"Kenapa sar? Sepertinya kamu kenal" tanya kak dimas heran.
"Ngg.. namanya mirip. Mungkin dia orang yang ku kenal"
Tak lama kemudian suara handphone berbunyi. Kak dimas mengambilnya di saku kirinya.
"Nih yang dibicarain telfon juga.."
Kak dimas menunjukkan handphonenya ke arahku, tulisan nama 'rendra pratama' jelas terpampang di layar utama panggilan masuk.
"Halo.. iya ren.." kak dimas mengangkat telfonya.
"Oh.. oke.. aku tunggu di gazebo deket fakultasku ya. Sekalian, kayaknya ada yang kenal sama kamu nih"
Kak dimas menutup telfonya.
"Trimakasih kak dimas" ucapku
"Sama-sama sarah.. kebetulan kami ada urusan. Ntar lagi juga dateng."
Tak lama kemudian,sepeda motor berhenti di dekat kami.
"Itu dia rendra,sarah.." kak dimas menunjuk sebuah motor yang behenti di dekat kami.
Kak rendra,... gumamku
Pemuda itu melepas helmya, lalu turun dari sepeda motor sportnya. Wajahnya sama persis dengan kak rendra, baginda rajasa yang aku kenal. Wajahnya bersih, tatapan wajahnya teduh, dan senyumanya masih hangat seperti purnama pertama kami bertemu di pemukiman mlechha.
"Dim.."
kak rendra menyapa kak dimas, suaranya lembut seperti yang aku kenal.
Tidak salah lagi,dia adalah kak rendra dari majapahit.
"Kak rendra!"
Aku bangkit dari tempat dudukku, menyapa kak rendra di depanku.
Kak rendra memandangku, tersenyum kecil lalu mengalihkan pandanganya lagi ke kak dimas.
"Ayo dimas.. jadi nggak.."
Kak dimas mengernyitkan dahi, memandangku, lalu memandang kak rendra.
"Ren.. ini sarah, sepertinya dia mengenalmu" ucap kak dimas.
"Sarah? Aku tidak punya kenalan bernama sarah" kak rendra menggelengkan kepala, dan sekilas melihatku
Aku langsung terpaku, tidak mungkin. Tidak mungkin dia tidak mengenalku.
Dia benar-benar seperti kak rendra yang aku kenal,tubuhnya, suaranya, bahkan cara dia memandangku.
Amnesia? Tidak,tidak mungkin. Buktinya aku tetap ingat kejadian apapun saat aku berada di majapahit.
"Kak rendra,ini aku sarah.. sarah dari pemukiman mleccha. Sarah dari surabaya. Dan kita berjanji akan bertemu dimasa depan." Aku berusaha meyakinkan kak rendra.
"Eng.. sepertinya kamu salah orang,sarah. Banyak orang yang bernama rendra. Dan banyak juga yang berwajah sama. Yuk dimas, kita pergi."
Kata-kata kak rendra seperti petir di siang bolong. Dia langsung memalingkan tubuhnya. Bersama dengan kak dimas, mereka meninggalkanku..
Tidak mungkin, kak rendra..
Aku yakin dia orang yang aku kenal..
"Baginda rajasaaaaaa!!!!!"
Aku memejamkan mata,berteriak memanggilnya sekencang-kencangnya.
Langkah kaki mereka berdua terhenti, kak rendra memalingkan tubuhnya, menatapku.
Kak dimas langsung tertawa sembari menatap teman satu kosnya itu.
"Baginda rajasa?? hahaha.. ren,sebaiknya kamu temenin dulu sarah. Aku duluan ya."
Kak dimas menepuk bahu temanya, lalu meninggalkan kami berdua menaiki motornya.
Kak rendra berjalan menghampiriku, tak satu detikpun mengalihkan pandanganya kepadaku.
"Sarah.. kenapa kamu memanggilku baginda rajasa? Bukankah aku sudah bilang aku tidak mengenalmu" kak rendra memandangku serius
Aku menggelengkan kepala,
"Karena aku yakin kak rendra adalah orang yang aku kenal di majapahit."
"Majapahit?"
"Iya.. majapahit kak. Kak rendra juga memberiku cincin batu opal merah ini"
Aku menunjukkan cincin batu opal yang menempel di jari manisku.
Dia memandang cincinku, lalu memegang tanganku, dia terus memandang cincin itu dan mengusapnya dengan ibu jarinya.
"Majapahit ya..." dia berbicara lirih.
"Iya.." jawabku.
"Aku sepertinya bukan rendra yang kamu kenal,sarah. Tapi besok minggu, aku berencana akan ke trowulan. Kalau kamu ada waktu, kamu mau ikut bersamaku?"
aku mengangguk, menyetujui permintaan kak rendra.
Kak rendra tersenyum,
"Oke.. jam sembilan, tunggu aku disini. O iya, salam kenal sarah. Aku rendra pratama"
Kak rendra mengulurkan tanganya,lalu aku membalasnya.
Kami saling memandang,. Dan dia menatapku sambil tersenyum.
Ah sama. Aku pun tak suka sejarah. :D
Comment on chapter Sejarah, pelajaran yang membosankan !