Loading...
Logo TinLit
Read Story - My Brother Falling in Love
MENU
About Us  

Typo...menyingkirlah kau...

.
.
.


Tidak perlu banyak memiliki alasan untuk memaafkan Han Mel. Hanya satu, Han Mel adalah sahabatnya. Han Mel yang sudah mau menjadi teman baginya si anak pindahan dari Incheon. Sis Kae telah memikirkan itu selama pelajaran terakhir dikelas.

Begitu bel pulang berbunyi Sis Kae segera keluar dari sekolah dan menghadang bis di halte. Ia harus diam-diam melakukannya karena tidak ingin ketahuan oleh Kai.

Dan disinilah Sis Kae berdiri, ia menunggu pintu dibuka. Sis Kae sudah menekan bel berulang kali tapi,pintu rumah Han Mel belum juga terbuka.

"Apa Han Mel tidak ada di rumah?"

"Kumohon Han Mel...maafkan aku" bibir Sis Kae mengerucut, Ia merasa makin bersalah karena mengabaikan Han Mel.

Ceklek!
Sis Kae mendongak dan membungkukkan badannya ketika melihat Ibu Han Mel.

"Sis Kae...masuk nak"

"Ne, ahjumma"

Sis Kae dan Ibu Han Mel duduk berhadapan diruang tengah. Oh...Sis Kae sungguh merindukan rumah Han Mel. Biasanya mereka suka menghabiskan waktu disana.

"Jadi...kenapa kau kesini? Oh, iya apa kau sering menghubungi Han Mel?"

"Huh?" apa yang harus Sis Kae katakan. Apa dia harus jujur kalau selama ini hubungannya dengan Han Mel sedang merenggang.

"Ahjumma sudah mencoba berkali-kali. Tapi Han Mel tidak pernah mengangkat telfon. Apa disana dia sangat sibuk? Anak itu..."

Alis Sis Kae berkerut.
"Disana? maksud Ahjumma Han Mel ada dimana?"

"Kau tidak tau? masa kau tidak tau Sis Kae. Han Mel kan mewakili sekolahnya ikutan lomba pekan olahraga"

Pekan Olahraga? apa-apaan ini. Baru saja tim sepak bola sekolah latihan hari senin kemarin. Dan yang Sis Kae ketahui lomba itu juga masih lama. Lagipula kenapa Han Mel harus ikut, dia sudah mengundurkan diri dari eskul Volly.

Ibu Han Mel yang melihat raut tidak percaya di wajah Sis Kae pun beranjak ke kamar anaknya dan mengambil surat.

Sis Kae bingung harus mengatakan apa sekarang. Apa maksud dari ini semua. Han Mel? pekan olahraga?

Nyonya Go duduk kembali dan menunjukkan surat ke tangan Sis Kae. Memang benar itu surat izin yang diberikan pada Peserta kepada orangtua mereka. Dan disurat itu tertulis bahwa Han Mel berangkat waktu hari senin.

"Kau tahu dia berangkat dengan siapa saja?"

Sis Kae diam tidak bisa menjawab. Apa? Dia berangkat dengan siapa?

"Tadinya Ahjumma ingin bertanya pada Sehun. Dia bukannya ikut sepak bola kan?. Tapi karena kau sudah disini ahjumma bertanya saja padamu"

Mata Sis Kae tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran saat ini. Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Han Mel.

"Maaf ahjumma. Boleh aku bawa surat itu? aku...a-aku hanya ingin melihat peserta lain. Iyaa peserta lain. Supaya aku bisa menghubungi Han Mel"

"Oh...iya boleh. Terima kasih Ya Sis Kae. Nanti tolong kabari Ahjumma kalau kau dapat kabar dari Han Mel"

Sis Kae mengangguk kemudian berdiri. Saat hendak meraih hendel pintu, gerakannya terhenti. Sis Kae berbalik lagi menatap wajah Ibu dari sahabatnya itu.

Sis Kae yakin ada yang tidak beres. Ia harus mencari tahu lebih lanjut. Melihat wajah Ibu Han Mel, Sis Kae sangat kasihan kalau mengatakan Han Mel hilang. Ia saja tidak tahu dimana Han Mel.

Sis Kae berjanji dalam hati mulai hari ini ia akan selalu menjadi sahabat bagi Han Mel. Sis Kae akan mencari tahu dimana Han Mel berada. Kalaupun nanti Ia tidak menganggap Sis Kae sebagai sahabat lagi.

"Ahjumma tidak perlu khawatir aku akan menghubungi Han Mel"

***

Sis Kae menuju kembali ke sekolah. Disana sudah sepi hanya ada beberapa siswa yang memang sedang ada urusan saja. Hari juga sudah sore. Tapi Sis Kae harus kesana menemui seseorang.

Sis Kae langsung naik kelantai dua. Ia menghampiri Miss Ane yang tengah membereskan tasnya. Sepertinya gurunya itu akan segera pulang.

"Maafkan saya Miss Ane mengganggu sebentar" ujar Sis Kae.

Miss Ane tidak keberatan, Ia sebenarnya orang yang lembut. Hanya saja jika sudah berurusan dengan sekolah wibawa tegasnya keluar.

"Saya ingin menunjukkan ini. Apa benar surat ini dengan milik sekolah?"

Miss Ane meraih surat dari tangan Sis Kae dan memeriksanya. Legalisir dan tanda tangan disana memang benar didapat dari kepala sekolah. Tapi saat membaca bahwa surat itu berkaitan dengan pekan olahraga yang bahkan belum diadakan, Miss Ane jadi curiga.

"Pekan olahraga masih satu bulan lagi. Dari mana surat ini?tandangannya memang milik kepala sekolah"

Kaki Sis Kae lemas tiba-tiba. Raut wajahnya berubah khawatir. Tapi, Sis Kae harus bisa mengatasinya.Ia tidak ingin menyangkut pautkan hal ini dengan pihak sekolah. Ia cukup mengetahui fakta bahwa surat itu palsu.

"Aku belajar membuat itu untuk tugasku. Terima kasih Miss"

***

Air mata tidak bisa lagi terbendung. Sejak keluar dari ruang guru Sis Kae rapuh dan lemah. Ia harus apa sekarang? Lapor polisi dan memberitahu pihak sekolah, kemudian Ibu Han Mel histeris ketakutan anaknya hilang. Bagaimana kalau penculiknya melakukan hal yang tidak-tidak. Semua hinggap di kepala Sis Kae. Gadis polos itu terlalu banyak dipengaruhi drama.

Langkah Sis Kae terhenti dan duduk dihalte bis menunggu bis datang dan ia akan pulang. Tapi sudah dua bis berhenti gadis itu belum juga naik. Ia bahkan tidak menyadari orang-orang memperhatikannya. Seorang remaja menangis disore hari sendirian.

Tangisan Sis Kae makin keras. Ia bahkan membiarkan air matanya membasahi surat itu.
"Han Mel dimana kau? Apa kau baik-baik saja?"

Sudah dua hari Han Mel hilang. Bagaimana gadis itu makan disana, apa Han Mel tidur juga. Apa penculiknya memukuli sahabatnya?

Drrt...drrt...
Awalnya Sis Kae mengabaikan ponselnya. Namun, karena itu mengganggunya ia pun mengeluarkan ponselnya.

"Sis Kae kau dima--"

Tut.
maafkan Sis Kae, Kai. Ia sedang tidak mood berbicara saat ini. Sis Kae tahu, Kai hanya ingin menjahili gadis itu.

"Sis Kae--"

"Hei kau menangis? apa yang terjadi?"

Sis Kae menatap sendu orang dihadapannya. Kenapa ia harus bertemu orang itu dalam keadaannya yang seperti sekarang ini.

Orang itu duduk disamping Sis Kae dan menepuk-nepuk bahu Sis Kae menenangkan. Karena penasaran dengan kertas yang dipegang Sis Kae, orang itu merebut dan melihatnya.

"Pekan olahraga? Han Mel temanmu yang suka berdebat dengan Chanyeol?"

Sis Kae mengangguk pasrah. Ia terlambat menyembunyikan surat palsu itu, akhirnya ia membiarkan orang itu tahu masalahnya.

"Apa yang terjadi?"

"Chen Sunbae...hiks"

Sial!Karena terlalu lama menangis Sis Kae tidak bisa berbicara dengan lancar. Nafasnya sesekali tersenggak akibat menangis.

"Oh..tenanglah. Aku belikan dulu kau minuman. Tunggu disini ya"

Sis Kae mengangguk saja. Ia melihat Chen pergi berlalu dan kembali seraya membawakan air mineral pada Sis Kae.

"Jadi....ada apa?" Tanya Chen ulang.

Sis Kae menarik nafasnya perlahan mencoba menguatkan hatinya sebelum bercerita.

"Surat itu palsu dan diberikan pada keluarga temanku. Sekarang yang Eomma nya tahu Han Mel sedang berlomba. Tapi--" Sis Kae kembali meneguk minumannya dan menghentikan ucapanya. Tapi itu sudah cukup membuat Chen mengerti.

"Kau tadi ke ruang guru sedang menanyakan surat ini?"

"Kau tahu Sunbae?"

"Iyaa tadi aku tidak sengaja melihat kau berlarian ke ruang guru. Aku sedang membersihkan ruang musik, hari ini jadwalku. Saat akan menunggu bis aku melihatmu menangis. Makanya aku menghampirimu, ku pikir kau menangis karena Baekhyun"

Sis Kae menyeka air matanya. Ia tidak ingin menangis lagi dan terlihat lemah dihadapan orang lain.

"Lalu apa yang pihak sekolah katakan?"

"Aku tidak mengatakan kalau Han Mel hilang"

"Kenapa?"

"Aku tidak tega melihat Ahjumma---"

Kenapa disaat-saat seperti ini air matanya malah makin deras. Apa belum cukup Sis Kae menghabiskan satu jam hanya untuk menangis.

"Aku akan membantumu mencari tau"

"Gomawo Sunbae" Chen memberikan surat itu kembali pada Sis Kae. Gadis itu meletakkan tasnya diatas kursi halte dan memasukkan surat palsu nya disana.

Chen menepuk kembali bahu gadis didepannya. Ia bahkan menceritakan tentang sesuatu hal yang lucu meskipun ditelinga Sis Kae itu terdengar tidak seru. Setidaknya Sis Kae bisa tersenyum untuk menghargainya. Sis Kae jadi teringat Xiumin. Kenapa bukan Xiumin yang ia temui, tapi malah temannya.

"Ayo pulang bersama"

"Aku kesana dulu ya Sunbae ingin membeli minum lagi"

"Kau bisa sendiri?"

Sis Kae mengangguk kemudian berlari menghampiri sebuah toko. Tapi belum sempat sampai disana ia lupa tasnya tertinggal. Saat akan kembali Sis Kae membelalakkan matanya melihat Chen sudah diseret memasuki sebuah mobil hitam oleh dua orang dewasa berpakaian serba hitam.

"Yakh!"

"Chen Sunbae...tunggu!!"

Terlambat, mobil itu sudah pergi dan Sis Kae kembali menangis sendirian di halte bis.

"Apa ini?"

***

Kai merutuki ponselnya sejak Sis Kae memutuskan sambungan. Ia membanting benda pintar itu ke atas tempat tidur. Kai hanya sibuk memperhatikan ruangan kamar sahabatnya yang sudah tiada.

"Kau harus tahu Jaehwan, aku sekarang sedang jatuh cinta" gumam Kai pada sebuah foto.

Entah jenis kebiasaan apa namanya, Jaehwan sangat suka memajang foto punggung dirinya. Kai jadi merindukan sahabatnya itu. Terakhir kali mereka bersama-sama adalah ketika Jaehwan menertawakan Kai yang mendapat nilai tiga di pelajaran matematika saat SMP.

"Kai, ayo bantu aku masak"

Kai mengikuti Kyungsoo berjalan menuju dapur. Merekapun memakai celemek dan menyiapkan peralatan. Kyungsoo pandai sekali memasak dan Kai hanya melakukan apa yang diperintah Kyungsoo.

 


setelah selesai Kai disuruh menyiapakan makanan dimeja depan TV untuk mereka habiskan bersama sambil menonton film. Sementara Kyungsoo masih di dapur tengah mencuci piring.

"Oh aku lupa membawa sumpit" Kai berjalan menuju dapur untuk mengambil sumpit. Tapi langkahnya terhenti mendengar percakapan Kyungsoo. Kai bersembunyi dan mendengar dengan seksama.

"Kau sudah menangkap Chen?"

"Bagus sekali. Oh, ya? Aku akan kesana nanti"

"Ada satu orang lagi yang harus kalian bawa ke tempat berhantu itu"

"Tentu saja aku akan menambahkan bayaran kalian"

"Rye Hyun. Kim Rye Hyun"

Kai meremas telapak tangannya. Bagaimana mungkin Kyungsoo bisa bertindak sejauh ini. Mungkin ini alasan kenapa Kai tidak lagi menerima tanda dari teror Kyungsoo.

Kai mengeluarkan ponsel dari sakunya dan menghubungi Xiumin tapi lagi-lagi hanya terdengar nada sambung.

"Sial! hyung angkat" Kai sangat khawatir pada kakaknya. Ia mencoba berkali-kali menghubungi Xiumin tapi tetap tidak diangkat. Biasanya Xiumin akan langsung mengangkatnya.

"Kai...kenapa kau disini? ayo kita makan"

"Apa yang kau lakukan ?"

"Apa? aku habis mencuci piring"

"JAWAB DENGAN BENAR"

Kyungsoo menyilangkan tangannya didepan dada. Kalau seperti ini ia sudah mengerti. Kai pasti telah mendengar percakapannya tadi.

"Kau....Do Kyungsoo!" mata Kai bergetar, bahkan menyerukan nama orang didepannya tanpa embel-embel Hyung lagi.
"Apa kau melakukan sesuatu pada Xiumin Hyung?"

"Iyaa. Bukan hanya Xiumin. Tapi juga Chen dan Chanyeol"

.
.
.
.
.
.

TBC


Happy sunday guyss....----Sis Kae.

jangan lupa Vote dan komen
Komen guyss...
Wahai readers yang baik hati..silahkan komen yaa

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Perfect Candy From Valdan
3243      1348     2     
Romance
Masa putih abu-abu adalah masa yang paling tidak bisa terlupakan, benarkah? Ya! Kini El merasakannya sendiri. Bayangan masa SMA yang tenang dan damaiseperti yang ia harapkan tampaknya tak akan terwujud. Ia bertanya-tanya, kesalahan apa yang ia buat hingga ada seorang senior yang terus mengganggunya. Dengan seenaknya menyalahgunakan jabatannya di OSIS, senior itu slalu sukses membuatnya mengucapka...
Yang Terlupa
455      259     4     
Short Story
Saat terbangun dari lelap, yang aku tahu selanjutnya adalah aku telah mati.
Benang Merah, Cangkir Kopi, dan Setangan Leher
276      225     0     
Romance
Pernahkah kamu membaca sebuah kisah di mana seorang dosen merangkap menjadi dokter? Atau kisah dua orang sahabat yang saling cinta namun ternyata mereka berdua ialah adik kakak? Bosankah kalian dengan kisah seperti itu? Mungkin di awal, kalian akan merasa bahwa kisah ini sama seprti yang telah disebutkan di atas. Tapi maaf, banyak perbedaan yang terdapat di dalamnya. Hanin dan Salwa, dua ma...
Cute Monster
676      388     5     
Short Story
Kang In, pria tampan yang terlihat sangat normal ini sebenarnya adalah monster yang selalu memohon makanan dari Park Im zii, pekerja paruh waktu di minimarket yang selalu sepi pengunjung. Zii yang sudah mencoba berbagai cara menyingkirkan Kang In namun selalu gagal. "Apa aku harus terbiasa hidup dengan monster ini ?"
Syahadat & Seoul
334      229     2     
Romance
Lee Jeno, mencintaimu adalah larangan bagiku, dan aku sudah melanggar larangan itu, patut semesta menghukumku ... Diantara banyak hati yang ia ciptakan kenapa ada namamu diantara butiran tasbihku, dirimu yang tak seiman denganku ...
HEARTBURN
396      291     2     
Romance
Mencintai seseorang dengan rentang usia tiga belas tahun, tidak menyurutkan Rania untuk tetap pada pilihannya. Di tengah keramaian, dia berdiri di paling belakang, menundukkan kepala dari wajah-wajah penuh penghakiman. Dada bergemuruh dan tangan bergetar. Rawa menggenang di pelupuk mata. Tapi, tidak, cinta tetap aman di sudut paling dalam. Dia meyakini itu. Cinta tidak mungkin salah. Ini hanya...
The Arcana : Ace of Wands
172      149     1     
Fantasy
Sejak hilang nya Tobiaz, kota West Montero diserang pasukan berzirah perak yang mengerikan. Zack dan Kay terjebak dalam dunia lain bernama Arcana. Terdiri dari empat Kerajaan, Wands, Swords, Pentacles, dan Cups. Zack harus bertahan dari Nefarion, Ksatria Wands yang ingin merebut pedang api dan membunuhnya. Zack dan Kay berhasil kabur, namun harus berhadapan dengan Pascal, pria aneh yang meminta Z...
MANITO
1369      936     14     
Romance
Dalam hidup, terkadang kita mempunyai rahasia yang perlu disembunyikan. Akan tetapi, kita juga butuh tempat untuk menampung serta mencurahkan hal itu. Agar, tidak terlalu menjadi beban pikiran. Hidup Libby tidaklah seindah kisah dalam dongeng. Bahkan, banyak beban yang harus dirasakan. Itu menyebabkan dirinya tidak mudah berbagi kisah dengan orang lain. Namun, ia akan berusaha untuk bertahan....
Young Marriage Survivor
3017      1087     2     
Romance
Di umurnya yang ke sembilan belas tahun, Galih memantapkan diri untuk menikahi kekasihnya. Setelah memikirkan berbagai pertimbangan, Galih merasa ia tidak bisa menjalani masa pacaran lebih lama lagi. Pilihannya hanya ada dua, halalkan atau lepaskan. Kia, kekasih Galih, lebih memilih untuk menikah dengan Galih daripada putus hubungan dari cowok itu. Meskipun itu berarti Kia akan menikah tepat s...
Rewind
450      307     0     
Short Story
Just because someone doesn't love you the way you want them to, doesn't mean they don't love you with all they have. ©2019 by EttaGurl