Loading...
Logo TinLit
Read Story - Alex : He's Mine
MENU
About Us  

"Ayah aku pasti akan mengejar beasiswa ke universitas di Amerika," gumamnya sambil menatap foto sang ayah. Tak lama mata Hexa terlelap.

Di sisi lain...

Alex berjalan ke perpustakaan di rumahnya. Ia bukan seorang kutu buku, namun Alex sedang mencari referensi mengenai soal-soal matematika untuk Olimpiade nanti di Jakarta.

"Dapat," gumamnya. Alex mulai berjalan ke meja yang disediakan khusus di sana.

Ceklek. Seseorang membuka pintu itu, ia melangkah mendekati Alex yang mulai berkonsentrasi pada buku yang tadi di ambilnya

"Kak, koleksi novelku sudah selesai di baca semua,"

"Lalu?" Tanya Alex tanpa meliriknya.

"Aku mau di belikan lagi. Bolehkan? Hehe" Ucapnya sambil menyengir.

"Iya,"

"Serius,"

"Hm,"

"Terima kasih," gadis itu keluar dengan perasaan riang. Dia adalah adik kandung Alex, adik yang sangat dirinya sayangi, adik yang paling baik menurutnya. Namun, adiknya itu tak mudah bergaul dengan orang asing yang baru dikenalnya. Dan selalu menutupi diri pada dunia luar. Penutup.

Satu jam lebih Alex habiskan di perpustakaan, kemudian ia menutup bukunya karena sudah merasa paham dengan apa yang di bacanya tadi. Alex merenggangkan otot-otot yang mulai terasa pegal. Jam sudah menunjukkan pukul 22.30 WIB. Ia menghela nafas pelan, kemudian beranjak naik ke atas king bed miliknya.

***


Hexa berjalan masuk ke dalam sekolah, cuaca pagi ini sangat mendukung. Seperti biasanya, senyuman yang tak pernah lepas dari bibir Hexa, membuat pagi ini semakin menyenangkan.

Hexa tak sengaja melihat sosok pemuda yang sedang bercengkerama dengan temannya. "KAK RENDI," Sapa Hexa melambaikan tangan.

"Hai," lirik Rendi sekilas kemudian kembali mengobrol dengan temannya.

Saat memasuki kelas, semua orang sudah ribut menatap ke arah Hexa.

"Hexa kamu beneran sepupunya kak Reza?" Tanya Rina.

"I-iya. Kenapa?" Tanya Hexa kikuk

"Wah parah lo Xa, dia kan ketua basket yang di gilai hampir tiap siswa di sini," antusias Dini.

"Aku gak tahu tuh." Acuh Hexa, menurutnya Alex lebih keren dari pada Reza. Menurutnya.

Hexa melihat Tiara yang sudah duduk manis di sana, dengan kacamata yang bertengger di atas hidung mancungnya. "Hai Tiara," sapa Hexa. Tiara hanya meliriknya sekilas.

"Tiara, kamu punya idola kakak kelas gak di sini?" Tanya Hexa

"Enggak," singkatnya.

"Kok enggak sih. Padahal kan cowok di sini pada ganteng-ganteng,"

"Hexa. Kamu ke sini untuk sekolah atau cari jodoh?" Tanya Tiara

"Um. Ya belajar lah," gumam Hexa. Tiara kembali menatap buku di genggamannya.

"Tiara?"

"Hm"

"Berapa menit lagi masuk?"

"10 menit,"

"Oke. Terima kasih," Hexa pergi keluar kelas. Tempat yang akan dirinya kunjungi, tak lain adalah kelas Alex.

Tok...Tok...Tok...

"Kenapa?" Tanya siswi yang membukakan pintu kelas itu.

"Kak Alex ada kak?"

"Ada,"

"Aku boleh masuk ya kak," pinta Hexa dengan senyum lebarnya.

"Eh," Siswi itu terkejut saat Hexa tiba-tiba menyelonong masuk ke dalam.

"Pagi menuju siang kak Rendi," sapa Hexa membuat Rendi bergidik ngeri lihatnya.

Hexa langsung menatap pemuda yang ada di samping Rendi. "Hai kak Alex," sapa Hexa riang. Alex hanya menatap sekilas ke arah Hexa yang sudah duduk di depan tempat duduknya.

"Kak Alex lagi ngapalin apa? Serius banget," ucap Hexa sambil menatap lekat buku pelajaran yang menutupi wajah Alex.

"Alex sibuk. Sono pergi ke kelas lagi," usir Rendi.

"Kak Rendi jahat banget ngusir Hexa, terserah kalau mau ngusir. Aku gak bakalan keluar," acuh Hexa dan kembali menatap buku milik Alex.

"Kak Alex punya nomor WA gak? Hexa minta dong. Boleh ya," pinta Hexa tiba-tiba membuat Alex menurunkan bukunya.

"Alex gak bakal ngasih sembarangan. Apalagi sama lo, kutil kuda yang tersesat di bumi," ucap Rendi pedas. Namun ia hanya mendapat delikan dari Hexa.

"Kak Rendi bagi kertas dong. Sama pulpennya,"

"Ogah,"

"Ayoloh kak. Jangan pelit sama dede kelas," Rendi hanya acuh saja dengan perkataan Hexa.

"Nih," tiba-tiba seseorang menyerahkan kertas dua lembar, lengkap dengan pulpennya.

"Wah makasih kak Reza," ucap Hexa, dengan senang hati ia langsung mengambilnya.

Hexa mulai mencoretkan sesuatu di sana. Dan setelah selesai, ia langsung menyerahkannya pada Alex. "Nanti hubungi aku ya. Itu nomor WA sekaligus telepon dan nomor aktif juga,"

"Ohiya kak. Jangan dikasiin kak Rendi ya. Nanti dia nyebar-nyebarin nomor aku lagi," ucap Hexa polos.

"Cih emang gue mau nomor lo. Enggak, makasih!"

"Yaudah Hexa ke kelas dulu ya, kak Alex," pamit Hexa, namun tak di gubris Alex.

"Wah kayaknya sepupu gue naksir lo deh Lex haha," ucap Reza.

"Mungkin," Singkat Alex tak peduli. Kejadian seperti ini sudah biasa bagi Alex, hingga ia tak perlu kepedean jika ada seseorang yang menyukainya.

"Eh omong-omong Ana yang kemarin nembak, lo tolak juga Lex," tanya Reza penasaran..

"Hm," gumam Alex.

"Wah parah lo ya. Si Ana itu udahmah baik, cakep, tinggi, anak kepala sekolah, pinter, suka banget sama lo. Tapi lo kagak mau. Kalau gue jadi lo nih langsung sambar pakeo!" Papar Rendi

"Gue gak suka," singkat, padat dan jelas. Itulah Alex, yang tak suka menghamburkan kosa kata.

"Lo masih normalkan?" Tanya Reza penasaran

"Gak tahu," singkat Alex. Membuat kedua temannya itu saling bertatapan.

"Lex tunggu deh. Lo beneran gak abnormal kan? Lo gak penyuka sesama jenis?" Tanya Reza yang mulai serius.

"Ya nggak lah," ucap Alex.

"Hampir Jantungan. Gue kira lo penyuka batang. Lah kalau lo kayak gitu, ogah gua temenan ma elu," hardik Rendi bergidik ngeri.

Alex menutup bukunya, lalu di masukan ke dalam tasnya.

"Lex liat gue," ucap Reza

"Kenapa?" Tanya Alex menoleh pada Reza.

"Lex gue saranin, lo jangan gila belajar. Lihat, sekarang lo lebih pucat dari kemarin. Bisa-bisa lo sakit nanti,"

Mendengar itu, Rendi langsung menoleh ke arah Alex. "Astajim muka lo kek hantu, udahmah putih tambah pucet. Komplit dah,"

"Gak parah," malas Alex.

"Ck. Lo itu beda ya dari anak-anak lain. Bahkan lo melebihi. Tajir, punya muka oke, otak kepake. Hanya satu sih yang lo gak punya," Reza menggantungkan ucapannya sejenak.

"Apaan Za?" Tanya Rendi penasaran.

"Pasangan.. Hahaha," tawa Reza pecah jika membahas kejombloan haqiqi Alex.

"Serah,"

"Lo mau gak, kucing betina di rumah gue? Hanya saja udah gak segel, banyak jantannya juga hahaha," ngawur Rendi

"Hai Alex," sapa Winda. Alex hanya menatap Winda sekilas.

"Lex nanti kamu datang ya ke acara ulang tahunku, kalian juga boleh ikut kok," ajak Winda dengan senyum merekah khasnya.

"Lo kagak ajak Doni, Win? Kesian dia lagi patah hati," tanya Rendi.

"Bilangin aja biar dateng ya. Ingat nanti jam 7 malam. Di rumah,"

"Siap,"
___________________________________________

Jangan lupa vote dan komen. Ada salam dari SMA JAYA..

Thanks,

Honey❤

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (3)
  • hastapustaka

    Eunwoo-ya ^^
    Aroha hwaiting~
    Astro hwaiting~
    Author-nim hwaiting~!

    Comment on chapter Adik Kelas
  • yurriansan

    ngakak di bagian hexa makan, sambil ngomong. bagus niih. caramu mnceritakan juga enak

    oh ya kamu boleh mampir di ceritaku ya, kasih kritik dan saranmu buat aku. judulnya When He Gone. trims

    Comment on chapter Adik Kelas
  • dede_pratiwi

    Ceritanya keren. ku udah like and komen. tolong mampir ke ceritaku juga ya judulnya 'KATAMU' ://tinlit.com/story_info/3644 jangan lupa like. makasih :)

    Comment on chapter Adik Kelas
Similar Tags
Maaf katamu? Buat apa?
732      461     0     
Short Story
“Kamu berubah. Kamu bukan Naya yang dulu.” “Saya memang bukan Naya yang dulu. KAMU YANG BUAT SAYA BERUBAH!”
Maroon Ribbon
514      372     1     
Short Story
Ribbon. Not as beautiful as it looks. The ribbon were tied so tight by scars and tears till it can\'t breathe. It walking towards the street to never ending circle.
RUANGKASA
42      38     0     
Romance
Hujan mengantarkan ku padanya, seseorang dengan rambut cepak, mata cekung yang disamarkan oleh bingkai kacamata hitam, hidung mancung dengan rona kemerahan, dingin membuatnya berkali-kali memencet hidung menimbulkan rona kemerahan yang manis. Tahi lalat di atas bibir, dengan senyum tipis yang menambah karismanya semakin tajam. "Bisa tidak jadi anak jangan bandel, kalo hujan neduh bukan- ma...
Bintang Biru
3007      1064     1     
Romance
Bolehkah aku bertanya? Begini, akan ku ceritakan sedikit kisahku pada kalian. Namaku, Akira Bintang Aulia, ada satu orang spesial yang memanggilku dengan panggilan berbeda dengan orang kebanyakan. Dia Biru, ia memanggilku dengan panggilan Bintang disaat semua orang memanggilku dengan sebutan Akira. Biru teman masa kecilku. Saat itu kami bahagia dan selalu bersama sampai ia pergi ke Negara Gingsen...
Lovesick
447      327     3     
Short Story
By Khancerous Why would you love someone else when you can’t even love yourself?
The Second Lady?
447      323     6     
Short Story
Tentang seorang gadis bernama Melani yang sangat bingung memilih mempertahankan persahabatannya dengan Jillian, ataukah mempertahankan hubungan terlarangnya dengan Lucas, tunangan Jillian?
I'il Find You, LOVE
6132      1675     16     
Romance
Seharusnya tidak ada cinta dalam sebuah persahabatan. Dia hanya akan menjadi orang ketiga dan mengubah segalanya menjadi tidak sama.
Taruhan
51      48     0     
Humor
Sasha tahu dia malas. Tapi siapa sangka, sebuah taruhan konyol membuatnya ingin menembus PTN impian—sesuatu yang bahkan tak pernah masuk daftar mimpinya. Riko terbiasa hidup dalam kekacauan. Label “bad boy madesu” melekat padanya. Tapi saat cewek malas penuh tekad itu menantangnya, Riko justru tergoda untuk berubah—bukan demi siapa-siapa, tapi demi membuktikan bahwa hidupnya belum tama...
Arini
1056      612     2     
Romance
Arini, gadis biasa yang hanya merindukan sesosok yang bisa membuatnya melupakan kesalahannya dan mampu mengobati lukanya dimasa lalu yang menyakitkan cover pict by pinterest
Untuk Navi
1156      645     2     
Romance
Ada sesuatu yang tidak pernah Navi dapatkan selain dari Raga. Dan ada banyak hal yang Raga dapatkan dari Navi. Navi tidak kenal siapa Raga. Tapi, Raga tahu siapa Navi. Raga selalu bilang bahwa, "Navi menyenangkan dan menenangkan." *** Sebuah rasa yang tercipta dari raga. Kisah di mana seorang remaja menempatkan cintanya dengan tepat. Raga tidak pernah menyesal jatuh cinta den...