"Kak rendra pasti tau seluk beluk majapahit. Calon arkeolog besar di indonesia sih" godaku.

Wajah rupawan itu menatapku, sambil menyeringai. Menunjukkan baris gigi putihnya yang yang rapi

"Hehehe... kamu bisa aja sar"

"O iya.. kenapa kak rendra ingin jadi arkeolog? Jarang banget ada orang yang seperti kakak. Sampai sekolah S-2 ilmu budaya."

"Mempelajari majapahit, itu seperti mengingatkanku pada masa lalu."

"Oh..."

Cita-cita yang jarang sekali diinginkan orang-orang. Apalagi di usia muda seperti kak rendra ini. Sampai-sampai mengambil program pascasarjana demi mempelajari sejarah.

Langkah kami terhenti di sebuah prasasti bertuliskan sansekerta. Dan diatasnya terdapat sebuah patung dua orang perempuan dan seorang laki-laki berdampingan.

Aku terus menatap saksi bisu majapahit itu. Aku merindukan mereka, merindukan sahabatku dyah, dan baginda rajasa.

"Prasasti persahabatan ya.." kak rendra membangunkan lamunanku.

"Iya.." aku menjawab lirih

Kak rendra menunjuk tanganya kearah tengah patung bertiga itu

"Yang tengah, itu pasti kamu sarah.."

Aku terkejut, bagaimana dia bisa tau jika itu adalah aku? Padahal aku belum menceritakan apapun tentang prasasti persahabatan itu.

"Sarah.. sebenarnya cincin batu opal yang kamu pakai itu.. milik ibuku"

Aku lantas lansung menoleh ke arah kak rendra yang masih menatap prasasti itu.

"Ha? Milik ibu kak rendra?"

Kepalaku langsung berfikir keras. Tunggu.. ini adalah cincin dari baginda raja hayam wuruk. Ibunya? Itu berarti..

"Ratu tribuwana tunggadewi.."

aku berbicara pelan. Masih tidak percaya dengan kata kak rendra barusan. Jika dia bilang ini cincin ibunya. Itu berarti..

"Sarah.. akulah hayam wuruk yang asli"

"Apa.. tidak mungkin.."

Aku menutup mulutku rapat-rapat. Mataku terbelalak. Ini adalah kenyataan yang benar-benar mengejutkan.

Kenapa aku baru menyadarinya sekarang..

Teman kak dimas yang waktu itu dia bilang, menyukai hal-hal berbau jawa kuno, itu karena dia memang berasal dari majapahit.

Dan kenapa juga aku tidak menyadari bahwa alasan dia ingin menjadi arkeolog adalah untuk mempelajari masa lalunya sendiri, yang tak lain adalah kerajaan majapahit.

Dan kenapa juga aku tidak menyadari alasan dia memakai nama 'rendra pratama' itu karena dia bertukar dimensi dengan kak rendra yang aku kenal. Untuk menggantikanya menjadi raja di majapahit.

Dan itulah alasanya, kenapa di saat aku memanggil baginda rajasa,

Dia menoleh..

Itu karena dia adalah hayam wuruk yang asli!

"Sarah, maaf.."

Hayam wuruk memegang pundakku,aku menepisnya. Itu karena pikiranku benar-benar kacau. Bagaimana ini bisa terjadi. Bagaimana dengan kak rendra yang menepati janjinya sampai-sampai dia selamanya harus tinggal di majapahit.

Aku berlari,keluar dari rumah museum. Hayam wuruk mengejarku.

"Sarah.. !! Dengarkan penjelasanku dulu!"

Aku berbalik, menatapnya.

"Apa? Apa yang harus dijelaskan lagi? Tidak,bagaimanapun juga. Baginda raja harus kembali ke masa lalu. Ini puncak musim panas bukan? Aku yakin,sekarang matahari pasti diatas gapura wringin lawang."

"Sarah.. apa kamu ingin aku kembali ke masa lalu"

Hayam wuruk tampak sedih, aku benar-benar emosi. Matahari sedang berada di tengah langit. Panasnya benar-benar membakar kulit. Jika sekarang kami langsung menuju gapura wringin lawang, aku yakin, aku bisa kembali ke masa lalu lagi bertemu dengan kak rendra yang sebenarnya.

"Ya, aku ingin kembali ke masa lalu"

Kami saling berhadapan. Aku menatap tajam matanya yang teduh,tapi tampak sedikit kesedihan yang terpancar. Ini adalah saat yang tepat untuk kembali ke masa lalu