Author POV
"Siapa itu?.." Xiumin beranjak dari tempatnya duduk dan melihat ke asal suara itu.
Kedua matanya terbelalak melihat siapa yang menciptakan suara gaduh itu. Hampir saja tangannya terangkat kedepan untuk membantu gadis itu berdiri. Namun tepukan dipundaknya berhasil mengalihkan perhatiannya.
"Siapa dia, Xiumin?" tanya chanyeol .
Gadis itu berdiri dan menatap wajah Xiumin. Dia menunggu jawaban keluar dari mulut lelaki itu. Namun sampai tiga detik berlalu Xiumin masih saja belum membuka mulutnya.
Hei, apa dia lupa namaku?---batin Sis Kae.
"Kurasa dia anak kelas sepuluh" jawab Xiumin akhirnya.
"Kau..."
"Ekhem..anak kelas sepuluh tidak boleh ada disekitar kelas sebelas"
Sis Kae membuka lebar mulutnya tidak percaya. Dia sangat terkejut mendapat perkataan seperti itu dari orang yang sudah sangat dia kenal. Seseorang yang setiap hari bertukar email dengannya, berkirim kabar dan melepas rindu dengan media sosial.
Mata Sis Kae melirik namja disebelah Xiumin dan mendadak pikirannya berargumen kalau Xiumin enggan memperkenalkan Sis Kae didepan temannya. Apa dia juga perlu bersandiwara tidak mengenal lelaki itu?
"Mulut kontrol woy" sindir chanyeol pada Sis Kae.
"Aku anak baru disini. Sorry kak sebenarnya aku nyasar. Mianhe" gadis itu berlalu begitu kalimatnya selesai. Ia berjalan setengah berlari atau mungkin memang berlari. Nafasnya terus memburu menahan amarah dan kekesalannya.
Jangan salahkan langkahnya yang lambat. Salahkan sekolah ini yang luas sekali. Jarak koridor kelas sepuluh ke kelas sebelas sangat jauh. Begitupun dengan jarak koridor kelas sebelas ke kelas dua belas.
Gadis itu berhenti sejenak untuk menetralkan perih di kedua matanya saat ini. Ia tidak ingin menangis hanya karena kejadian itu. Dia menggenggam kuat telapak tangannya. Geram.
"Ahkhh..." teriaknya melepas segala keluh kesalnya.
Tapi...
"Nugu? Aish...kau pikir ini hutan. Pabo"
Segera Sis Kae menutup mulutnya dengan kedua tangan yang tadi mengepal. Ia lupa kalau masih berada dilingkungan kelas sebelas. Dan sekarang dia harus menerima akibat dari teriakannya.
Seorang yeoja cantik berambut panjang. Kedua matanya yang bulat dengan bulu mata yang lentik alami. Berdiri didepan Sis Kae. Gelagapan ia ditatap intens oleh kaka kelasnya itu.
"Mian, sunbae" Sis kae membungkukkan sedikit punggungnya untuk meminta maaf.
"Kau lihat. Karena kau aku jadi harus membuang..." potongnya melihat jam tangan yang bertengger manis di tangan cantiknya.
"Empat menitku untuk mengurusmu" dia masuk kembali kedalam kelasnya. Meninggalkan Sis kae yang masih terkejut melihat tingkah kakak kelasnya itu.
"Cantik" katanya tersenyum sendiri.
***
"Kau lihat. Karena kau aku harus membuang...gini dia melirik jam tangannya lalu kembali menatapku. Ekhm, empat menit ku untuk mengurusmu..." Sis Kae kembali duduk dibangkunya setelah berhasil menirukan gaya orang yang sedang dibicarakannya.
Go Han Mel tertawa sangat keras. Pasalnya apa yang diperagakan oleh sahabatnya itu berhasil mengocok perutnya.
"Kau sih...pake segala teriak-teriak kaya tarzan" komentar Han Mel.
"Mana aku tahu Han Mel"
"Siapa sunbae itu?"
Sis Kae menggelengkan kepalanya.
"Molla" kata Sis kae pasrah. Lalu memilih sibuk dengan ponselnya. Sudah sepuluh menit sejak bel masuk berbunyi Ms.Angel belum juga datang kekelasnya.
"Han Mel-ah. Kapan pulang ?" katanya mulai bosan.
"Dua puluh menit lagi" katanya yang juga masih sibuk dengan ponsel.
Kelas kini makin riuh. Ada yang nge-gosip dengan suara yang lantang. Ada juga yang asik tidur dibelakang. Atau juga sibuk dengan ponselnya, seperti Sis Kae dan Han Mel.
"Waw daebak!" teriak Han Mel.
"Lihat dong!" Sis Kae merebut ponsel Han Mel.
"Yakh! Kau menipuku"
"Hahahaha....ayo pulang"
Go Han Mel meraih tas nya lalu pergi meninggalkan Sis Kae yang masih kesal padanya. Karena didalam ponsel Han Mel tidak ada gambar apapun.
***
Xiumin POV
Aku sangat merasa bersalah pada Kim Sis Kae. Aku tahu dia pindah ke Seoul. Sebulan yang lalu dia mengirim email padaku.
Anyeong, Umin...
Kabar gembira buat kamu. Aku bakalan pindah ke Seoul. Appa ku ditugaskan disana dan aku bakalan tinggal disana. Itu berarti aku juga bakalan sekolah disana. Aku nggak tahu bakal sekolah di SMA mana. Tapi aku seneng aku bisa tinggal di kota yang ada kamunya.
Aku nggak sabar pengen ketemu kamu. Sudah lama ya...kita nggak pernah ketemu. Kamu kapan liburan ke Incheon? itu pertanyaan yang selalu aku utarakan kalo lagi kangen kamu. Eh,tapi nanti pertanyaannya berubah. Kapan ya kita ketemu di Seoul?
Jangan lupa bales email aku Umin
I miss You so much....
Your friend,
Kim Sis Kae
Aku hampir melompat dari lantai dua kamarku saat membaca email darinya. Tapi apa yang aku lakukan padanya di sekolah sangat berbanding terbalik dengan rasa senangku saat membaca email itu. Aku juga merindukan Kim Sis Kae. Merindukan teman kecilku saat di Incheon.
"Umin kenapa kamu harus pindah?" Sis Kae memasang wajah sedih dihadapanku. Gadis cilik itu sangat lucu jika sedang ngambek.
Hari ini cuaca sangat dingin. Beberapa bulir salju sudah mulai turun membelai jalanan. Aku melihat gadis dihadapanku kedinginan. Namun, ia menutupinya dengan kesedihannya harus melepas kepergianku.
"Mianhe, Sis Kae-yah. Aku janji nggak akan melupakan pertemanan kita. Aku akan selalu mengirimimu email. Kau juga harus membalasnya. Setuju?"
Dia malah menggembungkan pipinya. Aku melepas jaket yang ku pakai dan melingkarkan dipundaknya. Lalu gadis itu menatapku dengan tersenyum manis. Senyum manis yang tak pernah ku lupakan.
Drrt....
Aku membuka ponselku karena ada notifikasi masuk.
From : Suho
Kau sudah pulang?
Aku memijat keningku. Pasti sekarang Suho sedang mencariku karena belum bersama Rye Hyun. Pasti Suho merasa kalau aku menyukai adiknya itu. Ini karena aku sering mengantar adiknya itu pulang bareng. Padahal aku melakukan semua itu karena ingin membantunya. Mengingat Suho adalah ketua osis baru yang sangat sibuk dengan rapat-rapat gak jelas itu--menurutku. Jadi dengan inisiatifku sendiri aku ingin membantu sahabatku mengantar adiknya pulang supaya aman.
Aku melihat dari kejauhan gadis itu sedang berjalan menuju mobilku. Aku hanya membalas senyumnya saat dia sudah berada disampingku.
"Mian Xiumin, tadi aku piket. Jadi telat lima menit."
"Gwenchana Rye Hyun-ah"
"Gomawo" balasnya kemudian.
Aku segera melajukan mobilku. Ingin segera mengantar gadis ini pulang. Jarak rumah Rye hyun dari sekolah tidak begitu jauh, hanya perlu waktu dua belas sampai lima belas menit saja.
Didalam mobil hanya dia yang terus berbicara. Sedangkan aku hanya membalasnya dengan mengangguk atau tersenyum. Gadis itu memang suka bercerita padaku. Dia lebih nyaman curhat padaku dari pada dengan Suho, katanya.
Aku menghentikan mobilku saat sudah berada di depan gerbang rumah Rye Hyun. Rumahnya sangat megah. Mereka adalah anak dari keluarga kaya raya. Namun sayang sepertinya Rye Hyun kurang perhatian. Kedua orang tuanya sudah bercerai dan sangat sibuk dengan pekerjaan. Sedangkan Suho sendiri harus lebih perhatian pada sekolah. Maklum ketos dia.
Gadis itu turun dan menghampiriku sebelum memasuki rumahnya.
"Xiumin gomawo sudah mengantarku. Lagi" katanya menekankan kata lagi diakhir kalimatnya.
"Ne. Palli masuk. Kau pasti sudah lelah kan?"
"Annyeong" dia melambaikan tangannya lalu masuk kedalam rumahnya. Aku langsung melajukan mobilku pulang.
Delapan menit akhirnya aku sampai di rumah. Aku turun dan meraih tas ku lalu hendak masuk kerumah.
Dan...
"Whats up, bro!" Teriak Baekhyun dari dalam rumahku.
"Lama banget sih?" aku tahu Baekhyun tidak pernah datang sendiri kalau main ke rumahku. Dia selalu mengajak Chen. Apalagi kalau bukan untuk numpang main PS.
"Biasalah" kataku malas. Kami akhirnya duduk kembali disofa depan TV.
"Tau. Nganterin Rye Hyun kan?" tebak Chen. Benar!
Baekhyun menatap Chen. Dia mengambil cemilan diatas meja dan melahapnya.
"Siapa sih? ko aku nggak tau ya?"
"Hahahaha....kudet sih. Baru tau loh seorang Baekhyun. Namja populer di sekolah kita belum tau sama yeoja cantik bernama Rye Hyun" tawa Chen nyindir.
Baekhyun mengambil kembali cemilan itu lalu melempar ke arah Chen.
"Dia itu adik Suho. Masa kamu nggak tahu sih?" aku mengingatkan Baekhyun. Tapi sepertinya dia belum pernah sekalipun bertemu dengan Rye Hyun.
"Molla" Baekhyun pasrah. Daripada ditertawakan Chen lebih baik kembali fokus pada permainan PS nya.
Aku bangun dari posisi dudukku. Lalu hendak keluar setelah bosan melihat permainan Chen dan Baekhyun.
"Kau mau kemana?" tanya Chen akhirnya.
"Bosen. Keluar bentar "
Aku melihat seorang gadis berlari kearahku. Dengan sangat tiba-tiba hingga membuat tubuhnya menindih tubuhku. Jangan tanya seperti apa posisinya karena sulit dijelaskan.
Dia memejamkan matanya. Aku tersenyum melihat siapa ternyata yang sedang ada didepanku.
"Annyeong Sis Kae-yah.."
.
.
.
.
.
Yeh.....udah part 2.
Tbc..