Read More >>"> Serpihan Hati (03. HITAM DAN PUTIH) - TinLit
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Serpihan Hati
MENU
About Us  

03. HITAM DAN PUTIH

Brummmm… brummm…

Deru mobil yang distarter Gio mulai mengaum dan mulai mengajak kami berpetualang didunia yang tidak penah bergerak sekalipun kecuali hari libur. Ya, kami kembali mengerjakan pekerjaan yang sudah kami tinggalkan selama dua hari libur. Rosella kembali beraktifitas pada pekerjaannya yaitu sebagai penjual handmade dan usaha cake-nya. Rosella temanku ini sangat kreatif ia sangat pintar dalam pekerjaaan rumah, ia pintar membuat berbagai handmade seperti merajut, membuat kue, dan lainnya. Aku Qirani, aku bekerja sebagai staff keuangan disalah satu perusahaan yang tidak besar tapi cukup menjanjikan untuk hidupku. Cukup sudah bagiku untuk bekerja diperusahaaan besar yang mempunyai nama. Nama yang besar pasti memiliki tanggung jawab yang besar pula dan banyak juga karyawanya yang berkepala besar. Jujur aku senang pada pekerjaanku dimanapun berada tapi aku tidak senang dengan karyawan yang hanya bertampang, apalgi jika urusan sudah cari muka, terkadang mereka bisa melupakan wajah mereka sendiri. Lain halnya dengan temanku Timmo, Timmo termasuk sahabatku yang jarang sekali berkumpul dengan kami karena Timmo tidak memiliki banyak waktu. Ia sering menggunakan waktunya untuk mencari uang demi biaya kuliahnya. Oleh karena itu Timmo sulit untuk ditemukan dimana keberadaannya. Perkerjaan Timmo sedari dulu jarang sekali tetap. Ia sering sekali bepindah-pindah dan berganti-ganti. Diantara kami semua juga dia adalah orang yang paling semangat, pekerja keras dan pantang menyerah. Gio sering sekali menjemputku karena pekerjaan yang sebagai Bos jarang sekali mempermasalahkan waktu. Jadi ia sangat santai karena tidak ada yang akan memarahinya dan itu definisi Bos menurutku. Kenyataannya Gio berbeda sekali, dia sangat disiplin terkadang bawahanya yang justru datang terlambat daripada dirinya. Aneh untuk seukuran bos dengan umurnya yang masih muda. Dia adalah bos patut ditiru. Kebetulan tempat usahanya searah dengan tempatku bekerja, sedangkan Rosella sedari dulu ia memang sering menginap dirumahku namun semenjak ia membuka usaha, ia mulai jarang bermain ataupun menginap kerumahku. Meski begitu kami masih usahakan untuk bertemu setidaknya sebulan sekali.

“Wahai Qirani yang selalu mampir dihati nuraniku. Mengapa hari ini kau datang terlalu pagi?” ucap bobby bak pujangga berbakat.

“Apa maksudmu? Aku tidak boleh datang pagi?” tanyaku menyunggingkan bibir.

“Tidak apa-apa” ucapnya menggelengkan kepala.

“Hanya saja terlalu aneh kau datang pagi-pagi, jangankan jam 08.00 wib, kau datang 10 menit sebelum jam masuk itu saja sudah keajaiban bagiku” Ucapan bobby pagi-pagi memberiku gizi 5 sehat 4 sempurna untuk menimpuknya dengan mejaku ini. Memang benar apa yang dikatakan olehnya. Jam kantor masuk tepat pada jam 09.00 WIB, dan biasanya aku datang selalu melebihi jam itu, bukan dikarenakan aku memiliki jabatan yang cukup menyakinkan dan dipercaya oleh atasanku sehingga tidak ada yang berani menegurku ataupun aku menggunakan kewenanganku seenak jidatku, tapi ini sudah menjadi kebiasaanku sejak aku sekolah dulu. Bukan sekali dua kali aku terlambat melainkan beberapa kali, tapi entah mengapa ketika aku sekolah dulu aku merasa senang melakukan hal itu meski aku tahu benar kalau itu salah dan akan mendapat hukuman, tapi justru karena aku mendapat hukuman, hal itulah yang paling menyenangkan dalam hidupku semasa sekolahku, sampai saat ini aku masih belum bisa melupakan hukuman itu dan menghilangkan kebiasaanku itu. yahhh… anggap saja sambil menyelam minum air, seraya bernostalgia dengan keterlambatanku. Wkwkwkwk…

Bukan keinginannku untuk menjadi contoh yang tidak baik bagi bawahanku dan teman-temanku, tapi jujur itu benar-benar sulit dan karena aku datang pagi itu seperti mukjizat bagi teman-teman yang melihatku bak manusia bersayap yang memancarkan cahaya menyilaukan namun bagiku itu hal yang menakutkan, bagaimana tidak pasti mereka semua akan melihat kearahku dengan tatapan aneh dan pikiran yang pastinya membuat urat dikepalaku bertanda “?” karena aku benar-benar  tidak mengerti dengan mereka, itu awalnya tapi kini sekarang aku sudah kebal dengan pemikiran dan tatapan seperti itu.

"Sepertinya akhir-akhir ini aku sering sekali melihatmu meminum itu?” tanyaku pada bobby melihat sebuah botol kesehatan dilengannya.

“Ya” jawabnya dengan menaik-naikan alisnya.

“Biar lebih pintar ya?” ucapku padanya. “Kenapa tidak meminum susu biar lebih tinggi”.

“Ohhhh.. aku tahu?” bobby menunjuk-nunjuk diriku dan senyum lebar yang mencurigakan.

“Ada apa denganmu” tanyaku heran.

“Ternyata selama ini kau diam-diam memperhatikanku. Ciuwww… ciuwww” ucapnya sembari berjalan menuju tempat duduk dengan tangan yang membentuk pistol dan menembakkan kearahku, tidak lupa memasang wajah yang membuatku harus menyunggingkan bibir lebih panjang lagi.

“Bobby… bobby… ternyata kau cukup bisa membuatku stroke dipagi hari” aku senyam senyum sendiri.

Aku hanya mengelengkan kepala melihat tingkah laku bobby yang tidak pernah berubah sedikitpun. Bobby adalah teman satu perusahaan hanya saja berbeda divisi, sifatnya tidak jauh dengan Timmo, hanya saja jika bobby sedang bercanda ia benar-benar tidak melihat tempat dan tidak peduli jika ada orang yang merasa sakit hati dengan ucapannya. Aku sering sekali menegurnya ataupun memberikan tanda jika ia sedang bercanda kelewat batas, tapi tetap saja bobby ya bobby, diperingatkan berkali-kalipun ia hanya akan bertaubat pada hari ketika aku menasehatinya atau memarahi, keesokan harinya ia akan kembali seperti semula seperti tidak terjadi apapun di hari sebelumnya, meski begitu aku tidak yakin jika ia mudah melupakan hal itu walau tidak sedikitpun terlihat diwajahnya rasa bersalah itu.

Senin ini aku sangat semangat bekerja karena aku harus cepat menyelesaikannya dalam waktu 5 hari mengingat minggu ini adalah minggu terakhir masuk kerja, dan aku sudah tidak sabar untuk menyambut tahun baru. Hari libur itulah hari yang paling ditunggu-tunggu olehku. Lelahnya bekerja membuatku ingin menghabiskan banyak waktu tanpa adanya beban pekerjaan yang dipundakku. Tapi tetap saja detik-detik masuk kerja membuatku lelah, meski tidak ingin aku pikirkan, pekerjaan itu malah bersemayam di kepalaku. Hal seperti inilah yang membuat Rosella enggan menjadi karyawan ataupun pekerjaaan kantor lainnya. Berbeda sekali dengan Rosella yang dulu ketika ia baru lulus SMA atau tepatnya ketika ia baru masuk kuliah dan sebelum ia memutuskan untuk bekerja sambil kuliah. Ia sangat menggebu-gebu untuk menjadi karyawan kantoran yang bisa eksis dengan jabatan dan pastinya jika ditanya ia bisa dengan bangga mengatakan “Aku bekerja sebagai ini diperusahaan ini”. Rosella temanku yang kini telah menjadi seorang pengusaha meskipun kecil-kecilan sangat tidak suka menjadi karyawan karena itu sangat membosankan untuknya. Setelah ia mencicipi seperti apa rasanya menjadi karyawan selama beberapa tahun tepatnya ketika kuliah semester 5, ia memutuskan untuk tidak bekerja lagi. Bagi Rosella menjadi seorang karyawan itu setiap hari selalu melakukan hal yang sama, tapi ada hal lain yang menjadi penyebab utama ia enggan bekerja lagi, ia keluar dari pekerjaannya dikarenakan teman sekantornya yang masih aku ingat sekali namanya si Kelli temannya yang suka sekali mencari muka terhadap atasanya dan teman-teman lainnya yang membuat Rosella dipandang sebelah mata. Rosella pun tidak mengerti apa yang telah diperbuatnya sehinga dia itu membencinya, padahal Rosella pergi hanya untuk bekerja dan tidak melakukan apapun selain bekerja. Sebulan dua bulan Rosella biarkan Kelli itu berbuat sesuka hati. Rosella sengaja melakukan hal itu karena ia ingin melihat sampai mana teman kerjanya itu akan terus berbuat seperti  itu padanya. Bukan Rosella namanya jika menyerah begitu saja, ia akan membiarkan Kelli untuk melakukan apapun yang diinginkannya sampai puas. Dan ternyata tidak hanya Rosella yang pernah menjadi korban Kelli sebelumnya juga ada seorang karyawan yang pernah diperlakukan sama seperti Rosella yang membuatnya keluar dari kantor tanpa izin dan surat pengunduran diri. Untungnya Rosella berwatak keras dan ada juga yang masih baik pada Rosella sehingga iapun tidak seperti seorang diri bekerja didalam ruangan yang seakan sama besarnya dengan lapangan sepak bola. Rosella mendapati desas desas mengenai dirinya dari teman-teman lain yang memang tidak suka dengan Kelli. Rosella hanya mengangguk santai dan tenang.

Itulah Rosella dengan ketenangannya yang penuh dengan tanda tanya. Semboyan Rosella “G2 alias jitu (tunGGu tanGGal tinGGinya)” ketika Rosella sudah berpikiran seperti ini, siap-siap saja orang yang telah bermain-main dengannya untuk bertarung sampai tetes darah pengeringan. Rosella jika sudah marah, ia tidak pernah main-main. Bahkan terkadang Rosella tidak peduli siapapun, dimanapun dan entah dari kalangan apapun. Cukup sekali bagi Rosella belajar dari pengalaman yang pernah dikeluarkan karena masalah yang sama hanya saja Rosella ketika itu tidak melawan, ia memlilih untuk  keluar mengundurkan diri dari perusahaan, meski Sang Bos tidak menginzinkan, tapi ia tetap untuk keluar karena sudah tidak tahan lagi. hanya satu-satunya yang membuatnya menyesal keluar dari perusahaannya dahulu karena ia memliki bos yang sangat baik sampai bosnya pun memintanya untuk memikirkan kembali keputusannya. “Yang menggaji kamu itu bukan mereka tapi saya. Kamu bisa memikirkan kembali keputusanmu ini” ucapan sang bos ini tidak pernah sekalipun hilang dari kepalanya bahkan ia masih mengingat dengan jelas wajah sang bos, baju yang dikenakannya, sepatu, sampai farfum yang di gunakan sang bos dan ia berharap bisa bertemu lagi meskipun tidak masalah jika sang bos sudah tidak mengenalnya lagi. Tapi pastinya aku juga tidak mengharapkan jika rosella sampai tahu mengenai pakaian dalam yang digunakannya.

Rosella sangat berterimakasih kepada bosnya, Rosella tahu jika bosnya itu tidak mungkin mengeluarkan orang yang sudah mengangkat bendera perang padanya. Rosella mengerti keadaannya, oleh karenanya ia tidak pernah mengaku kalah tapi jauh lebih baik ia mengalah untuk keluar Mungkin benar apa yang dikatakan Rosella ketika bekerja hanya itu dan itu saja yang dilakukan setiap harinya. Disisi lain bagiku itu justru menyenangkan, meski aku bekerja sebagai staff keuangan , aku diberi ruang lingkup yang cukup luas. Karena aku juga bisa bekerja sebagai marketing untuk memasarkan produk yang diperusahaanku dengan syarat aku tidak boleh mengabaikan pekerjaan utamaku sebagai staff yang berhubungan dengan keuangan. Aku sangat senang jika aku bertemu dengan klien atau hanya sekedar berbicara via telepon. Itu cukup bagiku untuk menghilangkan kejenuhan di sela pekerjaanku. Dan yang lebih utama lagi diusiaku yang sekarang ini aku sudah tidak bisa berpikir terlalu keras aku harus memikirkan hal lain yang berhubungan dengan kehidupanku, bagiku itu lebih keras dari batu.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (4)
  • qarinajussap

    @yurriansan Iya memnag sedihhh... Aku menulis ni diatas rasa sakit hatiku πŸ˜†... Eaaaaa

    Comment on chapter 03. HITAM DAN PUTIH
  • yurriansan

    Qirani, Qarina? ahh ini cerita tentang kamu kah? agaknya ini sedih2 gtu ya, aku baca. sukses ya..
    mampir juga ke storyku yang baru ya..

    Comment on chapter 03. HITAM DAN PUTIH
  • qarinajussap

    Hahhhh... Masa πŸ˜… sebelumnya aku publish di sweekkk... Mirip banget yaaaaaa πŸ˜„

    Comment on chapter 01. DIA BAGAIKAN SEBUAH SENI
  • renicaryadi

    Kak ceritanya mirip sih hahaha.
    Btw good luck ya. Bahasanya puitis banget. Quote-worthy :)))

    Comment on chapter 01. DIA BAGAIKAN SEBUAH SENI
Similar Tags
Dibawah Langit Senja
1270      752     6     
Romance
Senja memang seenaknya pergi meninggalkan langit. Tapi kadang senja lupa, bahwa masih ada malam dengan bintang dan bulannya yang bisa memberi ketenangan dan keindahan pada langit. Begitu pula kau, yang seenaknya pergi seolah bisa merubah segalanya, padahal masih ada orang lain yang bisa melakukannya lebih darimu. Hari ini, kisahku akan dimulai.