Di dalam kamarnya Jeana yang baru saja selesai bersiap-siap sekarang tengah sibuk memakai bedak tipis serta liptint di bibir mungilnya karena hari ini Adrian akan menjemputnya seperti biasa. Sebelumnya Jeana tidak pernah berdandan bahkan memakai bedak saja hanya ketika ingat, tapi setelah berpacaran dengan Adrian dia jadi ingin terlihat lebih cantik di hadapan pria itu meskipun Adrian mengatakan jika dia mencintai gadis itu apa adanya tetap saja Jeana ingin terlihat seperti wanita lain.
Setelah memastikan penampilannya cukup memuaskan dan tidak terlalu menor sehingga akan di tertawakan orang lain akhirnya Jeana segera turun ke bawah untuk sarapan dan di ruang makan sudah ada Julian yang baru saja selesai memasak nasi goreng andalannya, ya tentu saja memang apa yang bisa pria itu masak selain nasi goreng. Hey setidaknya dia tidak seperti Jeana yang sama sekali tidak tau bagaimana cara memasak?
"Hai Kakakku yang tampannnn." Sapa Jeana sambil mendudukkan dirinya di hadapan pria yang bertaut tiga tahun di atasnya itu
"Makan buruan! Gue jamin cowok lo bentar lagi sampai." Kata Julian sambil menyantap nasi gorengnya
Jeana berdecak pelan, "Ck. Gak juga tau kemarin aja gue nunggunya lamaa"
"Masih mending di jemput dari pada naik ojek nambah pengeluaran uang nanti lo mana minta duitnya ke gue lagi." Kata Julian
Jeana menunjukkan cengirannya, "Hehe ya kan sebagai Kakak yang baik harus seperti itu kepada adiknya"
"Ya ya terserah lo." Kata Julian malas
Sepuluh menit kemudian sebuah suara motor yang berhenti terdengar di halaman rumahnya dan tentu saja sang pemilik adalah pacar kesayangan Jeana karena tak lama kemudian pintu rumahnya di ketuk bersamaan dengan datangnya suara dari Adrian. Tadinya Jeana hendak bangun untuk membukakan pintu, tapi Julian menyuruhnya untuk menyelesaikan makanannya dan pria itu yang berjalan untuk membukakan pintu.
"Permisi di sini Adrian ingin menjemput tuan Puteri Jeana yang akan segera berangkat untuk menuntut ilmu, mohon di bukakan pintunya." Kata Adrian dari luar rumah
Adrian yang hendak mengulangi perkataannya mendadak diam saat Julian membuka pintu dan sesaat kemudian pria itu tertawa kecil sambil menatap Kakak dari kekasihnya itu.
"Ehh hehe Hai Bang Julian apa kabar Bang?" Tanya Adrian sambil bersalaman ala anak-anak muda dengan Julian
"Baik, masuk gih cewek lo lagi makan tuh." Kata Julian
Setelah itu mereka berdua melangkahkan kaki ke dalam rumah besar milik orang tua Jeana itu dan sesaat setelah masuk Adrian dapat melihat Jeana yang sekarang baru saja menyelesaikan makannya itu tengah sibuk memakai sepatunya.
"Udah selesai belum makannya?" Tanya Julian saat melihat adiknya yang tengah sibuk memakai sepatu itu
Jeana mengangguk sambil tersenyum, "Udah Kak"
Tidak lama setelah Jeana selesai gadis itu dan Adrian segera berangkat menuju kampus dengan motor Adrian lalu sebelum melajukan motornya Adrian meminta Jeana untuk memegang ponselnya.
"Pegangin dong Je takut Mama telfon soalnya tadi pagi whats app katanya mau telfon." Pinta Adrian
Setelah itu Adrian mulai melajukan motornya dengan kecepatan rata-rata dan sesaat setelah motor yang di tumpanginya melaju ponsel milik Adrian bergetar yang menandakan jika ada pesan. Jeana tidak membuka pesannya, tapi ia hanya memilih untuk melihat nama pengirimnya di sana dan di sana tertera dengan jelas nama Abella.
'Nanti aja deh pas udah sampai tanyaiin sama Adrian'
¤¤¤¤¤
Lima belas menit perjalanan akhirnya keduanya sampai di kampus mereka dan Jeana segera turun dari motor Adrian lalu menunggu pria itu melepas helmnya karena Jeana ingin mengembalikan ponsel milik Adrian. Sebenarnya penasaran dengan apa isi pesan dari Bella, tapi Jeana tidak mau mengganggu privasi Adrian dengan membuka pesan di ponselnya tanpa izin jadi ia memutuskan untuk bertanya saja.
"Nih Ian ada chat tadi." Kata Jeana sambil menyerahkan ponsel milik Adrian
"Dari Mama ya?" Tebak Adrian
Jeana menggelengkan kepalanya pelan, "Bukan dari Bella, tapi gak tau isi pesannya apa gue gak baca"
Adrian terdiam untuk sesaat lalu ia memperhatikan Jeana dengan begitu dalam membuat gadis itu mengerutkan dahinya bingung.
"Kenapa sih Ian?" Tanya Jeana
Mata Adrian yang sudah sipit kembali ia sipitkan hingga hampir menghilang, "Lo gak ngira gue selingkuhkan Je?"
Jeana tertawa kecil, "Ya gak lah lebay amat kali geh"
Setelah mengatakan hal itu Jeana melangkahkan kakinya menuju kelas yang sebentar lagi akan dimulai dan diikuti dengan Adrian yang berjalan di sampingnya padahal mereka beda jadwal dan ya jadwal kuliah Adrian masih dua jam dari sekarang yang Jeana bisa menebak pasti pria itu akan pergi bersama sahabat baiknya seperti biasa.
"Kemaren malam gue antar Bella pulang soalnya dia nunggu bus sendirian malem-malem kan kasian ya Je? Yaudah gue anterin balik terus ini chat dari dia cuman bilang makasih doang kok Je." Kata Adrian menjelaskan
Adrian sangat tau Jeana pasti tidak perduli, tapi Adrian merasa perlu untuk memberi tahukannya kepada Jeana setidaknya kekasihnya itu tau kan bagi Adrian itu sudah cukup.
"Iya Ian gue percaya sama lo." Kata Jeana sambil tersenyum manis
Adrian yang gemas langsung mengacak rambut Jeana hingga terlihat sedikit berantakan membuat kekasihnya itu menggerutu kesal.
"Lo mah berantakan jadinya." Keluh Jeana
Adrian mencubit pipi Jeana dengan gemas, "Iyaaa maaf yaa gembulll"
"Adriann!"
Adrian tertawa lalu sekali lagi ia mencubit pipi Jeana membuat gadis itu memukul lengannya dengan cukup keras, tapi Adrian justru tertawa dan selanjutnya ia membuat Jeana terdiam ketika pria itu mengusap rambutnya dengan lembut.
"Gue duluan yaa lo belajar yang rajin biar bisa jadi istri yang baik nanti harus pinter juga biar bisa ngajarin anak-anak kita nanti." Kata Adrian
"Apaan sih Adriannnn? Udah sanaaaa." Usir Jeana yang sekarang sudah memerah
"Iyaa dadahh Jeanaa"
Setelah itu Adrian melambaikan tangannya dan langsung melangkahkan kakinya menjauh sedangkan Jeana kembali melangkahkan kakinya menuju kelas dengan senyuman yang terukir lebar.
¤¤¤¤
Kamu tau?
Berharap itu benar-benar menyakitkan karena harapan itu lebih sering mengecewakan dari pada membahagiakan.
Seperti aku yang berharap pada kamu, dulu.
baca paragraf pertama membuat harti pembaca melecus karena "merasa" pernah mengalaminya...
Comment on chapter Prologtragis!