu membunuh semua anak perempuan polisi yang di mana pernah menangani kasus tahun 1998. Ada apa sebenarnya?
Setelah itu kami mencari tahu di mana kamu yang menusuk anakku, dia sempat dirawat di rumah sakit namun beberapa hari kemudian meninggal karena kekurangan darah. Berbulan- bulan kamu tidak terlihat, dikira semua orang kamu sudah kabur ke luar negeri atau mati. Hingga saat di mana kamu membakar sesuatu di suatu tempat yang tidak asing bagi kami. Tempat itu tempat di mana kamu mengubur pria tua dan anak perempuan polisi serta mengubur dirimu untuk bersembunyi. Kami melihatnya, saat itu aneh sekali kamu keluar dari tanaman alang- alang pada tengah malam dan mematik api seolah akan membakar diri sendiri.
Kecurigaan kami awalnya, berapa banyak orang yang akan kamu bunuh setelah bebas dari bukti yang kamu kubur juga dengan dirimu. Kami sudah punya bukti tentang kejahatanmu. Apakah kamu ingat sekarang semuanya?
“Aku..tidak, ini semua bohong,” jawabmu.
Kamu membunuh semua anak perempuan itu sama dengan boneka di ruangan ini, kamu memukul mereka dengan cangkul, melukai leher mereka sampai mereka mati yang diberi pita merah dan mengutek kuku mereka. Tapi ada satu yang kurang, ibu jari mereka selalu bersimbah darah seperti menunjukkan mereka mengecap untuk sesuatu. Lalu kami menemukan buku novel karangan, The Bloody Contract. Cara pembunuhannya sama persis dengan yang kamu lakukan kepada mereka. Lalu cara kamu membunuh pria tua yang suka mengikutimu sampai kuliah, kamu bunuh dengan cara berbeda. Kamu membunuhnya sama dengan cara yang diceritakan di novel pertamamu. Kamu memotong lehernya dan mengeluarkan liurnya, menguburkannya di alang- alang. Setelah itu, kami merasa janggal, kami pernah dengar ada seorang pria yang pernah juga membunuh dengan cara yang sama pada tahun 1998. Kami menyelidikinya dan benar saja, kamu memiliki kekuatan setan gaib yang sama dengannya. Ingin menguasai dunia, membunuh semua anak perempuan polisi yang telah memasukkan laki-laki itu ke penjara. Kamu adalah pengikutnya, bukan, kamu adalah dia. Kamu digunakan olehnya.
Perlu beberapa hari kami menyiksamu agar yakin kamu sudah tidak dibawah kekuasaannya. Kami mengira awalnya kamu bukan pembunuh namun kami menemukan buku harian tentang rencana pembunuhan kepada pria tua yang mengikutimu. Itu sudah menjadi bukti kalau memang kamu bukan orang yang tidak hanya memiliki hubungan dengan pembunuh itu tetapi juga manusia yang ingin melakukan suatu kejahatan. Karena, tidak bisa mempenjarakanmu hanya dengan buku harian saja, kami akan membawamu ke polisi atas dasar membunuh jaksa dan anak perempuan polisi. Akhirnya, kamu yang menanggung semua kejahatan orang itu.
Satu hal lagi, aku adalah orang yang melihatmu saat kamu mencoba melukai anakku, jaksa itu. Waktu itu kamu seperti bayangan hitam yang menyerupai manusia, namun setelah kamu keluar dari tanah alang- alang. Dari badanmu keluar bayangan hitam itu, kamu memotretnya untuk dijadikan bukti kalau bayangan hitam itu dan kamu adalah orang yang sama. Tidak mungkin kamu membawa orang ke kantor polisi yang sudah dibakar olehmu, terlebih lagi dia adalah bayangan.
“Cepat bawa dia ke kantor polisi dan biarkan dia selamanya disana.”
Didalam penjara kamu termenung dengan semua yang diceritakan oleh wanita yang menyamar menjadi ibumu yang rupanya adalah ibu dari jaksa yang mempunyai bukti kejahatanmu. Kamu menggambar rembulan merah di dinding seharian. Kamu tidak makan, tidak mandi dan tidak mau melakukan apapun meskipun kamu akan dipaksa dan dimarahi jika tidak melakukan sesuai perintah.
Malam hari saat kamu terlelap, tiba- tiba ada suara berbisik terdengar oleh telingamu. Kamu membuka mata-matamu pelan- pelan. Melihat keatas dan kesamping, sebuah bayangan hitam tepat disampingmu, berkata “Hai, aku kembali, mau ku bebaskan darisini?”
Kamu berkata, “Iya, Tuhan”