Dering handphonenya membuatnya terjaga dari lamunannya, Tony segera menggeser tanda telepon pada layar untuk menjawab.
"Ya?"
"Om, untuk apa kau masih berada disana? Kemarilah ... semua sudah selesai. Aku dan calon bayimu membutuhkanmu." Suara lirih itu membangunkan kesadarannya bahwa terlepas dari kematian Windy, hidupnya masih berjalan dan tanggung jawab baru menantinya. Tony menggumamkan sesuatu, kemudian memutuskan sambungan telepon itu.
Ia menarik nafas panjang, tubuhnya merasa sangat lelah. Baru kemarin upacara kremasi untuk Windy diadakan dan sekarang ia telah merindukan wanita itu. Ia mencintainya dengan sepenuh hati. Tony juga merindukan suasana ruangan ini yang dulunya penuh pertengkaran dan kemesraan dengan Windy, sekarang mati tak berasa. Tidak ada lagi yang tersisa. Dengan malas ia bangkit dari duduknya dan keluar menuju lift.
Lelaki itu berjalan gontai menyusuri lorong apartment lantai 15 yang ditutupi karpet, dalam cahaya lampu yang temaram kemudian berbelok ke kiri kemudian berhenti sebelum pintu darurat. Posisi apartment wanita itu berada disana, di sebelah tempat terjadinya perkara.
Perlahan diketuknya pintu itu sambil memanggil lembut penghuni di dalamnya, "Luisa?"
@ellyzabeth_marshanda it's real beib <3
Comment on chapter 02.