Loading...
Logo TinLit
Read Story - Cinderella Celdam
MENU
About Us  

Penghujung tahun yang selalu sama. Aku dan pekerjaan-pekerjaan kantorku.

 

Mungkin ini risiko karena aku memilih Jakarta dan sebuah perusahaan besar untuk tempat bekerja. Jika aku memilih bekerja di sebuah kota kecil, di suatu perusahaan yang lebih kecil, tentu ceritanya akan berbeda―kurasa.

           

Aku menghela. Jika aku tidak punya sesuatu yang bernama tanggung jawab maka aku sudah pergi meninggalkan semua pekerjaan yang menumpuk itu sekarang dan menyanggupi acara jalan-jalan dengan teman-teman.

 

Jika ada yang berpikir bahwa pekerjaan-pekerjaan yang menumpuk di akhir tahun adalah akibat kemalasanku, itu salah besar. Laporan-laporan itulah yang datang sangat terlambat ke mejaku. Aku pernah memaksa rekan kerjaku untuk mengirimkan laporan lebih cepat, namun itu percuma, tetap sama, laporan-laporan itu tetap terlambat dengan segala bentuk alasan yang membuatku sakit kepala saja.

 

Jadi, setiap akhir bulan atau akhir tahun seperti sekarang, aku harus berusaha keras agar semua pekerjaan yang dilaporkan terlambat kepadaku itu bisa selesai tepat waktu. Sepertinya tidak seorang pun mengerti dan mengetahui seberapa keras aku bekerja, tidak ada. Dan bodohnya, aku tidak peduli akan itu, aku tidak memikirkannya karena yang kupikirkan hanyalah bagaimana aku harus menyelesaikan pekerjaanku tepat pada waktunya, hanya itu.

 

“Oh, bodohnya kamu Archie! Kapan kamu akan punya waktu untuk dirimu sendiri kalau terus begini?” Aku bicara dengan diri sendiri. Tentu hanya itu yang bisa kulakukan jika sedang sendirian seperti sekarang.

 

Aku menghela kesekian kali. Lorong lantai tujuh belas begitu sunyi malam ini. Hanya ada aku dan suara hak sepatuku yang berdetak-detak menabrak lantai.

 

“Mbak.”

 

Aku nyaris berteriak saat sebuah suara tiba-tiba terdengar di belakangku dan ketika berbalik dengan segera kudapati seorang perempuan berambut tergerai panjang di sana.

 

Aku menghela, lagi. “Kara? Ngegetin, aja, kamu. Tiba-tiba muncul di belakang kayak gitu. Gak kedengaran langkahnya pula...”

 

Dia teman satu kantorku, beda divisi.

 

Kara tersenyum. “Hehehe, sorry, Mbak. Tadi dari toilet,” ujarnya. “Sekarang mau balik. Kerjaan udah selesai.”

 

Oh, beruntungnya dia.

 

“Mbak mau lembur lagi?”

 

“Iya.”

 

“Semuanya sudah pulang, lho, Mbak. Begitu rapat selesai jam sembilan tadi, semuanya langsung balik,” jelas Kara.

 

Sendainya aku juga bisa pulang cepat.

 

“Mbak!”

 

“I, iya?” Entah dia suka sekali membuat kaget atau aku yang terlalu lelah hingga menjadi sering sekali terkaget-kaget, tapi suaranya itu benar-benar mengusikku. Baru saja aku membayangkan bisa pulang lebih cepat agar dapat menghabiskan waktu dengan diri sendiri atau beberapa teman dan suara Kara segera menghancurkan bayangan indah itu.

 

“Mbak, kantong belanjaannya bolong, tuh.” Kara menunjuk ke arahku.

 

Aku mengangkat alis dan segera menoleh ke arah kantong plastik putih di tanganku. Bagian bawah kantong plastik itu sepertinya bocor. Beberapa isinya sudah keluar.

 

“Ke, ke mana? Di mana?”

 

“Itu.” Kara menunjuk ke sepanjang lorong di belakangnya.

 

Mataku melebar menatap beberapa pakaian tercecer di lantai. “Kara! Kok, nggak bilang dari tadi?”

 

Kara garuk-garuk kepala. “Lagian kenapa bawa-bawa pakaian ke kantor, sih, Mbak?”

 

“Bukannya bantuin malah ngajak ngobrol melulu,” aku protes sembari menghampiri pakaianku yang tergeletak manis di lantai dan memungutinya.

 

Kara cekikikan. “Sorry, Mbak. Saya balik duluan, ya.”

 

“Iya, iya, sana balik!”

 

Kara nyengir dan melenggang pergi.

 

“Bikin kesal, aja,” aku bicara sendiri sembari menyusuri lorong yang tadi kulewati, mencari pakaianku yang tercecer.

 

Membawa pakaian ke kantor. Ini bukan bagian pekerjaan. Aku berada di kantor ini siang dan malam demi menyelesaikan pekerjaan. Dan aku perlu mengganti pakaianku setiap enam jam―aku tidak ingin menghabiskan waktu dengan pakaian kantor sehari semalam, jadi kubeli saja beberapa dari Mall terdekat karena aku tidak punya waktu untuk kembali ke rumah.

 

Bagaimana bisa kantong belanjaanku bocor seperti ini, sih? Untungnya karyawan yang lembur malam ini hanya aku, tidak akan ada yang melihat pakaianku berceceran di lantai kantor kecuali aku, dan Kara yang selalu berada paling akhir di kantor dan dia baru saja pamit pulang dan meninggalkan aku sendiri di sini. Kecuali jika aku salah—

 

Langkahku terhenti seketika, saat hendak berbelok menuju ke arah lift. Tampak olehku pintu lift tiba-tiba terbuka. Aku mengurungkan niat untuk mengambil pakaian yang tercecer tepat di depan lift dan menunggu di persimpangan lorong di balik tembok.

 

Sembari mengintip dari balik tembok, aku berharap siapa pun yang keluar dari lift itu tidak melihat ke bawah dan terus saja melangkah maju. Pergi secepatnya dari sana.

 

Namun, sepertinya memang tidak pernah ada apa pun yang akan sesuai dengan harapanku.

 

Sepasang kaki melangkah keluar dari dalam lift. Kaki yang panjang, bersepatu kets dan bercelana jins. Mataku melebar dan jantungku berdebar-debar ketika melihat siapa yang datang.

 

Dia?! Si Bos para IT!

 

Pria itu keluar dari lift dan—

 

TIDAK! JANGAN INJAK!! Aku nyaris memekik.

 

Mati aku! Dia menginjak pakaian yang tergeletak di depan lift itu. Dan menghentikan langkahnya. Aku menepuk jidat sendiri ketika ia menurunkan pandangannya ke bawah.

 

Sial!

 

Dia membungkuk dan meraih apa yang ada di bawah kakinya. Alisnya terangkat saat melihat apa yang ada di genggamannya saat itu. Celana dalam motif Leopard berwarna merah muda bercampur hitam yang lucu.

 

DUARR!!! Aku seperti kejatuhan rudal di atas kepalaku. Dan dengan langkah-langkah panjang aku berlari dari tempatku berdiri semula. Kabur, ngacir, minggat!!

 

Sebaiknya aku berpura-pura tidak tahu apa-apa.

 

***

Tags: Comedy Romance

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • yurriansan

    ceritamu unik dan lucu juga keren anti mainstream ngakak pas baru baca deskripsinya.
    Oh ya kamu juga boleh lho kasih saran dan kritik di cerita aku, judulnya When he gone. aku tunggu ya trims

    Comment on chapter Satu
Similar Tags
MASIHKAH AKU DI HATIMU?
664      443     2     
Short Story
Masih dengan Rasa yang Sama
Penantian
3710      1665     16     
Romance
Asa. Jika hanya sekali saja, maka...
fall
4489      1345     3     
Romance
Renata bertemu dua saudara kembar yang mampu memporak-porandakan hidupnya. yang satu hangat dengan segala sikap manis yang amat dirindukan Renata dalam hidupnya. satu lagi, dingin dengan segudang perhatian yang tidak pernah Renata ketahui. dan dia Juga yang selalu bisa menangkap renata ketika jatuh. apakah ia akan selamanya mendekap Renata kapanpun ia akan jatuh?
Pesona Hujan
1085      592     2     
Romance
Tes, tes, tes . Rintik hujan kala senja, menuntun langkah menuju takdir yang sesungguhnya. Rintik hujan yang menjadi saksi, aku, kamu, cinta, dan luka, saling bersinggungan dibawah naungan langit kelabu. Kamu dan aku, Pluviophile dalam belenggu pesona hujan, membawa takdir dalam kisah cinta yang tak pernah terduga.
Goddess of War: Inilah kekuatan cinta yang sesungguhnya!
6906      1754     5     
Fantasy
Kazuki Hikaru tak pernah menyangka hidupnya akan berubah secepat ini, tepatnya 1 bulan setelah sekembalinya dari liburan menyendiri, karena beberapa alasan tertentu. Sepucuk surat berwarna pink ditinggalkan di depan apartemennya, tidak terlihat adanya perangko atau nama pengirim surat tersebut. Benar sekali. Ini bukanlah surat biasa, melainkan sebuah surat yang tidak biasa. Awalnya memang H...
A Poem For Blue Day
125      83     4     
Romance
Pada hari pertama MOS, Klaudia dan Ren kembali bertemu di satu sekolah yang sama setelah berpisah bertahun-tahun. Mulai hari itu juga, rivalitas mereka yang sudah terputus lama terjalin lagi - kali ini jauh lebih ambisius - karena mereka ditakdirkan menjadi teman satu kelas. Hubungan mencolok mereka membuat hampir seantero sekolah tahu siapa mereka; sama-sama juara kelas, sang ketua klub, kebang...
Creepy Rainy
435      291     1     
Short Story
Ada yang ganjil ketika Arry mengenal Raina di kampus. Fobia hujan dan bayangan berambut panjang. Sosok berwajah seperti Raina selalu menghantui Arry. Apakah lelaki itu jatuh cinta atau arwah mengikutinya?
Jikan no Masuku: Hogosha
3886      1377     2     
Mystery
Jikan no Masuku: Hogosha (The Mask of Time: The Guardian) Pada awalnya Yuua hanya berniat kalau dirinya datang ke sebuah sekolah asrama untuk menyembuhkan diri atas penawaran sepupunya, Shin. Dia tidak tahu alasan lain si sepupu walau dirinya sedikit curiga di awal. Meski begitu ia ingin menunjukkan pada Shin, bahwa dirinya bisa lebih berani untuk bersosialisasi dan bertemu banyak orang kede...
ALIF
1455      687     1     
Romance
Yang paling pertama menegakkan diri diatas ketidakadilan
Farewell Melody
264      182     2     
Romance
Kisah Ini bukan tentang menemukan ataupun ditemukan. Melainkan tentang kehilangan dan perpisahan paling menyakitkan. Berjalan di ambang kehancuran, tanpa sandaran dan juga panutan. Untuk yang tidak sanggup mengalami kepatahan yang menyedihkan, maka aku sarankan untuk pergi dan tinggalkan. Tapi bagi para pemilik hati yang penuh persiapan untuk bertahan, maka selamat datang di roller coaster kehidu...