Cuaca minggu pagi yang begitu dingin membuat para peserta enggak untuk mandi, begitu pun dengan Bulon dan Ara yang memilih tidak mandi. Kegiatan pagi ini di awali dengan senam pagi, senam maumere yang menjadi pilihannya. Ara dengan lincahnya mengikuti setiap gerakan yang di pandu oleh Pak Sri, guru olahraga yang merangkap sebagai pembina Pramuka.
Bulon masih berusaha mengikuti gerakan senam, tapi dia tidak bisa selincah Ara, Agnez, atau pun Shinta. Akhirnya Bulon memilih untuk diam dan menyaksikan kawan-kawannya yang sedang asik berputar ke kanan dan ke kiri.
“Bul.”
“Kak Fahmi,” ucap Bulon setelah ia mengetahui siapa yang memanggilnya tadi.
“Kok gak ikut senam?”
“Bulon capek, gak bisa ngikuti gerakannya.”
“Sini, gue ajarin.” Fahmi mengambil tempat di samping Bulon, menggerakan tubuhnya mengikuti irama.
Ara menghentikan aktivitas senamnya saat melihat Fahmi sedang mengajari gerakan senam kepada Bulon. Tiba-tiba hatinya terasa nyeri, badmood pun melanda secara tiba-tiba. Ara menyudahi senamnya dan memilih kembali ke tenda.
*****
Setelah senam, kegiatan dilanjutkan dengan jelajah, masing-masih ketua regu di beri satu peta dan satu petunjuk. Siapa yang paling cepat memecahkan teka-tekinya maka regu itu yang memenangkannya dan akan mendapatkan hadiah.
“Semua bersiap, satu ... dua ... tiga ... go!” aba-aba Fahmi.
Yang berhak berangkat duluan adalah regu satu putri di susul regu satu putra, itu berarti regu Bulon mendapatkan kesempatan pertama untuk memulai penjelajahan, di susul regu Rizki.
“Clue nya gini,” Shinta selaku ketua regu membacakan petunjuk. “Aku rumit, serumit kisah cinta. Kamu bisa masuk kedalam tapi belum tentu kamu bisa keluar ....”
Shinta menggantung kalimatnya untuk berpikir sejenak. “Masuklah kedalamku, pelajari aku lebih lanjut ... maka kau akan menemukan sebuah keindahan dalam setiap belokan. Masuk dengan Bismillah dan keluarlah dengan Alhamdulillah.”
“Rumit,” ulang Ara.
“Bisa masuk belum tentu bisa keluar,” lanjut Lia.
“Keindahan dalam setiap belokan,” sambung Shinta.
“Labirin!” tebak Bulon.
“Alhamdulillah,” teriak Ara, Lia, dan Shinta secara bersamaan.
“Lama, gitu aja pake mikir!” Cela Tari sambil berjalan mendahului.
“Hihhhh! Untung gue sabar, kalo enggak udah gue kuliti lo,” gerutu Lia sambil mengejar langkah Tari.
“Hiiih, sama, untung gue juga sabar. Kalo enggak gue bakar hidup-hidup lo,” Shinta ikut-ikutan menggerutu.
“Hihhh!” sambung Ara.
“Ara kenapa?” tanya Bulon polos. “Mau mbakar Tari juga?”
“Gapapa, Cuma ikut-ikutan aja sih.”
Mereka mengikuti arahan yang ada di peta hingga mereka tiba di depan sebuah taman labirin yang sangat besar, taman itu terbuat dari tembok yang tingginya setengah dada dan diatasnya di tumbuhi pohon teh yang sangat rapat.
“Bentar, kita buka Clue yang kedua,” ajak Shinta sebelum memasuki labirin. “Carilah peta yang ada di kotak pendingin minuman mamang-mamang penjual bakso.”
Seketika mereka mengedarkan pandangan, banyak penjual bakso di sekitar labirin. Akhirnya mereka memilih untuk berpencar, Bulon dan Ara bertugas bertanya kepada penjual bakso yang berada di depan taman labirin, Sintha dan Lia bertanya di samping taman labirin.
Sedangkan Tari yang tidak sabar memutuskan untuk berjalan masuk kedalam labirin sendirian, tanpa peta, tanpa teman. Tak selang lama, Ara menemukan peta labirin yang dimaksud dalam petunjuk. Mereka berdiri di depan pntu masuk labirin dan belum menyadari jika salah satu anggota regunya sudah masuk ke dalam.
“Bismillahir-rahmanir-rahim,” ucap mereka sebelum masuk ke dalam labirin.
“Kita jalan sambil nyanyi ya, nyanyinya sama kayak yang di clue ini,” ujar Shinta.
Potong bebek angsa, masak dikuali
Nona minta dansa, dansa lima kali
Belok ke kanan ... Seketika semua ikut berbelok ke kanan di persimpangan pertama.
Masih dikanan ... lala ... lala ... lala ....
Lurus kedepan, lihat perempatan jangan lupa belok ke kiri ... semuanya pun ikut belok kekiri.
Carilah peti, ada kuncinya ... jawaban terakhir disana.
Lagu berhenti, mereka dihadapkan di depan tiga peti. Di petunjuk mereka disuruh mencari peti dan sekarang mereka di hadapkan dengan tiga peti.
“Ada tiga peti, jawabanya hanya ada di satu peti dan sisanya adalah jebakan,” Ara menganalisis.
“Terus gimana cara membedakan mana yang isinya jawaban mana yang isinya jebakan?” tanya Lia.
“Peti yang pojok kanan itu jawabannya,” sahut Bulon. “Peti tengah isinya ular, peti kiri isinya katak.”
“Tahu dari mana lo?” tanya Ara penuh selidik.
“Ara, Bulon bisa menerawang,” bisik Bulon di telinga Ara.
Dan benar apa yang dikatakan Bulon, peti paling kanan isinya sebuah smoke bom dan korek api. Tak lupa ada secarik kertas yang menjadi petunjuk.
“Nyalakan smoke bom, dan pangeran akan datang menolong kalian,” Shinta membacakan tulisan yang ada di secarik kerta itu.
Tanpa menunggu lama, Lia menyalakan smoke bom, asap berwarna merah mengepul ke atas, memberikan sinyal kepada para Ksatria penyelamat.
Aku keasyikan bacaππ
Comment on chapter Bulan dan Ksatria BintangGoodjob kakβ€