"Apa impianmu?"
"Menikah. Aku ingin bahagia bersama pria yang aku cintai dan menghabiskan hidup bersama keluargaku."
Kenangan itu kembali terulang ketika ia melangkahkan kakinya menelusuri koridor yang biasa mereka lewati. Para murid yang melihatnya langsung menyingkir, seakan membukakan jalannya untuk melangkah. Tanpa ia sadari, senyumnya mengembang ketika melewati kelasnya, tempat ia menghabiskan satu tahun bersama gadis itu.
Hae-Jin kembali melangkah menuju ruang musik. Ia membuka pintu ruangan dan berjalan mendekati piano, mengusap permukaannya dengan lembut dan berpindah pada gitar yang ada di sebelahnya. Senyumnya mengembang ketika mengingat kembali kenangan itu layaknya sebuah film.
Ia seperti melihat gadis itu ada di sini.
Ketika jemari lentik itu mengalunkan nada-nada indah dari tiap tuts piano.
Matanya menangkap sosok gadis yang memukulnya ketika ia mengusilinya. Seperti ada suara yang berbisik di telinga, mendorong Hae-Jin untuk menyentuh gitar itu.
"Kau merindukannya?" Suara pria itu membangunkan Hae-Jin dari dunianya.
Pemuda itu mengangguk seraya berjalan menuju jendela yang mengarah ke parkiran sepeda tempat mereka pertama bertemu. Musim semi telah tiba mengingatkannya pada pertemuan mereka di bawah pohon yang masih berdiri dengan kokoh.
"Aku sangat merindukannya," ujarnya sambil melepas kacamata yang ia kenakan. Ia ingin merasakan semua kenangan ia dan gadis itu di sini.
Pertemuan mereka.
Perasaan mereka.
Dan ....
Kompetisi musik.
Seperti gadis itu sedang bersamanya, memeluknya dengan hangat.
Woww keren... Cerita kedua dari penulis winter?? Kereeeeennnn, aku tunggu deh chapter selanjuttnya
Comment on chapter Prolog