Aku tak menyangka hari itu adalah pertemuan terakhir kali kita, mungkin orang lain akan merasa hal tersebut adalah hal yang biasa namun bagiku tanpa hari mungkin aku tak tahu arti cinta sejati.
3 tahun yang lalu......
Setelah sekian lama aku tinggal di Amerika untuk menempuh studi kedokteran aku pulang ke rumah untuk menghabiskan liburan setelah menyelesaikan ujian skripsi, di bandara aku disambut papaku dan sopirnya. Tak terlihat mamaku disana, mungkin dia sedang sibuk dengan pasiennya pikirku. Papaku begitu hangat memelukku, mungkin karena aku terlalu fokus dengan kuliahku sehingga aku jarang pulang.
Setelah aku berada di rumah, kulihat grup media sosial SMA di Facebook yang mengadakan reunian. Terbesit di bayanganku akan jadi seperti apakah teman- teman SMA ku, meskipun masih beberapa tahun tidak ketemu pasti ada hal yang berubah dari mereka
Singkat cerita pada acara reunian yang digelar tersebut semakin menjalin keakraban kami. Dan hari itu tak terpikirkan olehku bahwa salah seorang teman lelaki ku mengutarakan cinta kepadaku. Meskipun sangat mendadak, namun hal tersebut adalah yang kutunggu sekian lama. Kami sudah berteman sejak lama bahkan sejak SMP dan tumbuh sedikit bulir- bulir cinta di hati.
Aku dan dia menghabiskan waktu bersama bukan sebagai sahabat dia seperti dulu, namun aku sekarang menjadi pacarnya. Sedikit merasa tak menyangka karena dia juga merasakan getar cinta yang sama. Pergi ke wahana hiburan menjadi kencan pertamaku dan dia, kita menghabiskan waktu hingga malam hari
Sesampainya di rumah, aku mendapati mamaku berdiri di depan pintu rumah sambil memasang wajah marahnya. Mamaku langsung memarahiku dan mengatakan bahwa anak perempuan tidak sepantasnya pulang larut malam apalagi bersama lelaki, bahkan mamaku mengatakan bahwa sebagai calon dokter aku harus bisa menjadi teladan dan fokus dengan kuliah bukan bermain main dengan cinta. Tanpa terasa air mataku berlinang, aku langsung berlari menuju kamar tanpa melakukan pembelaan. Mamaku menyusul ke kamarku dan mengatakan di depan pintu kamar kalau aku harus memutuskan pacarku. Sakit.... itu hal yang kurasakan, aku baru saja mencintai seseorang namun aku harus berpisah dengannya. Tidak.... aku tak ingin putus dengannya, aku harus menemukan caranya.
Pagi itu aku mengajak bertemu dengannya di restauran pinggir kota. Aku menunggunya lama, lalu datanglah sms darinya yang mengatakan agar aku menunggu di seberang restauran tempat kami bertemu, aku bingung apa yang terjadi. Lalu aku menununggu di seberang restauran, namun tiba- tiba mulutku dibekap oleh seseorang. Aku meronta, apakah ini penculikan? Dari belakang orang tersebut mengatakan. “Kamu tenang, Revand (nama pacarku) sedang menuju kesini, di restauran itu ada Mamamu” dan benar saja ketika kulihat kearah restaurant ada Mamaku yang mencari- cari keberadaanku.
Tak beberapa lama mobil Revand berhenti di depanku, orang dibelakangku melepaskanku dan aku buru- buru masuk ke mobil. Revand mengatakan bahwa Mamaku menelponnya tadi pagi dan menyuruh untuk tidak mendekatiku, sejujurnya dia tidak ingin putus denganku dan berjanji akan setia menjagaku, maka satu satunya cara agar kita bisa bersama adalah dia harus datang ke rumahku dan meminta izin untuk menikahi. Dia menyanggupi namun dia meminta waktu beberapa minggu.
Kuputuskan untuk kabur dan tinggal di rumah bibiku yang ada di pedesaan. Bibiku (adik papaku) adalah orang yang baik, dia sudah menganggapku sebagai anaknya karena dia tidak mempunyai anak perempuan. Ketiga anak lelakinya sudah menikah dan tinggallah bibi dan pamanku, bibiku senang ketika kita aku mengatakan akan menginap di rumahnya selama beberapa minggu sambil berharap agar Mamaku tidak menemukan keberadaanku disini dan Revand segera melamarku.
Sepertinya hanya butuh waktu 2 hari untuk menemukan keberadaanku dan mamaku langsung membawaku pulang, aku menangis kembali. Papaku menenangkan mamaku agar tidak terus menerus memarahiku. Sepanjang perjalanan suasana hening.
Berhari- hari setelah kejadian itu aku merenung dan berharap agar Revand segera melamarku, aku selalu menghindari bertemu dengan Mama. Aku masih marah dengan perlakuan Mamaku yang memaksakan kehendaknya padaku, terlebih mamaku mengatakan kalau Revand orang yang tak pantas bagiku. Sakit. Dan hal yang lebih menyakitkan ketika kulihat di grup Facebook SMA ku terdapat sebuah foto undangan pernikahan dan banyak ucapan mendoakan, undangan pernikahan Revand yang akan diselenggarakan bulan depan. Aku menangis histeris sampai mengakibatkan aku jatuh sakit.
Setelah kejadian itu mamaku berusaha untuk menghibur dan bersikap hangat kepadaku, meskipun masih tersisa rasa sakit dihati, namun aku berusaha melupakan segalanya dan mulai hidup baru. Aku mendaftar tutor di lembaga belajar untuk mengisi sisa liburanku, meskipun lucu juga bahwa seorang dokter malah menjadi pengajar anak- anak SMP.
Mamaku menyiapkan makan pagi yang cukup banyak, tidak seperti hari biasanya. Padahal papaku sedang melakukan perjalanan bisnis keluar negeri selama 2 minggu. Mama mengatakan bahwa akan diberikan kepada seseorang yang semalam sudah mengantarkan ke Rumah sakit (mamaku adalah seorang dokter bedah yang pekerjaannya hingga larut malam, terkadang pergi malam hari ketika tindakan operasi harus dilakukan malam itu juga, sedangkan mamaku tidak bisa mengendarai mobil). Terpancar raut wajah bahagia. Setelah kuselidiki ternyata orang yang mengantarkan mama ke rumah sakit adalah teman kakak laki-lakiku. Dia bahkan sering mengantar jemput mamaku dan mama sepertinya lebih senang dibandingkan diantar oleh sopir.
Siang itu kakak lelakiku mengabarkan akan segera pulang, dia mengatakan akan menjemputku di lembaga belajar. Aku tak sabar ingin bertemu dengannya, terakhir aku bertemu adalah saat aku kelahiran anak pertamanya di Jepang tahun lalu. Dan sore pun tiba, aku menunggu di luar meskipun hujan menerpa. Tak beberapa saat ada mobil yang berhenti di depanku dan seseorang keluar sambil membawa payung agar aku tidak kehujanan. Namun dia bukan kakakku, dia adalah teman kakakku, aku mencoba berpikir positif dengan mengira mungkin kakakku terlalu capek perjalanan karena dia juga membawa serta anak dan istrinya.
Mobil hitam menerjang hujan dengan gagahnya, namun di dalam mobil aku hanya terdiam sambil mendengarkan musik yang mengalun dari radio yang disetel. Dia memecah keheningan dengan menanyakan kabarku dan menanyakan seputar aktivitas mengajarku. Namun mobil itu tidak mengantarkanku ke rumah namun ke sebuah mall, dia mengatakan bahwa ada sesuatu yang harus dibeli, kami mengarah ke toko mainan anak- anak. Dia membeli boneka teddy bear besar yang akan dihadiahkan ke keponakanku. Lalu dia mengajakku untuk makan malam, aku sedikit merasa canggung dan tidak menyukai hal tersebut. Yang lebih mengejutkan adalah dia tahu makanan kesukaanku. Disitu aku merasa marah namun kutahan. Aku mencoba tersenyum sambil menikmati hidangan.
Ketika di mobil dia terus menerus mengajakku mengobrol dan terkadang melemparkan lelucon. Dan tanpa terasa aku menangis dan mengatakan “Kenapa kamu melakukan ini? Menjemputku, mengajakku ke mall, mengajakku makan seoalah- olah kita berkencan. Apakah maksud tersembunyimu?” aku terus menangis tanpa henti dan dia berusaha menenangkanku sambil mengatakan dia tidak bermaksud apapun. Aku terus berpikir apakah ini adalah rencana mamaku, sebegitu inginnya Mamaku untuk mengatur hidupku bahkan untuk urusan percintaan.
Ketika sampai di depan rumah amaraku memuncak sambil mengatakan. “Kalau kamu serius denganku, bawa orangtuamu dan nikahi aku” dan aku langsung meninggalkannya berlari masuk menuju rumah.
Keesokan harinya aku terbangun dengan mata sembab, namun aku bahagia ketika mendapati tingkah lucu keponakanku, dia lalu merangkak menuju boneka teddy bear besar yang semalam dibeli oleh lelaki itu. Sepertinya keponakanku menyukainya, namun sedikit rasa nyeri berdenyut di hati mengingat kejadian semalam. Lalu pada sore harinya aku dan keluargaku (tanpa mamaku karena merasa tidak enak badan) pergi jalan- jalan ke mall. Sudah lama aku tidak merasakan kegembiraan ini. Lalu handphoneku berbunyi dan tertera nama Mama di layar. Aku menjawab dan mama diseberang telepon mengatakan untuk segera pulang namun nadanya seperti orang gugup, aku khawatir mengingat Mama tidak ikut karena sakit. Segera kami bergegas pulang
Sesampainya disana kulihat Mamaku terduduk di kursi ruang tamu, lalu aku memeluknya dan dia mengatakan ada seseorang yang datang ke rumah sambil membawa sebuket bunga untukku. Kulihat terdapat surat di dalamnya yang berisi permohonan maaf karena hari ini orangtuanya masih perjalanan bisnis sehingga tidak bisa mengajaknya ke rumahku dan berjanji besok untuk bertemu di restauran. Seketika aku menangis antara senang dan sedih.
Esok paginya mama menemuiku sambil mengatakan apapun yang terjadi jangan sampai aku menolak lamarannya dan menjalani dahulu. Dan sampailah kami disana dan lelaki itu telah menungguku bersama kedua orang tuanya. Dia membuka pembicaraan dengan mengatakan bahwa dia ingin melamarku, lalu dengan mantap aku berbicara untuk melangsungkan pernikahan bulan depan karena aku harus kembali kuliah. Mama dan papa terkejut apalagi kedua orang tuanya, namun dia hanya tersenyum dan mengatakan bersedia. Aku tak menyangka dia adalah pemilik salah satu hotel yang terkenal sehingga meskipun aku menggelar pernikahan bulan depan, mudah baginya untuk mempersiapkannya.
Seminggu sebelum hari pernikahan dia mengajakku bertemu dan mengatakan mengenai rahasia yang harus aku tahu, awalnya dia ragu namun karena sebentar lagi aku menjadi istrinya sehingga aku harus tahu bahwa dia menyesali beberapa hal yaitu orang yang membekapku saat itu adalah dia sehingga aku bisa bersama Revand karena Revand meminta bantuan sebagai sepupunya untuk membawaku keluar sebelum Mama datang, lalu dia mengatakan bahwa saat itu Mamaku menelpon untuk menjemputku karena pesawat kakakku mengalami delay, takut kecewa maka dia berusaha mengulur waktu dan terakhir dia menyesali karena dia tidak segera melamarku di hari aku mengatakan untuk melamarku. Hari itu adalah pertemuan terakhir kali kita sebagai orang lain
Aku telah bersanding dengannya di depan penghulu dan dia mantap mengucapkan ijab qobul. Dan resmi sudah aku menjadi istrinya, satu hal yang ku kagumi adalah kamu dengan sabar menugguku dan kamu mendekatiku dengan indah yaitu mendekati kedua orangtuaku lebih dahulu. You’re my last and my true love
Rieneke Cahyani, sedang menempuh S1 Pendidikan Biologi UNESA, Mahasiswa Semester 4. Kumpulan karya berupa puisi pernah dimuat dalam koran Radar Bromo tanggal 29 Juni 2014