17. PAMERAN SENI
2 Tahun Kemudian…..
“Hai… semua?” sapaku pada mereka.
“Kau telat 3 menit 17 detik” ucap Timmo.
“Belum tiga jam” ucapku.
“Lebih baik aku pulang daripada nunggu tiga jam” ceplos Gio.
Meski aku telah kehilangan dirinya tapi aku merasa senang dan kuat kembali setelah orang tua yang kupikir mencampakkanku secara tidak langsung ternyata begitu pehatian melebihi perkiraanku. Ku yakin orang tuaku bukannya tidak ingin memarahiku atau sejenisnya tapi mereka sengaja tidak melakukannya karena kurasa itu hanya akan menambah beban untukku. Orang tuaku tahu seperti apa anaknya dan ku yakin karena mereka pernah muda, ia tidak menggubrisku masalah seperti itu.
Terima kasih tuhan karena kau telah memberikan kekuatan yang melebihi bom nuklir kepadaku. Radiasi yang telah diberikan orang tuaku sangatlah kuat dan akan kuberikan pula pada anakku kelak dan kepada keponakanku itupun jika sempat aku akrab dengannya lagi. perkataannya seperti cahaya yang selalu menerangiku disetiap waktu baik ketika aku membuka mata ataupun menutup mata.
“Ada apa denganmu Qirani?” Tanya Gio yang mungkin aneh melihat tingkahku.
“Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin berterima kasih kepada kalian karena telah menjadi teman terbaikku selama ini” ucapku tersenyum.
Rosella menyungginkan bibir, “Kau gila”
“Kau ini jujur sekali Ros” sahutku.
“Aku jatuh cinta lagi” ucapku datar.
“Hah… apa?”
“Ya, aku juga Qi!” sahut Timmo
“Plettaak…” jitak Rosella bak algojo. “Ingat sebentar lagi kau akan menikah”
Aku sangat beruntung karena memiliki teman seperti mereka meskipun mereka sedang sibuk mereka selalu memberikan waktu untukku. Aku memang lemah ketika aku harus terus mengingat masa lalu dan kini aku sedih ketika aku tak bisa melihat si ola dalam hidupku tapi aku akan lebih menderita jika aku harus kehilangan mereka karena bagiku mereka sudah menjadi keluargaku dan sangat mengerti diriku.
“Terus sekarang kau jatuh cinta pada siapa?” Tanya Rosella seraya menyeruput jus jeruknya.
“Brondong…” jawabku dengan senyum yang malu malu.
“Oh…, hah… apa!!!, brondong” ucap Rosella menelan air yang masih berkumpul di mulutnya.
“Biasa saja, memangnya ada yang salah! yang penting dia laki-laki” tepuk Gio ke Rosella.
“Sebenarnya aku juga tidak tahu, memang karena ia memiliki wajah yang irit atau memang umurnya masih muda”, aku mencoba menjelaskannya panjang lebar tentang criteria Ola yang aku sukai 2 tahun lalu.
“Tapi apa kau yakin? Aku rasa kau hanya mengaguminya, kau kan tidak mudah untuk jatuh cinta” ujar Rosella yang sangat tahu tentangku.
“Mungkin…” desahku, “tapi kini dia sudah tidak bisa kulihat lagi!”
“Maksudmu dia sudah tidak berkerja lagi atau..." Tanya Gio.
Aku hanya mengangguk, "Iya, dia sudah tidak bekerja lagi"
“Yang sabarnya Qirani, aku turut prihatin” ucap Timmo mengelus pundakku dengan wajah yang sangat memelas.
“Drama…” Teriak Rosella.
“Itu dua tahun yang lalu ketika aku melihat Timmo menangis karena ia akan menikah” ucapku mengejutkan mereka.
“Sebenarnya apa yang terjadi padamu? Timmo menangis?” terlihat urat kesal pada wajah Rosella.
“Jadi ketika kau ke kedai itu, kau sedang jatuh cinta” Tanya Timmo terkejut teringat kembali, karenanya momentku itu dirusak olehnya.
Aku mengangguk mengiyakan.
"Owh pantas..."
“Saat ini aku sedang menjalin sebuah hubungan dengan seorang pria yang tiga tahun lebih tua dariku. Jujur aku belum bisa mencintainya melebihi cintaku pada cinta masa laluku namun tindakannya dan ucapnnya membuatku tidak sanggup menolak. Ia tidak tampan tapi cukup dewasa. Ia selalu membimbing dam menginggatkanku” ucapku merasa bahagia dekat denganya.
“Benarkah itu? Sangat jarang sekali ada pasangan yang memang saling mencintai dari awal” ucap Rosella terlihat senang. "Kau tidak ingin mengenalkannya pada kami".
“Tidak mungkin aku tidak mengenalkannya pada kalian. Kalau Tuhan berkehendak suatu saat nanti dia akan bergabung dengan kita juga” ucapku sumeringah.
"Wawww... Dapat kado tahun baru dari Tuhan yang paling terindah" ucap Timmo senyam senyum.
Setelah sekian lama. Aku masih berusaha untuk melupakannya. Dan akhirnya itu tidak berhasil. Aku mulai memikirkan masa depanku dalam karier selain menjadi karyawati yang memang sudah menjadi rutinitas, aku mencari kesibukkan yang lainnya , karena dalam masalah cinta aku belum bisa menyanggupinya. Dengan tekad dan niat, aku terus berusaha mencoba segala sesuatu namun tetap dalam hal karierpun ternyata tidak mudah seperti yang dipikirkan. Butuh waktu berbulan-bulan sampai aku mantap memilih karier sebagai desainer. Aku mengikuti berbagai lomba desain dan entah perlombaan keberapa aku baru memenangkan juara pertama dan mendapat kontrak.
Inilah hasil dari kerja kerasku. Daripada aku harus berdiam diri tanpa melakukan apapun. Yang ada aku hanya pergi jalan-jalan, berdiam diri dirumah dan bermalas-malasan. Sama sekali tidak menghasilkan apapun. Disaat itu aku mulai memutar otakku untuk melakukan hal yang berguna. Dimulai dari hobiku yang suka corat coret dan ternyata setelah dicoba itu cukup menyenangkan meski seringkali gagal dan tidak sesuai harapan.
Selama hidupku baru kali ini aku menikmati kesendirianku. Aku menikmati karir baruku sebagai desainer dan itu membuatku sibuk sama seperti ke tiga sahabatku yang terlalu sibuk dan akhirnya hanya aku seorang diri yang menikmati hari libur. Setahun lebih sudah aku menjadi desainer. Dan tidak disangka aku diberikan bonus oleh Tuhan. Aku mulai mencoba membuka hatiku dan aku berhasil melakukan hal itu. Sebulan setelah lebaran aku dipertemukan dengan seorang lelaki yang aku kenal dari klienku secara tidak sengaja. Sebenarnya ini bukan kali pertama aku bertemu dengannya. Aku sudah mengenalnya sekitar 3 tahunan dan selama itu pula ia memendam rasa cinta kepadaku. Ia mungkin memberikan tanda-tanda itu tapi jujur aku benar-benar tidak menyadari dan mengetahuinya. Tidak setelah klienku memberitahu kebenarannya begitupun dengan bobby. Disaat itu aku mulai menjalin hubungan tanpa rasa cinta. Tapi karena ucapan dan tindakannya selalu ia pertanggungjawabkan sampai aku benar-benar yakin untuk mencintainya dan memutuskan untuk menikah.
Mungkin sulit menjalin hubungan dengan seseorang tanpa cinta atau hanya sepihak. Tapi lambat laun aku mulai mencintainya bukan karena ia meluluhkanku tapi karena ia membuatku yakin akan dirinya. Dan setelah menjalin hubungan dengannya aku agak sedikit menyesali perbuatanku. Mengapa aku tidak melakukan hal ini dari dulu, namun itu semua membuktikan jika rencana Tuhan adalah rencana yang paling indah dari yang terindah. Karena kali ini aku benar memantapkan hatiku untuknya. Penyesalan dan kegagalan membuatku berpikir untuk tindakanku.
HAPPY NEW YEAR
Tahun baru, lembaran baru dan kisah yang baru. Dulu sedih sudah menjadi keseharianku namun aku tak bisa melakukan apapun karena aku hanya manusia biasa yang terpaksa pasrah menerima semua ini. Aku sebenarnya sangatlah lelah menghadapi kenyataan yang sangatlah pahit. Namun aku tak boleh menyerah mungkin jalan yang dilalui jodohku terlalu banyak rintangan sehingga ia sulit untuk menemukanku. Aku sangat berterima kasih kepada Tuhan karena telah memberikanku kesempatan untuk merasakan cinta yang lain. karena hidup ini hanya sekali, aku tak ingin dibayangi dengan hal-hal yang tak pasti, biarkan itu terkubur dalam pikiranku bersama kenangan pahit meskipun aku tak menjamin suatu saat nanti itu pasti akan muncul kembali ke permukaan.
Semakin besar cintaku padanya maka semakin dalam pula lubang yang telah kubuat dan mungkin akan menjerumuskanku dan menguburku dalam sehingga aku lupa untuk hidup. Tapi jika Tuhan mengatakan manusia itu diciptakan saling berpasangan setidaknya masih ada kesempatan dan harapan untukku mendapatkan cinta itu.
Tahun ini menjadi tahun yang paling bahagia untukku. Aku sudah mendapatkan kebahagiaan yang selama ini kuinginkan baik itu karir ataupun cinta. Lambat laun akhirnya Rosella bisa baikan dengan sang kakak. Gio mulai menerima apapun yang disarankan oleh orang tuanya. Orang tuanya mengatakan “A” pasti Gio ikuti dengan syarat menggunakan caranya sendiri. Sedangkan Timmo akhirnya menikah seperti perjanjian yang telah disepakati dengan ibunya. Dan seperti yang diucapkan Rosella Timmo tidak suka meminjam uang meski ia butuh uang. Akhirnya aku, Rosella dan Gio sepakat untuk memberikan hadiah pernikahan yang tidak bisa dilupakan dan pastinya menjadi kenangan yang abadi.
Apa yang aku lakukan hari ini akan menjadi masa lalu untuk masa depan. Akan menjadi pelajaran untuk pengalaman berharga dan akan menjadi catatan untuk mengingatkanku agar tidak mengulangi untuk kedua kalinya. Aku belajar dari semua itu. Kenangan pahit dan manis memberikan kekuatan kepadaku. Aku senang karena menjadi bagian dari dunia ini. aku baru sadar, meski aku begitu banyak dukungan dari orang terdekatku,itu semua tidak akan terjadi apapun jika aku sendiri yang tidak ingin memulainnya dan ini mungkin yang dimaksud ayahku. Aku tidak akan menjadi orang yang aku inginkan jika aku sendiri tidak memiliki kekuatan didalam diriku sendiri. Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mengetahui perjuangan, pengorbanan dan usahaku selama aku hidup.
Jujur saja hal ini tidaklah mudah, aku begitu banyak menemui rintangan dan tantangan yang membuat aku menyerah dan merasa tuhan meninggalkanku, tapi itu proses untuk menjadi lebih baik. Setidaknya aku sudah mencoba untuk memulainya. Hasil akhirnya, aku akan melihatnya nanti. Yang jelas jika aku berhasil berarti pekerjaanku selama ini tidaklah sia-sia, tapi jika aku tidak berhasil setidaknya aku akan mengetahuinya lebih cepat meski itu hanya sedikit daripada aku tidak melakukan apapun. Dan saat itu mungkin aku mulai memutar otakku kembali dan memulai sesuatu yang baru.
Waktu tidak akan berhenti meski aku menyerah. Waktu tidak akan menunggu meski aku tertinggal dan waktu tidak akan memberikan jawaban jika aku tidak berbuat apapun. Tapi Waktu memberikanku kesempatan untuk melakukan apa yang ingin aku ketahui dan ingin aku lakukan. Dan saat ini aku sedang berlomba dengan waktu.
ooo E N D ooo
@yurriansan Iya memnag sedihhh... Aku menulis ni diatas rasa sakit hatiku π... Eaaaaa
Comment on chapter 03. HITAM DAN PUTIH