Read More >>"> Serpihan Hati (05. CORETAN KUAS (1)) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Serpihan Hati
MENU
About Us  

05. CORETAN KUAS (1)

Akhirnya yang ditunggu sudah tiba. Jam ditanganku dan di dinding sudah menunjukkan pukul 17.00 WIB. Tidak terasa percakapanku dengan bobby menghabiskan waktu beberapa jam. Aku bersiap- siap dengan sangat gesit dan cepat untuk membereskan ruangan kerjaku yang akan kutinggal sekitar satu mingguan. Setelah semuanya rapi aku menuju ruangan yang lain untuk mengucapkan natal bagi orang yang merayakan dan selamat liburan kepada semua orang. Tidak sedikit pula yang mengajakku untuk makan malam dirumah mereka pada tahun baru. Aku sangat senang dan berterimakasih kepada ajakan mereka, tapi aku sudah memiliki jadwalku sendiri untuk berlibur bersama teman–temanku yang hanya bisa menghabiskan waktu bersama ketika libur. Setelah berpamitan aku langsung menuju lobby dan segera pulang lalu makan malam bersama mereka.

Aku bersenandung ria dihari ini, hari terakhirku bekerja dan hari menyambut libur yang cukup untuk menenangkan diri dari segala aktifitas sehari – hari. Setidaknya aku tidak perlu berpikir pada hari biasa. Mungkin aneh tapi entah mengapa jika hari libur aku rindu kerja sedangkan hari biasa aku rindu liburan. Sepertinya hari libur harus diganti, biasanya sabtu dan minggu diganti dengan senin dan selasa. Dan ku yakin suatu saat nanti aku akan bilang hari libur sebaiknya hri rabu dan kamis. Hahahhaha... Lucunya aku ini.

Tiba – tiba terdengar music instrument yang berasal dari handphoneku. Sembari berjalan Aku merogoh saku blazer mengambil handphoneku

“Gio…?” aku menyungingkan bibir melihat anak cobek ini menelponku. Rasanya aku sudah lupa kapan ia menelponku terakhir kali. “Halo…”

Kau ini lama sekali mengangkat telponnya!” ucap Gio agak sedikit kesal.

“Sabar sayang, aku sedang siap–siap pulang” aku masih ramah kepadanya.

Tapi…”

“Heh… dasar bos, jadi orang sabar sedikit” aku menyela ucapannya. “Kau sedang dimana dan bersama siapa?”

“Kau tidak perlu bertanya...”

“Sedang apa dia disana? Tidak biasanya dia datang menghampirimu?” aku penasaran dengan suara sumbang yang sedang bernyanyi tidak karuan bersama Gio.

“Hari ini dia masuk pagi dan kebetulan besok dia libur kerja”

“Mmmm… Pantas saja”

“Angkat telpon lama. Sekarang kau turunpun lama sekali” ucapnya kembali kesal.

“Kau sedang menungguku?” tanyaku heran.

“SUDAH KEMBUNG MAKAN ANGINNNN” Teriak orang yang berada disebelah Gio.

“Hhhh.. Baiklah tungggu sebentar”

“Cepat…!”

“Ya, berisik kau”

Aku sudah tidak sanggup lagi menahan emosi karena Timmo benar-benar berisik. Terkadang aku berharap lebih baik Timmo datang pada saat-saat terakhir daripada harus datang diawal. Berisiknya itu… aduhhhh bikin orang menjerit.

Aku tahu Gio memang tidak pernah sekalipun memberitahuku atau menelponku untuk datang menjemputku. Dia tiba-tiba sudah memarkir mobil didepan kantorku dan selalu berada ditempat yang sama. Itu cara Gio memarkir mobil untuk memberitahu kedatangannya padaku. Tidak tanggung-tanggung Gio dengan sengaja membawa mobil tipe sedan ini untuk membuatku tertekan karena aku sangat menginginkannya tapi tabunganku tidak cukup untuk membelinya dan terkesan untuk teman-teman yang melihatku untuk senyam senyum meledekku, mereka yang tidak tahu berpikir Gio adalah pacarku.

Sore ini aku dan lainnya akan pergi makan malam dan berkumpul bersama untuk bercerita banyak tentang masalah masing-masing atau membicarakan acara liburan nanti.

“Hai Qi… Cepatlah!” teriak Timmo yang membuatku naik tensi.

Dengan wajah yang kesal dan teriakan Timmo membuatku tidak peduli dimana sedang aku berdiri. Aku mengambil sepatuku dan melemparkannya pada Timmo. Gio yang sudah tahu aku akan melakukan hal itu, ia langsung menghindar dan gol tepat pada Timmo.

“Hei… Qi… jahat sekali kau” ucap Timmo tidak terima.

“Kau ini berisik sekali. Lagian siapa yang ingin berlama-lama. Memangnya aku tidak perlu berjalan kaki” ucapku kesal.

Aku langsung naik ke mobil Gio. Mobil yang kuinginkan tapi tidak bisa kudapatkan. Jika Gio sedang tidak waras biasanya ia akan membawa barang yang sangat diinginkan oleh kami bertiga, dengan wajah yang tidak berdosa ia sengaja membawa dan menyimpannya tepat didepan wajah kami semua. Aku hanya menggelengkan kepala melihat tingkahnya yang sok pamer. Aku dan Rosella hanya bersikap biasa-biasa saja, lain halnya jika sedang bersama Timmo ia akan menunjukkan sikap kesalnya yang membuat kami tertawa.

“Kita pergi ke tempat biasakan?” Tanya Timmo.

“Sepertinya kita tidak akan ke tempat biasa” ucapku.

“Lalu…”

“Entahlah sedari tadi aku menghubungi Rosella tidak ada balasan darinya. Sebelumnya dia bilang padaku ingin makan lesehan khas sunda. Sepertinya ia sedang ngidam sayur asem beberapa hari” ucapku.

“Oleh karena itu aku kesini menjemputmu?” ucap Gio santai.

“Apa… jadi maksudmu kau kesini hanya untuk menanyakan hal itu padaku!”

“Tidak… memang sekalian saja aku menjemputmu.” Ucap Gio santai. “Kalau begitu kita pergi jemput Rosella”.

“Oke, baiklah” ucapku cemberut.

Aku, Timmo dan Gio pergi menuju tempat usaha kecil-kecilan Rosella disebuah ruko yang tidak jauh dari tempat biasa kami makan dan berkumpul bersama. Sesuai jadwal kami akan menghabiskan waktu bersama. Dalam perjalanan, Gio sering sekali menggoda Timmo yang memang kadang terlihat seperti anak kecil tapi sangat dewasa ketika menghadapi masalah, setiap kali aku melihatnya mendapatkan masalah aku kagum padanya, kagum karena ia sangatlah dewasa dan bijak dalam menghadapi masalah tersebut. Bahkan terkadang setiap kali ada masalah ia sering kali menyembunyikan dirinya sendiri sampai kami semua khawatir dan berpikir yang tidak-tidak. Namun justru yang ada kebalikannya. Meski ia selalu seorang diri tapi ia mematahkan semua dugaan buruk kami. Ia selalu memperlihatkan dirinya yang  sangat tegar dan selalu positif menghadapi masalah yang ada.

“Seberapa lama kau mencoba untuk menenangkan diri dengan cara apapun. Ku yakin masalah itu tidak akan pernah berhenti mengejarmu, ia masih tetap berada disampingmu. ia bukannya tidak muncul melainkan ia tidak ingin mengganggumu untuk sejenak karena ia tahu suatu saat nanti kau akan menghadapinya tanpa harus memberitahumu. Jika kau tidak selesaikan secepatnya minimal kau bisa mengendalikan masalahmu agar tidak meluas dan melebar ke jangkauan yang tidak kau inginkan

Aku selalu mengingat kata-kata Timmo yang satu ini yang bagiku begitu indah dan membuatku tersenyum dengan tenang. Sedikit demi sedikit aku belajar tapi aku meskipun aku belum benar-benar bisa menghilangkan semua itu. Kekuatanku masih jauh untuk menjadi seperti Timmo. Aku benar-benar beruntung memiliki mereka semua lebih tepatnya munngkin bergantung pada mereka.

Kami semua menikmati perjalanan menuju Rosella. Aku benar-benar bisa melepaskan semua kelelahan dan sangat tenang sekali, mungkin karena malam ini aku akan menyambut libur esok hari, mumpung sedang kumpul bisa sekalian membahas tujuan liburan kami.

“Hey… hey..” ucap Timmo rusuh yang membuat senyum lebarku langsung menutup rapat-rapat.

“Ada apa? Kau ini ribut sekali” ucapku padanya.

“Itu bukanya tempat Rosella” ucap Timmo memperhatikan sesuatu yang dilihatnya sampai menempel ke kaca mobil Gio.

“Aduh … itu wajahmu akan mengotori kaca mobilku” Gio menepuk pundak Timmo.

Timmo yang sedang serius tak menggubris ucapan Gio. Aku hanya tersenyum sembari memperhatikan apa yang sedang Timmo lakukan.

“Ia benar itu toko kuenya Rosella. Sedang ada apa disana?” gusar Gio langsung memarkir mobilnya tak jauh dari toko kue Rosella yang banyak kerumunan orang.

Kami semua dengan gelisah turun dari mobil menghampiri kerumunan di toko kue Rosella. Aku yakin ini bukanlah diskon besar-besaran, seumur hidupku Rosella tidak mungkin memberi harga diskon diatas 40%. Bagiku itu sebuah keajaiban jika Rosella benar-benar memberikan diskon 40%. Aku tahu betul Rosella, diskon tertinggi yang diberikan biasanya hanyalah 20% itupun jika urat dihatinya sedang lurus dan aliran darah dijantungnya sedang mengalir dengan tenang. Jadi aku yakin sekali tidak mungkin jika Rosella memberikan diskon besar-besaran yang membuat orang berkerumun cukup banyak didepan tokonya. Dilihat dari wajah kerumunan orang disana sepertinya itu bukanlah hal yang baik.

Aku langsung turun dari mobil dan menerobos kerumunan orang-orang itu untuk melihat keadaan dari dekat. Dan benar saja apa yang ku rasakan. Inilah Rosella yang sesungguhnya. Aku sungguh bersedih melihatnya dari balik kaca. Entah apa yang sedang terjadi padanya dan yang membuat langsung berubah seperti ini. Ia tidak mungkin melakukan hal ini didepan karyawan dan banyak orang apalagi perbuatannya bisa membuatnya rugi. Tapi Rosella tidak akan mungkin melakukannya sampai sejauh ini jika memang tidak ada sesuatu yang sedang dihadapinya.

Gio dan Timmo langsung menerobos masuk ke dalam toko begitupun denganku, aku langsung masuk dan menutup toko kue milik Rosella dengan cepat,  agar tidak ada yang melihat pertengkaran Rosella lebih lama. Sebelum aku menyuruh para karyawan untuk pulang aku meminta penjelasan tentang semua yang sedang terjadi dan memberikan penjelasan pada mereka tentang kelakuan Rosella saat ini yang pastinya baru mereka lihat dan cukup menakutkan bagi mereka sama seperti ketika pertama kali aku melihatnya juga. Ketika itu Aku terkejut dan tidak pernah percaya jika Rosella bisa mengatakan hal seperti itu. Sudah pasti bagi mereka bosnya seakan-akan telah hilang keberadaannya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (4)
  • qarinajussap

    @yurriansan Iya memnag sedihhh... Aku menulis ni diatas rasa sakit hatiku πŸ˜†... Eaaaaa

    Comment on chapter 03. HITAM DAN PUTIH
  • yurriansan

    Qirani, Qarina? ahh ini cerita tentang kamu kah? agaknya ini sedih2 gtu ya, aku baca. sukses ya..
    mampir juga ke storyku yang baru ya..

    Comment on chapter 03. HITAM DAN PUTIH
  • qarinajussap

    Hahhhh... Masa πŸ˜… sebelumnya aku publish di sweekkk... Mirip banget yaaaaaa πŸ˜„

    Comment on chapter 01. DIA BAGAIKAN SEBUAH SENI
  • renicaryadi

    Kak ceritanya mirip sih hahaha.
    Btw good luck ya. Bahasanya puitis banget. Quote-worthy :)))

    Comment on chapter 01. DIA BAGAIKAN SEBUAH SENI
Similar Tags
Dibawah Langit Senja
1270      752     6     
Romance
Senja memang seenaknya pergi meninggalkan langit. Tapi kadang senja lupa, bahwa masih ada malam dengan bintang dan bulannya yang bisa memberi ketenangan dan keindahan pada langit. Begitu pula kau, yang seenaknya pergi seolah bisa merubah segalanya, padahal masih ada orang lain yang bisa melakukannya lebih darimu. Hari ini, kisahku akan dimulai.