Chanyeol menarik Go Han Mel mengikuti langkahnya. Sudah berulang kali gadis itu memberontak namun kekuatannya kalah besar dari Chanyeol. Mimpi apa Go Han Mel semalam harus bertemu dengan Chanyeol.
Setelah sampai ditempat yang Chanyeol tuju. Go Han Mel dapat menarik tangannya.
"Apa-apan sih pake narik-narik. Nggak jelas banget" bentak Go Han Mel.
"Kau sudah membuatku sakit kepala Tau. Sekarang kamu harus bersihin kafe ku "
Mulut Go Han Mel terbuka lebar mendengar Kalimat Chanyeol.
"Sumpah ya ini tuh nggak ada hubungannya sama yang tadi. Kamu kalo nggak terima kena botol,pukul aja aku. Ayoo"
"Ya jelas ada hubungannya lah.Karena kepala ku kena botol jadi pusing kan. Kalo aku pusing aku nggak bisa bersihin kafe. Dan...Aku nggak pernah mukul cewek" Sudut bibir Chanyeol sedikit terangkat. Senyum sinisnya jelas mengarah pada Han Mel. Membuat gadis itu geram.
"Emang nggak pernah ada ujungnya ya kalo debat sama kamu"
"Yakh! Bicara yang sopan aku ini Sunbae "
"Bodo amat"
Chanyeol membuka kafenya dan memaksa Go Han Mel masuk kedalam. Lalu Chanyeol memberikan alat bersih-bersih pada gadis itu.
Go Han Mel meletakkan tas nya dan mulai membersihkan peralatan dikafe dengan kemoceng.
Kafe Chanyeol memang indah.apalagi hiasan dan perlengkapannya banyak menggunakan alat musik. Go Han Mel suka andaikata bukan Chanyeol pemiliknya.
Go Han Mel menyapu lantai dengan menggerutu. Sedari tadi ia memang tidak terima diperlakukan seperti itu oleh Chanyeol.
Sementara si pemilik kafe sedang duduk manis dengan memainkan ponselnya. Sesekali Chanyeol memperhatikan Go Han Mel.Ia suka senyum-senyum nggak jelas kalau melihat gadis itu. Baru sama Go Han Mel lah Chanyeol dibuat seperti itu.
"Hei...kemarilah" Chanyeol melambaikan tangan meminta Go Han Mel mendekat.
"Wae?" Jawab Go Han Mel dengan nada dua oktaf.
"Fotoin"
Go Han Mel membelalakkan matanya. Melihat Chanyeol mengulurkan ponsel dengan wajah songong. Gadis itu meraihnya dengan cepat.
"Alay banget sih.."
"Jangan cerewet ayo fotoin"
Chanyeol tersenyum menghadap kamera ponsel ditangan Han Mel. Tangan kanan Chanyeol membentuk huruf V.

"Nih!" Go Han Mel memberikan kembali ponsel Chanyeol.
"Sana lanjut kerja" sahut Chanyeol.
Go Han Mel kembali melanjutkan pekerjaannya. Tentu saja dengan setengah hati. Kenapa hari ini ia begitu sial. Kencan dengan Sehun tak jadi malah harus bertemu Chanyeol.
***
Perasaan apa ini yang membuat Chanyeol tidak tenang. Matanya sejak tadi memandangi wajah polos Go Han Mel yang sedang tidur dikursi dengan kepala tertumpu di Meja. Wajah Go Han Mel terlihat begitu lelah. Chanyeol baru menyadari dirinya kelewatan mengerjai gadis itu.
Deg!
Jantung Chanyeol berdegup begitu cepat. Dengan cekatan Chanyeol memegangi dadanya dan merasakan jantungnya bermasalah.
Ia tadi keluar sebentar untuk membeli sesuatu. Saat ia kembali ia melihat Go Han Mel tidur dan keadaan kafe yang sudah bersih.
Setetes keringat jatuh dari kening Go Han Mel. Reflek tangan kanan Chanyeol akan mengelapnya. Namun, belum sempat menyentuhnya, kedua mata Han Mel terbuka.gadis itu terkejut melihat Chanyeol dihadapannya dengan jarak yang sangat dekat.
"Apa yang kau lakukan?" sekelebat pikiran aneh melintas diotak Han Mel.
"Eopseo ! Aku hanya melihat wajahmu penuh keringat. Menjijikkan" jawab Chanyeol beralasan.
"Sudah selesai kan?"
Go Han Mel berdiri dan melirik jam dinding. Sudah sore dan ia harus pulang. Ia meraih tasnya dimeja lalu berbalik badan meninggalkan Chanyeol.
Chanyeol menghembuskan nafas lega setelah kepergian Go han Mel. Setelahnya Chanyeol tersenyum sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
***
Setelah menaiki dan duduk di Bis, Go Han Mel memperhatikan ponselnya. Tidak ada pesan satu pun dari Sehun. Membuat gadis itu makin khawatir.
Go Han Mel tiba-tiba teringat sesuatu. Sudah tiga hari ini ia tidak bertukar kabar dengan Sis Kae. Ia sangat merasa bersalah. Tidak seharusnya ia bersikap begitu, tidak membalas pesan Sis Kae.
Maka Go Han Mel memutuskan mengirim pesan pada Sis Kae sebagai alasan. Minimal hubungannya baik-baik saja meski ada sedikit kebohongan.
Aku pergi menengok nenekku di Busan. Mian baru bisa menghubungimu Sis Kae.
Go Han Mel menekan tombol sent dan pesan pun terkirim. Ia menghela napas. Badannya begitu lelah hari ini.
Drrt...drrt...
Ada satu pesan masuk dari Sis Kae. Segera saja Han Mel membacanya.
Oh...begitu. Besok aku minta oleh-olehnya...MelMel
Han Mel tersenyum membaca pesan Sis Kae. Ia senang sahabatnya tidak marah. Tapi, tetap saja rasa bersalah masih menghantui Han Mel.
Han Mel mengetikkan pesan balasan untuk Sis Kae.
***
From : Mel-Mel
Tentu. Aku tidak pernah lupa padamu
Sis Kae tersenyum membaca pesan balasan sahabatnya.
"Siapa?" tanya Xiumin disebelasnya yang sedang asik menyetir mobil.
"Han Mel. Dia barusan membalas pesanku setelah tiga hari.aku lega sekarang dia baik-baik saja" jawab sis Kae.
"Besok sekolah. Kau pasti bertemu dengannya. Jangan khawatir, Sis Kae"
Sis Kae memeluk bonekanya sambil memikirkan hal-hal yang selalu mengganjal dipikirannya. Ia sudah bertekad akan melaporkan masalah teror sekolah besok. Ia tidak ingin namja disebelahnya terluka lagi.
"Kau kenapa diam begitu?" tanya Xiumin menyadarkan Sis Kae.
"Aku..." Sis Kae menatap Xiumin
"Aku...senang hari ini. Gomawo Umin-ah"
"Ne.."
"Bonekanya besar aku suka. Tapi haruskah kita pulang?" tanya Sis Kae polos.
"Besok sekolah. Kau istirahat hari ini supaya besok lebih semangat belajarnya"
Sis Kae terkekeh mendengar jawaban Xiumin.
"Kau mirip Appa " ujar Sis Kae teringat ayahnya.
"Hahha..." tawa Xiumin pecah.
"Bagus dong"
"Apanya yang bagus" Sis Kae heran.
"Nggak jadi"
"Ih...Umin" rengek Sis Kae.
"Apa yang bagus?"
"Tidak ada"
"Ah...apa Umin?"
"Nggak ada Sis Kae"
Sisa perjalanan mereka diisi dengan perdebatan kecil itu.
Hingga mereka sampai dan Sis kae langsung turun lalu masuk kerumahnya setelah melambaikan tangan pada Xiumin.
"Bye...Umin"
Sis Kae masuk kerumah dengan memeluk boneka besarnya. Eomma, Appa dan kakaknya memperhatikan dari ruang tengah.
"Senengnya yang habis kencan" sahut Lay.
"Ih...Oppa sirik" balas Sis Kae.
"Bereskan kembali bajumu Sis Kae" kata Eomma begitu Sis Kae menaiki tangga.
"Ne Eomma..." Sahut Sis Kae sambil terkekeh. Ia teringat sebelum jalan dengan Xiumin dirinya sempat mengobrak-abrik lemari mencari baju.
Sampai dikamar bukannya langsung menuruti kata-kata Eomma, gadis itu malah duduk ditepian tempat tidur dan memeluk boneka pemberian Xiumin.
***
Libur tiga hari telah berakhir.Kini Sekolah kembali ramai diisi para murid. Pagi sekali sebelum bel berbunyi Sis Kae melangkah menuju ruangan guru. Ia masuk kedalam dan menghampiri Ms.Anne. Tiga detik berikutnya datang Baekhyun dan berdiri disebelah Sis Kae.
"Penjual bunga" ujar Baekhyun melihat Sis Kae. Gadis itu menoleh dan tersenyum menghormati Sunbae nya,meskipun kesal harus diingat sebagai penjual bunga.
"Ada perlu apa?" Tanya Ms.Anne pada Sis Kae dan Baekhyun.
"Aku tahu siapa pelaku teror sekolah" kata Sis Kae begitu saja.
Baekhyun menoleh menatap Sis Kae aneh. Apa benar yang dikatakan gadis itu? Baekhyun khawatir pada pelakunya saat ini.
"Siapa?" Tanya Ms.Anne mulai penasaran.
Sis Kae menarik nafas panjang lalu menghembuskannya. Jantungnya berdegup kencang sekali saat ini. Pemikirannya terbelah menjadi dua. Ia tega melaporkan Kai atau membiarkan Xiumin dalam bahaya.
Baekhyun yang berniat mengambil buku absen dari Ms.Anne ikut melihat aksi Sis Kae.
"Dia...."
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc