Loading...
Logo TinLit
Read Story - Lost in Drama
MENU
About Us  

"Berhenti terus-terusan menonton drama Delilah, aku jengah melihatnya." Ujar Zala, teman sebangku Delilah sejak dalam kandungan. Maaf, sejak masuk ke bangku sekolah menengah atas ini. Bukan rahasia umum lagi kalau si judes Delilah ternyata suka hal-hal manis macam drama. Dan hampir setiap hari. Oh ralat, setiap hari di jam istirahat Delilah selalu memiringkan ponselnya dan mulai menonton drama yang ia sukai. 

Zala menarik rambut gadis itu. "Delilah..." 

"Zala, kau ini tidak lihat aku sedang apa? Berhenti mengusikku dan main dengan yang lain sana." Zala mendengus mendengar perkataannya, yang membuat gadis itu segera angkat kaki dari bangkunya dan pergi ke kantin sendirian. 

"Dasar anak itu, sudah tahu bisa pergi sendiri kenapa harus mengajakku hah?" Delilah menggerutu sendiri, lalu melanjutkan acara menonton dramanya yang sudah sampai ke episode dua belas. Tanggung, tinggal sebentar lagi dan Delilah akan tahu apa akhir yang terjadi kepada mereka berdua. Ah sial, mengapa drama ini seru sekali? 

"Delilah..." Delilah mendongakan wajahnya saat mendengar namanya dipanggil. Andai saja ia membawa earphone pasti tidak akan seperti ini jadinya. Berisik. 

Delilah mendengus. "Apa sih?" 

"Kasar." Ujar pemuda itu sembari duduk di samping Delilah yang padahal sudah tenang tidak ada Zala. 

"Masa bodo, memangnya urusanmu?" Jawab Delilah ketus. Ah gadis itu, memangnya tidak bisa yang bicara pelan-pelan. Dasar Delilah. 

"Bocah." 

Delilah sontak berdiri dari duduknya dan menatap pemuda itu geram. Cari gara-gara saja sih mereka berdua ini. "Apa katamu?" 

Pemuda itu menjawab dengan santainya, dengan raut wajahnya yang memang sudah tampan dari lahir. "Bocah." Ujarnya. 

Sontak saja Delilah memukulnya, namun pemuda itu menahan tangannya. Si pemberontak Delilah memang, ia tidak bisa diam dan segera menarik tangannya. Si pemuda tampan itu tersenyum kecil. "Bisa tidak hilangkan sifat ganasmu ini?" 

"Tidak!"

"Ternyata meskipun kau sudah menonton drama terlalu banyak, sikapmu sama sekali tidak manis." Delilah mendengus kesal, memangnya apa hubungannya dia menonton drama dengan dia bersikap? 

"Seperti kau pernah menonton drama saja, asalkan kau tahu, menonton drama tidak cocok untukmu." Delilah menatapnya sinis dan bertolak pinggang. 

"Tentu saja, drama itu terlalu manis dan dibuat-buat, sangat tidak cocok denganku." Jawabnya dan membuat Delilah terkekeh sinis. Meskipun masih dengan raut sinisnya, pemuda itu mengakui wajah gadis bernama Delilah itu memang manis. 

"Kau begitu karena iri tidak bisa menjadi seperti pemeran utama lelaki yang manis." 

Pemuda itu mengangkat alisnya. "Jangan berkata sembarangan." 

"Memang benar, kau tidak bisa berkata manis, bersikap manis, ataupun mengajak jalan gadis dengan baik." Ujar Delilah tersenyum penuh kemenangan karena merasa pemuda itu kalah telak. Toh memang benar, pemuda yang diidamkan para siswi beberapa bulan belakangan ini sangat cuek, kecuali kepada Delilah. 

Pemuda itu sontak berdiri juga, mengecup kening Delilah. "Kalau begitu Delilah manis, mari jadi pacarku dan buat dramamu sendiri." 

"Kau gila!" Delilah sontak mendorong pemuda bernama Ken itu yang kini tersenyum kecil menatap si gadis yang geram. Dirinya mendekat perlahan ke telinga Delilah dan membisikkan sesuatu. "Cobalah bersikap manis, dan akupun akan begitu, jika salah satu dari kita kalah, maka harus membongkar rahasianya di depan umum, bagaimana?" 

Delilah sontak berpikir ulang. Rahasia? Seorang Ken yang kharismatik begini punya sesuatu rahasia? Bukankah senang apabila bisa balas dendam? Ah iya, Ken yang pertama membongkar rahasia Delilah di klub anggar di sekolahnya dahulu. Dan sekarang, Delilah yang akan membalasnya. 

"Selama berapa hari?" 

Ken menjauh dari Delilah dan mengelus puncak kepalanya. "Satu bulan, dan dimulai dari hari ini, sayang." 

Pemuda itu mencubit hidung Delilah dan pergi meninggalkan gadis itu yang tersenyum penuh dendam. Lihat saja Ken, hal yang pernah kau lakukan dahulu akan terbalaskan dalam satu bulan ke depan. Hanya bersikap manis. Ingat Delilah, bersikap manis. 

 

 

 

[Diganti menjadi olahraga anggar.] 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

1 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • yurriansan

    Ken tipe romantis banget....
    aku mau tau, gimana jadinya mereka.
    tulisanmu udah rapi, diksinya juga bagus.
    kamu juga boleh kasih saran ke ceritaku, judulnya WHEN HE GONE. trims

    Comment on chapter 01|| Drama Delilah
Similar Tags