Read More >>"> Serpihan Hati (09. GLITTER) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Serpihan Hati
MENU
About Us  

09. GLITTER

Seharian penuh ini aku hanya berkutat didalam kamarku tanpa ada rencana, tidak ada keinginan dan tidak ada yang bisa kulakukan seperti tidak ada kehidupan. Aku bosan tapi tidak tahu mau melakukan apapun. Ingin pergi jalan-jalan tidak tahu dengan siapa. Pergi nonton atau ke mall tidak seru jika hanya sendiri.

Aku menelantangkan kembali tubuhku melihat langit-langit kamarku. Jam dindingku susah menunjukkan pukul 16.50 wib. Aku sudah menutup tirai, menutup pintu, dan mematikan lampu kamarku yang diganti dengan lampu hiasan dan macam-macam stiker glow in the dark. Tidak hanya tubuhku yang merasa lelah tapi juga dengan pikiranku karena terus mencerna omelan ibuku dan pastinya juga menguatkan hati agar aku tidak menjadi anak pembangkang. Seperti peribahasa “Sambil menyelam minum air” aku juga merasakan hal yang begitu hari ini alias sambil bekerja makan omelan ibuku. Ibuku tidak pernah menemukan tanda titik selama didekatku bahkan rasanya tenggorokanku yang kering walau ibuku yang terus mengoceh.

Tubuhku lelah karena ibuku bukan karena pekerjaan yang kulakukan. Aku hanya terdiam dengan tatapan lurus dan pikiran yang kosong. Suasana kamarku kini sangat cocok untuk melamunkan sesuatu. Hal yang paling kubenci tapi selalu ku lakukan dan tidak bisa kuhindarkan. Aku bukanlah Rosella yang kuat dengan pendiriannya.  Bahkan ia saja tidak ada waktu untuk melamun. Daripada melamunkan sesuatu yang tidak bermamfaat, ia lebih suka menghabiskan waktu dengan hobinya sama seperti ayahku tapi sayangnya hal itu tidak ayah turunkan padaku.

Kadang aku kesal dengan sifatku ini. Yang dilakukan Rosella sangatlah hebat ia bisa menyelesaikan masalah bahkan ia jarang melamun dan bisa menghabiskan waktu dengan sesuatu yang baru dan pastinya bermamfaat menghasilkan sebuah karya baru lagi tidak seperti diriku yang tidak menghasilkan apapun. kehidupanku hanya bekerja, tidur, makan dan main. Tidak ada sedikitpun keinginan untuk melakukan hal seperti Rosella.

Tok... Tok... Tokk... Qirani

Panggil ayahku dari balik pintu

"Ya ayah" aku membuka pintu sedikit untuk celah kepalaku, lebih tepatnya hanya sebelah mataku.

"Ya ampun... Kau sedang mempelajari ilmu hitam" ayahku melongok kedalam kamarku yang sudah gelap.

Aku menyunggingkan bibir mendengar ucapan ayah.

"Kau sedang apa didalam kamar gelap seperti ini.  Kau sedang mencari wangsit" ujar ayahku menaikkan kedua alisnya.

"Sebenarnya apa maksud dan tujuan ayah kemari?" Aku memperjelas kedatangan ayah dan senyuman nakalnya.

"Kalau melamun itu jangan terlalu dihayati. Ibumu berisik sedari tadi memanggilmu!" ujar ayah memelototiku.

"Qiraniiiiii... " teriak ibu memanggilku.

Ayahku menyuruh untuk cepat menghampiri ibu.

"YAAA…. BUUU" Teriakku membalas ucapan ibu dan langsung melesat dengan cepat menuju ibuku yang sedang berperang dengan alat dapurnya.

"Besok kau mau makan apa?" tanya ibuku sesampainya disana.

"Ibu memanggilku hanya untuk menanyakan hal itu?" aku bengong mendengar ucapan ibu. “Tidak biasanya ibu bertanya seperti ini dan mengajakku makan diluar”

Angguk ibuku dengan tenangnya, “Siapa yang mau makan diluar”

“Tapi tidak perlu teriak juga bu, ini bukan hutan. Kebiasaan waktu kecil masih saja nempel” kecutku pada ibuku yang memiliki tenaga extra telor dinosaurus. Dan Ini baru namanya ibuku. Ibu tidak mungkin mengajakku makan diluar, apalagi aku sedang libur. Aku hanya bisa membeli makanan luar jika aku pulang kantor. Aku tidak habis pikir sejak kapan mereka berdua bersikap seperti ini. Mengapa mereka berdua bersikap abnormal seperti ini. Ini orang tuaku asli dari bumi atau jelmaan dari jupiter.

"Mengapa kau malah bengong? Ibu bertanya padamu?"

"Aku mau makan apanya?" aku berpikir sejenak. "Aku mau... "

"Apapun makanannya. Kau belanja sana sendiri?" sela ibuku sembari menyuruh untuk pergi belanja.

"Ibu yang benar saja. Ini malam natal dan libur pasti macet bu dijalan" ucapku semakin tidak mengerti dengan ibu.

"Ibu tahu ini malam natal dan libur. Tapi tolonglah ibu, 3 hari dari sekarang teman ibu akan melakukan acara. Ibu akan membuat kue untuknya" ucap ibu yang membuatku tidak bisa menolak.

"Baiklah bu" ucapku lemas. “Kalau sudah begini aku tidak mungkin menolaknya.

"Ayah, antar Qiran" ucap tegas ibu.

"Lah..  Kok ayah jadi ikut-ikutan. Tanggung nich lagi nonton bola"

"Ayahhhh..." ucap lembut ibu dengan senyuman mautnya. "Ya itu sich terserah kalian. Ibu sich syukur besok tidak perlu repot memasak. Makan dengan garampun ibu jadi"

Ayah dan diriku tidak bisa berkutik mendengar ucapan ibu yang seperti peraturan hukum. Mau tidak mau kami berdua akhirnya pergi ke supermarket. Aku lebih takut ayah memasak daripada ibu yang marah. Aku tidak bisa menjamin apa yang akan terjadi jika ayah memasak. Jangankan makanan yang enak. Memasak air saja aku ragu.

Aku tidak menolak jika aku harus bepergian malam karena aku suka menikmati pemandangan malam hari yang penuh dengan kelap kelip lampu seperti bintang jatuh. Ditambah lagi hari ini malam natal banyak sekali pohon natal yang di hias dengan cantik, unik dan lucu begitu banyak bentuk yang bisa dinikmati. Dan malam ini aku harus pergi ke supermarket untuk membeli belanjaan yang sudah ada di daftar yang ibu buat sepanjang perjalananku ke supermarket, aku tidak tahu harus membeli makanan apa untuk esok hari. Aku benar -benar malas karena jalanan malam ini pasti akan macet sekali.

Aduh... Benar apa yang ada dipikiranku. Mallnya ramai sekali.

"Ayah, ayo turun?" ucapku menutup pintu mobil.

"Kamu pergi saja. Ayah tunggu disini" ucap ayah memanjangkan joke mobilnya.

"Kenapa ayah tidak ikut pergi denganku".

"Kau bukan anak kecil yang harus di tuntun ayahkan?" ucap ayahku memejamkan matanya.

Dengan terpaksa aku pergi sendiri membeli belanjaan yang ibu inginkan. Aku kesal karena ayah tidak mau membantuku. Aku tahu itu hanyalah alasan ayah untuk menghindar dari tugas yang diberi ibu.  Aku yakin didalam mobil pasti ayah merem melek melihat keberadaanku.  Selepas keberadanku hilang pasti mata ayah melotot dan langsung meluncur entah kemana. Ayah memang banyak modusnya dari dulu tidak pernah berubah pantas aku suka dimarahin ibu terlalu banyak cari alasan, pasti sifatku turun dari ayahku.

Aku memilah dan memilih apa yang ada di daftar belanjaan. Liat tanggal kadaluarsa,  bentuk barang, dan macam lainnya. Aku harus benar-benar melihatnya sebelum aku di terkena omelan ibu lagi untuk kesekian kalian. Sudah berjam-jam aku dimarah ibuku dan jika aku salah lagi bisa-bisa aku mendapat kutukan dari ibuku.

Seusai belanja aku langsung mencari keberadaan mobil ayahku yang sudah jelas terlihat dimataku tapi yang tidak jelas adalah keberadaan ayahku yang menghilang. Aku sudah tahu tipu muslihat ayah. Jika ayah pergi dari mobil pasti ia mencari perkakas tanaman dan memancing. Ayahku sungguh jahat ia tidak tahu betapa beratnya hidupku.aku sangat berat membawa belanjaanku, berat membawa badanku, berat membawa dosaku tapi entah mengapa yang paling berat adalah melihat pasangan itu bergandengan dan mengobrol mesra.

Aku menyimpan semua belanjaan didekatku dan menunggu ayah di mobil. Ayahku sungguh jahat meninggalkan anaknya sendiri. Aku susah kepanasan menunggu ayah disini. 10 menit,  30 menit dan 40 menit aku masih belum melihat aura kehadiran dari ayahku. Entah berapa lama lagi aku harus menunggu ayahku dan mati kepanasan. Apa iabtifak tahu aku sangat lama menunggu jodohku.Aku ingin kembali tapi nanti yang ada saling menunggu, pasti ujung-ujungnya saling mencari. Meski kenyataan nnti aku iri melihat para pasangan itu. Mereka sangat bercahaya dan membuat mataku berbinar-binar meski hatiku sakit.

Bukkkk...

"Ya ampun, AYAH..." aku kaget hampir ketiduran menunggu ayah.

"Kamu ini kemana saja, ayah mencari kamu" ucap ayah seolah menyalahkanku.

"Ayah mencariku atau mencari bibit tanaman baru?" ucapku membalas ucapan ayah.

"Ini ayah beli karena sekalian lewat" ucap ayah tidak mau kalah.

"Alasan... " ujarku membuang wajah.

Mobil mulai menderu. Aku mulai bersiap pulang dan sudah tidak kuasa menahan ngantuk. Selama di mobil aku mengomel kepada ayah karena tindakannya yang menyebalkan sudah aku yang menunggu malah aku yang dijadikan tersangka. Anggap saja ini pelampiasan karena aku kena omel ibuku, tapi sepertinya ayahku juga menyadari hal itu dan diam saja karena ia tahu pasti akhirnya akulelah sendiri dan tertidur bercampur kesal akibat ulah ayahku.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (4)
  • qarinajussap

    @yurriansan Iya memnag sedihhh... Aku menulis ni diatas rasa sakit hatiku πŸ˜†... Eaaaaa

    Comment on chapter 03. HITAM DAN PUTIH
  • yurriansan

    Qirani, Qarina? ahh ini cerita tentang kamu kah? agaknya ini sedih2 gtu ya, aku baca. sukses ya..
    mampir juga ke storyku yang baru ya..

    Comment on chapter 03. HITAM DAN PUTIH
  • qarinajussap

    Hahhhh... Masa πŸ˜… sebelumnya aku publish di sweekkk... Mirip banget yaaaaaa πŸ˜„

    Comment on chapter 01. DIA BAGAIKAN SEBUAH SENI
  • renicaryadi

    Kak ceritanya mirip sih hahaha.
    Btw good luck ya. Bahasanya puitis banget. Quote-worthy :)))

    Comment on chapter 01. DIA BAGAIKAN SEBUAH SENI
Similar Tags
Dibawah Langit Senja
1270      752     6     
Romance
Senja memang seenaknya pergi meninggalkan langit. Tapi kadang senja lupa, bahwa masih ada malam dengan bintang dan bulannya yang bisa memberi ketenangan dan keindahan pada langit. Begitu pula kau, yang seenaknya pergi seolah bisa merubah segalanya, padahal masih ada orang lain yang bisa melakukannya lebih darimu. Hari ini, kisahku akan dimulai.