Read More >>"> Mask of Janus (The Tree Called Wood) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mask of Janus
MENU
About Us  

"Perkenalkan, Miya Eranita," tunjuk Agency, si wanita tua yang ternyata adalah Ketua Departemen Sosial di Cahaya, kepada seorang wanita lain yang berdiri di sisi lain ruangan. Parahnya, keberadaan wanita bernama Miya itu baru Vera sadari ketika Agency menunjuknya. Keberadaan wanita itu seakan ... tidak terasa. 

"Dia yang akan menjadi pembimbingmu mulai hari ini, Vera van Ugde. Aku menyarankanmu untuk tanyakan tentang apa pun kepada dia."

Miya Eranita adalah wanita berwajah Latin dengan kulit merah kecokelatan, rambut hitam tebal, dan tubuh yang sedikit lebih pendek daripada Vera. Dari wajah, Miya tampak begitu ramah dengan senyum tipis di bibirnya yang merona, tetapi Vera tidak begitu yakin. Bagaimanapun, dia sedang berada di dunia gelap sekarang. Tidak mungkin seorang wanita inosen yang baik dan ramah bisa menggapai ke dalam dunia kejam sebagaimana yang Vera dapat lakukan. Itu semua sungguh sebuah bualan.

"Mari, ikutlah bersamaku," ajak Miya yang hendak keluar dari ruangan. "Akan kutunjukkan pekerjaan dan tempat tinggalmu yang baru."

Namun, sebelum menerima ajakan itu, pikiran Vera sempat kosong. Ya, dia tidak mengerti dengan semua yang terjadi karena semua itu datang begitu cepat. Beberapa hari yang lalu, dia hanyalah seorang model. Berikutnya, Jennar datang dengan sebuah ancaman. Selanjutnya, pria itu mengancamnya dengan membunuh orang-orang bahkan Vincent, antek mafia milik Vera. Kemarin, dia menyatakan dirinya yang menyerah untuk ikut bergabung bersama Cahaya. Tadi, dia baru saja meninggalkan negara kelahirannya untuk pergi ke London di mana Markas Pusat Para Cahaya berada. Sekarang, dia sudah berada di markas itu dan tiba-tiba memiliki pekerjaan baru, identitas baru, dan tempat tinggal baru. 

Itu semua datang begitu cepat. Sangat cepat sampai membuat kepala Vera terasa pening dan membutuhkan sedikit waktu istirahat sebelum dia melanjutkan perjalanannya di dunia gelap. Namun, daripada meminta waktu istirahat untuk meregangkan tubuhnya yang lelah dan kepalanya yang penat, Vera justru menatap tajam ke arah Agency untuk meminta sebuah penjelasan.

"Kau memerintah Jennar dan teman-temannya untuk membunuhku," ketus Vera kepada Agency yang sudah duduk di belakang meja kerjanya sekarang. "Mengapa?" tanya si gadis.

Agency menunjukkan senyum anehnya sekali lagi kepada Vera. Senyum wanita tua itu membuat Vera merasa merinding meski dia tidak tahu mengapa. Hanya saja, mata biru kelam milik Agency benar-benar berbeda dengan milik Jennar tetapi memiliki intimidasi yang sama kuat, atau justru jauh lebih kuat.

"Apakah itu masalah?" selidik Agency dari ujung mata tuanya. 

"Minno Leith berkata bahwa dirimu memerintahkan mereka untuk membunuhku."

Agency mendengkus seakan Vera berbicara bualan. "Kau masih hidup dan berdiri dengan kedua kakimu sendiri, Nona van Ugde. Tidakkah itu sebuah berkat yang teramat baik dariku?"

"Dari Jennar," koreksi Vera.

"Bukan," kali ini Agency yang mengoreksi. "Jennar pergi menjemputmu karena aku membiarkannya. Dia akan ditandai sebagai seorang pengkhianat jika memang dia memberikanmu kehidupan selagi aku melarangnya. Aku yakin, kautahu apa yang terjadi dengan seorang pengkhianat, bukan?"

Bulu kuduk Vera berdiri. Dia bergumam, "Jessica akan membunuhnya ..., tetapi dia tidak melakukannya."

Agency membenarkan. Hanya saja, bukan itu yang dia maksud. "Jessica Angelik sudah pasti akan menembak Jennar jika aku menyuruhnya untuk begitu, tetapi apa menariknya? Lagi pula, aku tidak ingin agen-agen lapanganku membunuh satu dengan yang lain. Sudah ada orang-orang yang bertugas untuk membunuh para pengkhianat Organisasi. Agen-agen di departemenku tidak perlu turun tangan untuk masalah seperti itu."

"Maksudmu, Jennar kaubiarkan hidup meski sudah menentang perintahmu? Kau memberikannya pengecualian untuk menjemputku tanpa dipandang sebagai seorang pengkhianat--"

"Itu tidaklah penting, Nona van Ugde," potong Agency yang beralih ke berkas-berkas di atas mejanya. "Aku yakin pertanyaanmu yang lain dapat dijawab oleh Miya," lalu dia melambai--mengusir--dengan tangannya yang menepis udara kosong. "Selamat sore."

Namun, tidak secepat itu. "Satu hal lagi," ketus Vera yang tidak puas, terutama dengan alisnya yang sudah berpaut sedari tadi. "Masalah apa yang Jennar dan Minno hadapi sampai mereka belum sampai di London sekarang?"

Awalnya, Agency terlihat enggan untuk menjawab, tetapi dia berubah pikiran dengan senyum di wajahnya. Kali ini, senyum itu tidak sejanggal senyumnya yang tadi. Senyum itu adalah senyum sekilas yang hanya bertahan satu detik sebelum pudar di detik yang lain. 

"Clark Nolan, apakah kau mengenalnya?" tanya wanita tua itu.

Vera mengangguk pelan dengan tatapan selidik tertuju kepada Agency. "Kami sempat berbicara sebentar sebelum berpisah di bandara," kata Vera yang mengakui.

Agency mengangguk saat mendengar perkataan Vera. "Sayangnya, Clark Nolan menghilang tanpa jejak. Dia tidak memasuki pesawatnya, keluar dari bandara, dan tidak kembali setelahnya. Aku sudah menugaskan Jennar dan Minno untuk menelusuri keberadaan Clark secepat mungkin, tetapi aku yakin mereka tidak dapat menemukan pria itu. Alhasil, aku harus mengirimkan orang lain untuk kembali ke Denmark dan mencarinya. Bagaimanapun, misi Jennar dan Minno sudah selesai dengan datangnya dirimu di tempat ini, dan hilangnya Clark Nolan bukanlah kesalahan mereka. Mungkin, mereka berdua akan sampai di London sebentar lagi ... jika memang mereka tidak menghilang seperti Clark."

Vera tidak dapat berkata-kata. Dia sungguh terkejut. Di dalam otaknya, Vera masih dapat mengingat pembicaraan terakhirnya bersama Clark, juga dengan Minno dan Jennar. Vera baru bertemu dengan mereka tadi pagi, demi Tuhan. Bagaimana bisa ada saja masalah yang datang silih berganti? Entah, Vera tidak begitu yakin. Namun, mungkin saja itu bukanlah sebuah masalah besar, atau bahkan bukan sebuah masalah sama sekali. 

"Clark hanya kembali ke gudang penyimpanan untuk mengambil barangnya yang tertinggal," kata Vera yang ingat jelas alasan Clark membantunya menyembunyikan seluncur pemberian Jennar--keparat itu. "Dia akan kembali segera setelah mengambil barang itu, aku yakin."

Agency mengangguk setuju. "Mari kita beranggapan seperti itu," senyumnya kepada Vera, lalu tangannya kembali melambai untuk menghardik Miya membawa Vera keluar dari ruangan. Ketika Miya menarik pelan lengan Vera dan memberikannya tatapan memaksa, akhirnya Vera pergi dari sana, meninggalkan Agency yang sosoknya mulai menghilang di balik pintu kayu ruangan yang tertutup perlahan. Sekarang, Vera dan Miya berjalan di lorong berdinding karpet merah lagi tanpa bisa memandang senyuman Agency sedikit pun.

Miya Eranita membawa Vera keluar dari lorong kosong itu. Dia membawa Vera pergi dari bar dan menikmati waktu di kafe terdekat. "Tidak terasa nyaman untuk membicarakan topik berat di dalam tempat yang penuh intimidasi. Tidakkah kaupikir begitu?" kata Miya yang mempersilakan Vera duduk bersamanya.

Kafe itu tidak begitu ramai, justru sepi. Di teras luar, hanya terdapat sepasang kekasih dan seorang pria tua, sedangkan di dalam kafe, Vera hanya bisa melihat beberapa pria yang sedang berbincang, sekumpulan anak kuliah yang mengerjakan tugas mereka, dan para pelayan yang berlalu-lalang. Tidak banyak yang dapat dilihat di tempat itu kecuali sinar matahari sore yang menyorot meja-meja di teras kafe, beberapa kendaraan yang datang dan pergi, dan orang-orang yang mengurusi masalah mereka sendiri. Oh, London ... kota yang mati.

Vera dan Miya mengambil meja di dalam kafe, terletak di sudut ruangan yang jarang dilalui siapa pun. Di sana, mereka dapat berbicara tentang apa pun, termasuk pembicaraan berat yang harus mereka perbincangkan sejak awal. Namun, sebelum memulai membicarakan topik berat, Miya lebih dulu memesan Cappucino hangat. "Kau ingin apa, Sayangku?"

"Chocolate Hazelnut," pinta Vera kepada pelayan wanita yang berdiri di samping meja mereka. Segera setelah pelayan itu mengulang pesanan para pengunjungnya, dia langsung menunduk pergi dari sana.

"Aku sungguh terkejut perihal Clark," mulai Miya dengan wajahnya yang menunjukkan rasa prihatin. "Dia pria baik yang cukup menarik. Kau mengenalnya juga, bukan?" Vera mengangguk. "Ah, kuharap tidak terjadi apa pun kepadanya. Sudah cukup Alex yang bertemu dengan jalan buntu kehidupan, tidak dengan anggota yang lain."

Vera tertegun. "Alex?"

"Ya," angguk Miya. "Kami selalu bertujuh sejak awal kelompok kami dibentuk, dan kau sudah bertemu sebagian besar dari kami."

"Maksudmu, Jennar, Jessica, Jacob, Clark, Alex, dan dirimu?"

"Ditambah dengan Serana." Lagi-lagi, Miya mengangguk. "Benar. Jennar adalah orang yang membuat kelompok kerja itu karena Agency menyuruhnya. 'Untuk tugas-tugas spesial,' dia bilang. Kelompok kami awalnya ditugaskan untuk mencari beberapa orang untuk diajak bergabung dengan Cahaya, tetapi tidak jarang juga ditugaskan untuk membunuh orang-orang yang menentang Cahaya."

"Tunggu sebentar," potong Vera yang merasa janggal. "Kalian adalah kelompok yang Agency bilang tadi? Orang-orang yang bertugas untuk membunuh para pengkhianat Cahaya?"

Miya menggeleng cepat. Saat itu, minuman mereka sudah tiba, lantas Miya meminum Cappucino-nya sebelum menjawab pertanyaan Vera, sekaligus menunggu si pelayan pergi dari hadapan mereka. "Dia membicarakan Mask of Janus," jawab Miya dengan suara dingin yang tidak cocok dengan wajah cerianya yang berubah murung. 

"Mask of Janus--atau kami biasa memanggilnya sebagai Topeng Dua--adalah agen rahasia yang bertugas untuk membunuh para pengkhianat, bukan kami. Kelompok kami hanyalah kelompok yang bertugas untuk menghapus keberadaan orang-orang yang menentang Para Cahaya, seperti para mafia dan orang-orang yang dapat mengancam alur politik dunia. Bedakanlah dengan para pengkhianat. Pengkhianat adalah mereka yang ikut bergabung dengan Organisasi tetapi justru membocorkan informasi internal atau melakukan hal lain yang bersifat merugikan Organisasi. Kami hanya membunuh ikan-ikan kecil yang menghalangi sorotan Cahaya, sedangkan Topeng Dua adalah sebuah sabit tajam yang bahkan para Kepala Departemen tidak berani untuk meminta bantuan kepadanya."

Vera terbata. "K-kalian ... berarti--"

"Ya," angguk Miya. "Kami adalah para pembunuh. Namun, tidak semudah itu untuk dijelaskan." Miya kembali meminum minumannya sampai tinggal setengah. Setelah itu, barulah dia kembali berbicara. "Organisasi kita, Cahaya, memiliki beberapa departemen di dalamnya, yang--tentu saja--memiliki pekerjaannya masing-masing. Terdapat Departemen Sosial, Departemen Teknologi, Departemen Politik--ya, benar-benar terdengar konyol untuk dipikirkan, tetapi mereka benar-benar ada--lalu ada Departemen Ekonomi. Departemen terbesar adalah Departemen Sosial yang memiliki ratusan agen lapangan, lalu diikuti oleh Departemen Politik dengan agen-agen di badan pemerintahan tiap negara, Departemen Ekonomi yang menancapkan taringnya di tiap bank di seluruh pelosok dunia, dan Departemen Teknologi yang diisi oleh para ilmuan gila. Semuanya memiliki tujuan pekerjaan mereka masing-masing, tetapi jika ingin dilihat yang mana yang lebih mengambil peran penting, maka aku akan menjawab Departemen Sosial.

"Semua departemen itu masing-masing dipimpin oleh satu orang. Di Departemen Sosial, Agency-lah yang memegang ahli dalam segala misi, sedangkan departemen yang lain memiliki ketuanya masing-masing. Semua Ketua Departemen dipimpin oleh satu orang, yaitu Ketua Organisasi, Ketua Para Cahaya, atau kami biasa memanggilnya dengan Sang Sumber Cahaya. Nama orang itu adalah Augusta FitzClarence. Dialah yang memegang kuasa penuh di dalam Cahaya."

"Jadi kalian ...." Vera melotot meski sempat dia tahan.

"Bukan," ketus Miya. "Kami bukanlah pembunuh ... meski kami membunuh orang. Oh, demi Tuhan, ini benar-benar kompleks! Begini, Vera, di dalam Departemen Sosial, terdapat pembagian kerja, pembagian kelompok, dan tidak jarang terdapat juga pembagian teritorial dalam melakukan pekerjaan. Departemen Sosial tidak hanya bertugas untuk membunuh orang, tetapi juga mencari informasi para penentang Organisasi, melindungi agen dari departemen lain--terutama agen Departemen Teknologi yang bertubuh lemah--juga pekerjaan lain yang berhubungan dengan dunia sosial di luar Organisasi. 

"Diriku, Jennar, Jessica, Jacob, Serana, Alex, dan Clark dibuat menjadi kelompok memang atas izin dari Agency. Kami diberikan misi-misi yang jarang agen dari Departemen Sosial lain dapatkan, yaitu memburu para penentang Organisasi. Kaulihat, para mafia, Mafia Zeturmhellm, contohnya, adalah sekumpulan mafia yang benar-benar berbahaya. Tentu, satu orang saja tidak cukup untuk melumpuhkan mereka. Maka dari itu, Agency membuat kelompok untuk memburu mereka. Meskipun sudah dibuat kelompok, kami bahkan hanya bisa membunuh sedikit dari mereka, itu pun yang terlemah. Intinya, kelompok kami bukanlah para pembunuh seperti yang kaukira. Kami membunuh untuk pekerjaan sekaligus menghapus mereka yang sudah jelas bermain terlalu dalam di dunia gelap. Kami adalah ... pahlawan, jika ingin dibilang," kata Miya dengan wajah berseri dan tangan terbuka. Dia seakan benar-benar bangga dengan apa yang dia lakukan di hari-harinya.

Vera akhirnya mengerti dengan Organisasi itu, tetapi ada satu pertanyaan yang menempel lekat di kepalanya. "Apa tujuan Organisasi?" tanya Vera dengan mata hijau yang memicing selidik. "Mengapa mereka membunuh para mafia tetapi tidak membunuhku yang juga seorang mafia?"

Miya tersenyum tipis sebelum menjawab. Dia bahkan sempat menghabiskan minumannya terlebih dahulu sebelum kembali menatap Vera tepat di matanya. "Tujuan kami adalah melindungi segenap umat manusia," singkat Miya. "Kami tidak memedulikan agama, pandangan politik, latar belakang ekonomi, atau apa pun juga. Kami ingin memastikan agar manusia tidak berakhir membunuh diri mereka sendiri. Kau dapat melihat sendiri apa yang ekonomi sebuah negara dapat berdampak kepada masyarakatnya, membuat mereka tidak dapat makan dan berakhir nahas hanya karena dampak politik dan ekonomi dari badan pemerintahan. Kau juga pasti tidak asing dengan tragedi Salem Witch Trial, sekumpulan orang yang membunuh masyarakatnya hanya karena isu bodoh yang tidak realistis sedikit pun. Intinya, kami adalah badan Organisasi yang harus menghentikan semua kebodohan manusia sebelum mereka membunuh diri mereka sendiri, bahkan kami turun tangan untuk menghentikan Perang Dunia yang berhasil merenggut banyak sekali nyawa. Cahaya tidak ingin semua tragedi bodoh itu terulang kembali.

"Para mafia, di lain pihak, adalah para pengganggu, perusak dunia karena menjual barang-barang ilegal ke sembarang orang. Mereka melumpuhkan anak-anak kecil dengan narkoba, menjual senjata ilegal kepada para psikopat, dan menghancurkan kehidupan orang lain hanya karena alasan uang. Mereka ingin kaya tetapi menghancurkan kehidupan orang lain. Orang-orang seperti itu adalah hama bagi Para Cahaya ..., termasuk dirimu." Miya memicing di kalimat terakhirnya. Kata-kata yang dia keluarkan sungguh tajam di telinga Vera, tetapi entah mengapa seutas senyum tipis tetap berada di bibir Miya. Dia kembali berbicara. 

"Alasan kau tidak dieksekusi sebagaimana para mafia yang lain bukanlah sebuah hal yang patut untuk kupikirkan dan kukomentari. Bagaimanapun, sudah menjadi pekerjaan kami untuk membunuh kalian, tetapi bukan pekerjaan kami untuk mengurusi perintah atasan. Jika Agency mengharuskan dirimu untuk dibunuh, maka Jessica sudah membunuhmu sebelum kau sempat mendengar suara senapannya. Itu adalah sebuah keanehan untuk Agency berupah pikiran. Biasanya, dia tidak akan begitu memikirkan seberapa penting sebuah nyawa seseorang, tetapi dengan dirimu, dia berubah pikiran." Miya mendorong gelas minumannya. "Anggaplah itu sebuah berkat darinya."

Vera mengangguk kaku karena menyadari seberapa beruntung dia. Jika kemarin Vera terus menolak ajakan Jennar, maka tidak hanya nyawa orang-orang yang dia cintai yang akan dihabisi oleh Cahaya, tetapi juga miliknya. Semua itu akan berubah jika saja Vera menolak. Bodohnya, Vera baru sadar akan hal itu sekarang.

"Jadi," kata Vera dengan suaranya yang serak untuk beberapa detik. "Jadi, apa yang kelompokmu lakukan sekarang?"

Miya menggeleng lemas. "Serana pergi memata-matai Mafia Zeturmhellm, Jennar akan kembali sebentar lagi, Jessica pergi mengurus misi selanjutnya, Jacob pasti sedang menikmati waktu senggangnya, sedangkan diriku harus menemanimu seharian."

Vera menolak cepat. "Kau tidak perlu menemaniku."

"Tidak bisa, Vera. Agency sudah memerintahkanku untuk terus bersamamu seharian. Itu adalah bayaran dari misiku yang tidak sempat kulakukan."

"Maksudmu?" Vera menyelidik lagi.

"Kaulihat, tujuan dari misi kelompokku kemarin adalah mengajakmu untuk bergabung dengan Cahaya, tetapi aku tidak berada di sana untuk menyelesaikannya bersama-sama dengan yang lain. Itu karena aku harus menetap di London dan melakukan misi lain."

"Mengapa?"

"Karena Alex meninggal," kata Miya dengan helaan napas di akhir kalimatnya. "Malam itu, aku seharusnya bersama dengan Alex untuk mencari informasi tentang kapan kau akan kembali ke Denmark setelah menyelesaikan pekerjaanmu di London. Saat itu, aku sedikit terlambat untuk bertemu dengannya di tempat perjanjian, tetapi ketika aku sampai di sana, Alex sudah tidak ada. Dia pergi entah ke mana. Sehari berikutnya, Jennar memberitahuku bahwa Alex sudah meninggal. Mayatnya tergeletak di lorong gelap di pinggiran kota London.

"Aku, Jacob, dan Jessica pergi untuk mencari pembunuh Alex, tetapi aku mendapatkan informasi bahwa besok kau akan kembali ke Denmark dan misi harus tetap dijalankan. Alhasil, Jacob dan Jessica harus pergi menyelesaikan misi sedangkan aku berkeras hati untuk mencari pembunuh sahabatku. Untungnya, Agency membiarkanku untuk tinggal di London selagi yang lain pergi mengejarmu. Hal berikutnya yang kutahu tentang misi itu adalah Minno Leith, si anak emas Agency, dikirim menggantikanku.

"Hal yang sangat disayangkan tentang Alex adalah diriku yang tidak dapat menemukan pembunuhnya. Aku sudah menonton semua rekaman video jalan di sekitar tempat kejadian, membaca hasil autopsi mayat Alex, bahkan sampai turun ke lapangan langsung untuk mencari petunjuk si pelaku. Sayangnya, aku tidak dapat menemukan apa pun selain sebuah rekaman yang sangat membuatku kesal. Rekaman itu adalah rekaman yang berhasil menangkap sosok pelaku, tetapi tidak dengan wajahnya. Si keparat itu menggunakan topeng."

Vera bergidik ngeri. "Mask of Janus?"

Miya mengakui. "Besar kemungkinan," katanya, "Jessica juga berpikir seperti itu. Namun, jika memang dia yang membunuh Alex, berarti Alex adalah seorang pengkhianat. Tentu, aku tidak akan begitu memikirkannya jika Alex memang pengkhianat, tetapi apa kesalahan yang dia lakukan? Aku sudah mencari semua data-datanya, mencari semua hal sensitif tentang Organisasi yang mungkin Alex perjual-belikan atau kesalahan lain yang mungkin si bodoh itu lakukan. Namun, aku tidak menemukan apa pun. Pembunuhan Alex benar-benar seperti ... tidak beralasan."

Akhirnya, semua itu dapat dimengerti. Vera memikirkan perkataan Minno yang menuduh bahwa Jennar membuang-buang waktu di misi ini, tetapi itu salah. Jennar tidak membuang-buang waktu karena dia ingin untuk begitu, tetapi karena anggota kelompoknya baru saja meninggal. Vera juga akhirnya mengerti mengapa Minno menganggap dirinya lebih tinggi daripada kelompok Jennar, itu karena memang dia adalah anak emas Agency yang sudah pasti dibiarkan bekerja sendirian dan belum pernah merasakan kegagalan. Vera juga mulai mengerti mengapa Jessica tidak menyukainya, itu mungkin karena dia setuju dengan Minno untuk membunuh Vera atau bahkan dia menyalahkan Vera atas kematian Alex. Mungkin. Ya, semua itu mungkin saja. Setidaknya, itu semua sudah jelas di mata Vera sekarang.

Namun, terdapat satu pertanyaan lagi yang tiba-tiba muncul di benaknya. "Siapa sebenarnya Mask of Janus?" tanya Vera. "Dia terdengar benar-benar menakutkan."

Miya mengakui itu. "Tidak banyak yang kutahu tentang Mask of Janus. Beberapa rumor berkata bahwa Mask of Janus adalah nama sebuah kelompok pembunuh yang memang bertugas untuk membunuh para pengkhianat, tetapi ada juga yang berkata bahwa Mask of Janus hanyalah sebuah kode nama seorang agen. Aku tidak yakin yang mana yang benar, tetapi dari rekaman yang kudapatkan saat Alex meninggal, pria itu memakai Topeng Janus untuk menutupi identitasnya. Aku yakin itu dia. Selain itu, aku juga ..." Miya mendekat, mulai berbisik seakan memaksa Vera untuk ikut mendekat dengannya, "aku juga mendapatkan sebuah dokumen rahasia milik Sang Sumber Cahaya--Augusta FitzClarence. Dokumen itu berisikan tentang sebuah eksperimen pemindahan energi kehidupan dari satu orang ke orang lainnya, membuat orang itu lebih kuat daripada manusia normal. Aku tidak begitu yakin jika eksperimen itu benar-benar dilakukan dan berhasil karena tidak ada dokumen lain yang membahas isi dokumen itu, tetapi satu hal yang pasti, di dalam dokumen itu, terdapat sebuah hipotesis untuk menciptakan manusia buatan yang dapat mendominasi dunia. 'Untuk sebuah keagungan yang lebih besar,' kata dokumen itu. Jika memang eksperimen itu benar-benar dilakukan, aku tidak dapat berpikir adanya orang lain sebagai hasil yang sempurna selain Mask of Janus. Bagaimanapun, dia tidak terlihat seperti seorang manusia biasa. Dia terlihat seperti ... monster."

Vera dapat merasakan ketakutan di punggung tangannya yang menegang, tetapi dia juga merasa tertarik. "Selain itu?" dia penasaran seperti apa Mask of Janus yang legendaris itu. "Apa yang kautahu tentang Mask of Janus?"

"Tidak banyak, Sayangku. Yang kutahu selain itu hanyalah rumor yang mungkin tidak benar keberadaannya."

"Katakan," pinta Vera, jadi Miya terasa seperti terpaksa.

"Beberapa rumor percaya bahwa Mask of Janus memiliki nama asli yang merupakan sebuah emosi, tepat seperti topeng yang dia pakai. Sedih, takut, kesal, senang, marah, gelisah, dan lainnya, seperti itulah nama asli mereka--tentu saja, rumor ini terdengar seperti dibuat-buat. Selain itu, banyak sekali rumor yang beredar bahwa Mask of Janus adalah seorang pemahat, atau seseorang yang mengisi hari-harinya dengan membuat topeng. Rumor lain juga berkata bahwa Mask of Janus terdiri dari dua orang, satu bertopeng senyum sedangkan yang lain bertopeng sedih ..., si kembar yang tidak dapat terpisahkan."

Kembar? Entah, Vera tidak pernah bertemu dengan anak-anak kembar, tetapi dengan seorang pemahat? Oh, Tuhan, kaki Vera sampai gemetar mendengar perkataan Miya karena Rob, Ayahnya, saat bertemu dengan Vera terakhir kali, pria itu membawa sebuah ransel yang penuh dengan topeng kayu. Entah, memang terdengar kebetulan, tetapi jika harus dipikirkan lebih dalam, maka Rob benar-benar mencurigakan. 

Rob hanya satu kali bertemu dengan Vera karena dia sibuk dengan pekerjaannya. Dia membawa ransel penuh dengan topeng. Dia adalah pria misterius yang bahkan Vera tidak tahu seperti apa latar belakang keluarganya, ekonominya, bahkan tidak dengan dunia sosialnya sedikit pun. Pria itu benar-benar tidak tersentuh dan aneh. Namun, itu hanyalah asumsi belaka. Itu hanyalah pikiran paranoid Vera yang menebak-nebak siapa yang dapat menjadi Mask of Janus di dalam dunia sosialnya. Vera bahkan sempat berpikir bahwa mungkin Minno dan Nero benar-benar anak kembar dan merekalah Mask of Janus--benar-benar bodoh sampai Vera tersenyum sendiri ketika memikirkan seberapa bodohnya dia sekarang.

Miya membuat lamunan Vera buyar dengan sebuah kalimat. "Minumlah minumanmu, Vera. Barulah setelah itu, aku akan mengantarmu ke flat yang akan menjadi tempat tinggalmu sejak kini."

Vera mengangguk, lalu meminum minumannya sampai habis. Setelah itu, mereka pergi dari kafe dan menaiki taksi di pinggir jalan. Selama di dalam taksi, tidak ada dari mereka yang berbicara. Suasana saat itu akan menjadi hening jika suara kendaraan lain tidak terdengar. Namun, suasana hening itu benar-benar menjadi hening absolut ketika Miya menarik ponsel dan menjawab telepon yang datang. 

"Mayat Clark sudah ditemukan. Clark Nolan sudah meninggal." Miya melotot, napasnya berburu, dan bibirnya memucat seketika. "Dan Minno Leith menjadi tersangkanya."

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (49)
  • rara_el_hasan

    wah keren ...

    Comment on chapter Prologue
  • felitas3

    @SusanSwansh hm mendadak kesal

    Comment on chapter The Tallest Tree
  • SusanSwansh

    @quinheillim siap Sob. Nanti aku belajar lagi. Emang EBIku lemah. Aku akui itu. Hehee.

    Comment on chapter The Tallest Tree
  • quinheillim

    @SusanSwansh Yoeeeey, KBBI sama PUEBI standar soalnya, hukum penulisan. Kalau keliru dalam penggunaannya sih jadi rada bias status kita sebagai penulis atau bukan, lol

    Comment on chapter The Tallest Tree
  • SusanSwansh

    @quinheillim iya Kak. Sudah baca. Thnks KriSarnya. Membangun banget. Nanti ku revisi ulang. Dan bljr lg Ebi nya.

    Comment on chapter The Tallest Tree
  • quinheillim

    @SusanSwansh Syudaaaaah dikomentariiin, silakan buka hasil komentarnyaaa di cerita lu yang bahas pembunuhan sama nikah2an, yang ada karakter Pierre

    Comment on chapter The Tallest Tree
  • SusanSwansh

    @felitas3 wkwkwk. Jauh lah Fel. Kamu di palembang aku di Ciamis. Hooohoooo

    Comment on chapter The Tallest Tree
  • felitas3

    @SusanSwansh loh? Hm. Fakta kak fakta. Itu buktinya lapak kita beda jauh. Wkwk.

    Comment on chapter The Tallest Tree
  • SusanSwansh

    @felitas3 wkwkwk. Wadaw. Jangan didengerin si Feli. Dia memang suka berlebihan.

    Comment on chapter The Tallest Tree
  • SusanSwansh

    @quinheillim wow. Ini pasti seru. Tapi jangan kaget ya Kak. Mungkin banyak typonya. Dan sudah nggak bisa diedit lagi. Hehe.

    Comment on chapter The Tallest Tree
Similar Tags
Rumah Jingga.
2020      766     4     
Horror
"KAMU tidAK seharusnya baca ceritA iNi, aku pasti meneMani di sAmpingmu saaT membaca, karena inI kisahku!" -Jingga-
Mic Drop
363      288     2     
Fan Fiction
Mic Drop (Ethereal/7 Raga 1 Asa) Ethereal adalah boy band ternama dari kahyangan (langit lapis ke-7) beranggotakan 7 pangeran tampan (MarJinny, MarYoonGa, MarJayHop, MarJooni, MarChimmy, MarTaeVi, dan MarJuki). Selain berparas tampan, mereka juga memiliki suara yang indah, sehingga dijuluki the golden voices alias suara emas. Masing-masing anggota memiliki mic dengan warna yang berbeda. Se...
Navia and Magical Planet
430      302     2     
Fantasy
Navia terbangun di tempat asing tak berpenghuni. Pikirnya sebelum dia dikejar oleh sekelompok orang bersenjata dan kemudian diselamatkan oleh pemuda kapal terbang tak terlihat bernama Wilton. Ah, jangan lupa juga burung kecil penuh warna yang mengikutinya dan amat berisik. Navia kaget ketika katanya dia adalah orang terpilih. Pasalnya Navia harus berurusan dengan raja kejam dan licik negeri ters...
Edelweiss: The One That Stays
1385      589     1     
Mystery
Seperti mimpi buruk, Aura mendadak dihadapkan dengan kepala sekolah dan seorang detektif bodoh yang menginterogasinya sebagai saksi akan misteri kematian guru baru di sekolah mereka. Apa pasalnya? Gadis itu terekam berada di tempat kejadian perkara persis ketika guru itu tewas. Penyelidikan dimulai. Sesuai pernyataan Aura yang mengatakan adanya saksi baru, Reza Aldebra, mereka mencari keberada...
A.P.I (A Perfect Imaginer)
105      88     1     
Fantasy
Seorang pelajar biasa dan pemalas, Robert, diharuskan melakukan petualangan diluar nalarnya ketika seseorang datang ke kamarnya dan mengatakan dia adalah penduduk Dunia Antarklan yang menjemput Robert untuk kembali ke dunia asli Robert. Misi penjemputan ini bersamaan dengan rencana Si Jubah Hitam, sang penguasa Klan Kegelapan, yang akan mencuri sebuah bongkahan dari Klan Api.
Hei, Mr. Cold!
266      220     0     
Romance
"Kau harus menikah denganku karena aku sudah menidurimu!" Dalam semalam dunia Karra berubah! Wanita yang terkenal di dunia bisnis karena kesuksesannya itu tak percaya dengan apa yang dilakukannya dalam semalam. Alexanderrusli Dulton, pimpinan mafia yang terkenal dengan bisnis gelap dan juga beberapa perusahaan ternama itu jelas-jelas menjebaknya! Lelaki yang semalam menerima penolakan ata...
La Nuit
10849      2048     8     
Mystery
La Nuit artinya Malam, yang diambil dari bahasa Prancis. Mengisahkan 3 remaja yang masih duduk di bangku sekolah menengah, mencari bukti yang membuat kakak tiri Ren meninggal dan juga kecelakaan orang tua Gemi. Pelaku tersebut, belum di tangkap, sampai akhirnya salah satu dari mereka menjadi korban.
The Maiden from Doomsday
9903      2134     600     
Fantasy
Hal yang seorang buruh kasar mendapati pesawat kertas yang terus mengikutinya. Setiap kali ia mengambil pesawat kertas itu isinya selalu sama. Sebuah tulisan entah dari siapa yang berisi kata-kata rindu padanya. Ia yakin itu hanya keisengan orang. Sampai ia menemukan tulisan tetangganya yang persis dengan yang ada di surat. Tetangganya, Milly, malah menyalahkan dirinya yang mengirimi surat cin...
Pertualangan Titin dan Opa
3032      1182     5     
Science Fiction
Titin, seorang gadis muda jenius yang dilarang omanya untuk mendekati hal-hal berbau sains. Larangan sang oma justru membuat rasa penasarannya memuncak. Suatu malam Titin menemukan hal tak terduga....
Hidden Path
5120      1328     7     
Mystery
Seorang reporter berdarah campuran Korea Indonesia, bernama Lee Hana menemukan sebuah keanehan di tempat tinggal barunya. Ia yang terjebak, mau tidak mau harus melakukan sebuah misi 'gila' mengubah takdirnya melalui perjalanan waktu demi menyelamatkan dirinya dan orang yang disayanginya. Dengan dibantu Arjuna, seorang detektif muda yang kompeten, ia ternyata menemukan fakta lainnya yang berkaita...