Read More >>"> Isi Hati
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Isi Hati
MENU 0
About Us  

Wajahnya yang cantik jelita, melihatnya saja serasa bahagia. Rasanya, seperti aku mengenalnya dan dia pun mengenalku. Aku jatuh cinta padanya pada pandangan pertama. Perlahan ku gapai tangannya yang indah sembari melangkah padanya.. Tapi entah mengapa, perasaanku berkata bahwa aku malah semakin jauh darinya.

 Tiba-tiba saja aku ditarik oleh sesuatu menuju sebuah jurang. Jurang yang darinya aku mendengar jeritan orang dan suara api yang membara. Tarikan ini semakin kuat hingga aku tak mampu menahannya dan terjatuh ke jurang yang panas ini. Aku takut akan apa yang ada di dalamnya, dan aku takut tak bisa bertemu dirinya lagi. Aku merasakan ketakutan yang selama ini tidak kusadari, ini adalah siksa yang amat pedih. Aku hanya bisa menjerit sekeras mungkin.

“Haah!” ternyata mimpi. Aku bersyukur itu mimpi, tapi tanpa kusadari air mataku telah bercucuran mengingat hal yang terjadi padaku tadi. Segera ku bangkit dengan semangat untuk taubat, dan kucabut semua poster-poster manusia yang baru kusadari ternyata buruk. Semuanya langsung ku buang ke tempat sampah. Aku ingin hijrah menjadi diriku yang lebih baik lagi. Aku tidak ingin menyesal di akhirat nanti, dan aku… ingin bertemu dengan perempuan tadi dalam mimpiku.

“Ajii! Bangun! Razi Ramadhan!!” teriak ibuku dari luar kamar. Langsung kubuka pintu dan memeluk dirinya. “Ibu… Aku minta maaf ya bu…”,”Razi… Sudahlah tak apa, ibu tahu waktu ini akan segera datang. Nah, ayo kita berangkat untuk daftar sekolah barumu setelah kau pindah dari sekolah lamamu…” jawab ibuku. “Ayo! Sudah kuputuskan aku akan masuk ke SMA Nur Al-Mubin dan melanjutkan kelas tiga disana!”

“Sekolah yang di dekat pantai itu?” tanya ibu. “Iya. Kuharap aku bisa jadi orang yang lebih baik lagi disana”, “Baiklah, ayo bersiap-siap dan langsung kesana”. Aku pun bersiap-siap dengan penuh semangat dalam hijrah. Tak lupa, sebelum berangkat ku sempatkan diri untuk salat dan bertaubat sepenuh hati kepada Allah ta’ala. Atas segala dosa masa laluku yang kelam, penuh dengan kesombongan, dan banyak mendatangkan keburukan padaku. Aku tak ingin lagi pergi ke tempat penuh maksiat itu lagi.

Alhamdulillah, aku diterima di sekolah ini. Sudah seminggu aku bersekolah dan aku sudah banyak akrab dengan teman-temanku. Tetapi, aku penasaran apakah perempuan di mimpiku itu benar-benar nyata ataukah hanya sekedar mimpi saja? Biarlah waktu yang menjawab nanti. Yang penting, aku sekarang punya banyak teman yang membawaku kepada kebaikan. Mulai dari mengajarkan bersikap qona’ah atau sabar, hingga sikap-sikap yang lainnya. Aku bahagia, namun tidak membuatku puas atas diriku yang banyak salah ini.

Aku sangat berharap taubatku diterima, sehingga diampuni semua dosa kesalahanku. Aku tidak ingin membawa keburukan pada diriku, atau bahkan orangtuaku sendiri yang telah melahirkanku. Namun, sepertinya memang benar bahwa segala perbuatan pasti ada balasannya. Kemarin, sepulang sekolah aku terjatuh dari bus sekolah dan kaki kananku mengalami cedera. Dan aku harus terus bertahan tetap ibadah dan sekolah, walaupun harus menahan rasa sakit yang tak seberapa.

Dua minggu berlalu, dan aku sudah merasa sangat baik. Kakiku sehat seperti semula walaupun agak lambat saat berjalan. Hari ini, aku sedang di perjalanan pulang sekolah bersama salah satu temanku yaitu Raskal. Dia mengajakku jalan-jalan sebentar di sekitar sekolah. Pemandangan pantai nya indah sekali, namun di ujung pantai terdapat sebuah tempat yang tak asing lagi bagiku. Tema aesthetic nya cukup menipu mata orang, yang sebenarnya dalamnya hanya tempat berkumpul orang yang tidak tahu cara berpakaian yang benar.

Bahkan hanya memakai baju dan celana yang kurang bahan saja dengan mengatasnamakan trend fashion dan omong kosong lainnya sebagai alasan. Lebih parah lagi, mereka berpasang-pasangan di dalam sana. Pasangan remaja yang ngebet pengen ngerasain cinta. Cinta di medsos, cinta di belakang jalan, cinta satu malam. Apalah artinya cinta kalau didasari nafsu syahwat.

Jujur saja, tempat ini tidak pernah kehilangan daya tariknya. Bahkan pada diriku sekalipun. Raskal yang bersamaku berjalan menuju tempat itu seakan-akan tidak tahu apa-apa. “Ayolah sebentar aja kite kesana. Cuma nengok doang ada cewe yang cakep apa kagak” kata Raskal padaku. Dalam hatiku berkata, mungkin tak apa lah toh cuma sebentar saja ini. Namun sekuat tenaga aku tolak keras-keras perkataan itu. Aku sudah tahu segala kebusukan tempat itu yang bahkan tak terjangkau oleh aparat setempat.

“Sorry Ras, gue gak ikut dulu ya! Soalnya udah sore mana capek pula” tolak diriku atas ajakannya. Namun ternyata Raskal terus mengajakku. “Gapapa lah! Orang cuma sebentar lima menit aja gak nyampe”. Aku terus menolaknya dengan halus. Kedua tangannya mendorongku dengan keras sambil, dan ia berkata “Lebay lu ah!”. Langsung saja ia pergi tanpa basa-basi meninggalkanku. Ingin rasanya ku balas, namun kakiku tak memungkinkan untuk melakukannya.

Disaat ku berdiri, aku melihat seorang perempuan berjilbab. Ketika kulihat wajahnya, rasanya seperti aku pernah mengenalnya. Siapa ya perempuan tersebut? Tanyaku pada diri sendiri. Sambil mengingatnya, dia pun menoleh dan berbicara. “Sekolah di SMA Nurul Mubin juga?” kata dia sambil melihat ke arahku. “Iya” jawabku dengan singkat. “Namaku Adzriel, dari kelas 3 IPA. Kamu siapa?”

Aku pun menjawab “Saya Razi dari kelas 3 IPS. Salam kenal ya!”, “Ya! Mulai sekarang kita berteman ya. Dah ku mau pergi lagi…” Jawabnya sembari melambaikan tangan padaku dan perlahan meninggalkanku. Sesaat setelah melihatnya tersenyum, aku teringat sesuatu. Aku teringat seorang perempuan yang pernah tersenyum juga padaku dengan wajah yang sama persis. Perempuan itu seperti yang berada dalam mimpiku waktu itu saja.

Aku pun bergegas pulang untuk mencari tahu lebih tentangnya. Aku merasakan hal yang sama seperti waktu dalam mimpi. Dirinya memang sangat menarik menurut pandanganku. Setelah sampai di rumah langsung saja, ku buka handphone dan mencari akun dengan nama Adzriel. Ku awali percakapan dengan sebuah ucapan salam.

Belum berapa lama, ia terlihat membaca pesanku dan langsung membalasnya. Ini pertama kalinya aku chatting dengan perempuan setelah hijrahku. Jujur aku sedikit gugup, walaupun dulu tak terhitung berapa perempuan yang kukirimi pesan dengan aplikasi ini. Banyak sekali pertanyaanku, namun setiap pertanyaan pasti dijawab olehnya. Sesekali ia pun juga bertanya. Namun secara refleks baru saja kusadari aku mengirim pertanyaan yang agak aneh. Yang berbunyi “Apa kita pernah ketemu sebelum hari ini?”. Aku bingung dengan jawabannya. “Mungkin iya tapi tidak , mungkin tidak tapi iya, menurut kamu? :)” Kira-kira seperti itu jawabannya.

Baru saja ingin ku lanjutkan chat, namun ternyata ayahku memanggil untuk segera bersiap sholat maghrib dan makan malam. Baiklah, mungkin akan kuteruskan lagi esok hari di sekolah. “Jangan lupa bawa payung yah! Akhir-akhir ini sering hujan angin loh!” kata ibuku pada ayahku dan aku. “Iya bu. Ayah berangkat ya!” jawab ayahku pada ibu. “Ya hati-hati Ayah , Aji”.

Keesokan harinya di sekolah, aku menunggu di bawah pohon dekat masjid sekolah. Cuaca hari ini agak gelap menurutku, tapi tak apalah sebentar saja untuk melanjutkan obrolan semalam yang terputus. Dari kejauhan Adzriel datang bersama seorang teman perempuannya. Wajahnya seperti biasanya, ceria. Setelah sampai di dekatku, temannya malah meninggalkan kami berdua. Katanya mau sholat dhuha di masjid. Padahal sekarang sudah hampir waktu zuhur.

Kami pun mengobrol, namun tak lupa menjaga jarak. Entah bolehkah kami mengobrol berdua lawan jenis. Bisa-bisa gawat kalau kelihatan guru. Padahal nggak apa-apa kalo temennya dia ikut, malah mungkin bisa lebih seru obrolannya.

Setelah mengobrol banyak hal, tak terasa langit semakin gelap. Dan kami putuskan untuk melanjutkan obrolan di depan teras kelas. Hujan rintik-rintik pun turun bersama hawa dingin yang menyegarkan. Aku merasa bahagia bisa mengenalnya. Aku pun bertanya padanya “Sebenernya ku masih bingung sama jawabanmu semalam pas kutanya ‘Apa kita pernah bertemu sebelumnya’”. Dia menjawab, namun ekspresinya berubah.”Hm.. Soal jawaban semalem, gimana ya. Tapi sebentar..”,”Ada apa?” Tanyaku padanya.

“Kok rasanya ada gemuruh ya? Apa cuma perasaanku aja?” Jawab Adzriel kepadaku sembari membenarkan posisi kacamatanya. “Iya ya, kok kayak ada suara gemuruh.” Jawabku. Aku merasakan sesuatu yang bergemuruh dan bergetar. Tiba-tiba saja seorang guru berteriak dengan pengeras suara. “Semua siswa siswi segera masuk ke ruang serbaguna di lantai satu! Badai semakin memburuk dan jangan pergi ke lapangan”.

Setelah mendengar pengumuman tersebut, aku panik. Apa yang terjadi? Mengapa ada badai bergemuruh sekencang ini. Namun Adzriel tetap bersikukuh agar kita mengikuti saja perintah guru yang menjabat sebagai kepala sekolah tersebut. Kami pun pergi ke ruang serbaguna, disana sudah ramai. Hampir semua ketakutan, ada yang menangis bahkan, sebagian lagi berzikir dan berdoa kepada Allah ta’ala agar badai tersebut tidak membawa bencana.

Aku pun duduk bersandar dinding, sedangkan Azriel duduk bersama teman yang tadi. Aku yang duduk sendiri khawatir apa yang sedang terjadi. Baru kali ini terjadi badai di kota kami, selebihnya hanya hujan angin saja. Aku pun mencoba memejamkan mata, dan berdo’a. Namun aku merasa ada sesuatu yang menggerakkan tubuhku, lantai pun mulai terasa bergoncang. Aku sontak berlari keluar ruang serbaguna, namun tanpa kusadari Adzriel juga berlari mengikutiku. Sontak dia berteriak “Awas!” aku menoleh ke depan dan tak kusadari aku menginjak genangan air di lantai depan kelas. Aku tak melihatnya karena semua terlihat bergoncang, siswa-siwi pun berhamburan keluar kelas. Namun sekarang semuanya berubah menjadi gelap.

Aku terbangun di antara tumpukan batu-batu. Kedua kakiku terkubur bebatuan besar, hanya badan dan kepalaku yang bisa bergerak bebas. Sakit, takut, sedih, khawatir, semua perasaan itu tercampur menjadi satu. Dalam hujan ku melihat ke sekitarku. Aku melihat sesuatu yang bergerak. “Adzriel!!!” langsung saja kupanggil namanya setelah melihatnya di antara bebatuan. Baru kusadari ternyata sebagian bangunan sekolah runtuh, dan ruang serbaguna tersegel dari luar oleh puing-puing.

Perlahan perempuan tersebut memakai kacamata yang telah ditemukannya dan langsung menjawab “Razi! … Aku… Disini…” Katanya sambil menahan sakit. Kulihat dirinya juga tak bisa bergerak karena tertimpa puing-puing yang berat. Disaat itu juga, dia berkata padaku “Aku tak tahu harus berbuat apa sekarang. Hanya bisa bersyahadat dan terus menunggu pertolongan” perkataan tersebut membuatku terkejut. Aku hanya bisa terus bersyahadat dan berdoa, sama sepertinya. Dia berada beberapa jarak di sampingku.

Ditengah hujan, kegelapan, dia kembali berbicara padaku. “Razi.. Apakah kamu laki-laki yang ada di mimpiku beberapa waktu lalu?” Aku terdiam dan terkejut. Mimpi apakah yang ia maksud? Aku tak mengerti sama sekali.

“Aku takut. Karena di mimpi tersebut aku merasakan segala sakit dan pedih akibat segala dosaku. Namun aku melihat lelaki, dia sepertimu. Apakah itu dirimu?” Tanya Adzriel padaku. Aku melihat dia sedang menahan tangis. Sekarang aku sadari, ia memang perempuan yang kucintai itu. “Adzriel… Wallahi! Kau itu amat sangat baik dan cantik…”Jawabku , aku pun mengulurkan tanganku pada tangannya. Ia pun melakukan hal yang sama.

Namun sepertinya ada sesuatu yang menghalangi. Tanganku tidak sampai meraih tangannya. Aku tak ingin terpisah lagi dengannya.  Aku ingin terus bersamanya, setidaknya lebih lama lagi. Aku ingin mengutarakan perasaanku padanya, setidaknya dia sudah tahu saja maka itu sudah lebih dari cukup. Langsung saja ku berkata:

 “Adzriel… Ketahuilah bahwa aku… adalah-“

Perkataannya terputus oleh ombak besar yang menghantam mereka berdua. Mereka terpisah, lagi. Tenggelam di dalam ombak air yang asin. Dalam hati, mereka berdua berkata “Sungguh. Sampai hari ini pun aku tak bisa mengatakan perasaanku padanya. Dan saat aku ingin mengatakannya, takdir kembali memisahkan. Inilah akibat dosaku. Ampunilah dosaku dan dosa kami semua ya Allah.”

Di rumah Adzriel, ibunya sedang membaca buku harian Adzriel yang sepertinya lupa dibawa. Disitu tertulis

 “Dia benar-benar lelaki dalam mimpiku waktu itu. Mimpi yang membuatku berubah dan meninggalkan segala masa lalu kelamku. Aku berharap perasaan ini segera tersampaikan padamu, dan aku ingin terus bersamamu... Razi Ramadhan :) ”

How do you feel about this chapter?

2 0 0 0 0 4
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Sepi Tak Ingin Pergi
611      360     3     
Short Story
Dunia hanya satu. Namun, aku hidup di dua dunia. Katanya surga dan neraka ada di alam baka. Namun, aku merasakan keduanya. Orang bilang tak ada yang lebih menyakitkan daripada kehilangan. Namun, bagiku sakit adalah tentang merelakan.
Matchmaker's Scenario
1018      541     0     
Romance
Bagi Naraya, sekarang sudah bukan zamannya menjodohkan idola lewat cerita fiksi penggemar. Gadis itu ingin sepasang idolanya benar-benar jatuh cinta dan pacaran di dunia nyata. Ia berniat mewujudkan keinginan itu dengan cara ... menjadi penulis skenario drama. Tatkala ia terpilih menjadi penulis skenario drama musim panas, ia bekerja dengan membawa misi terselubungnya. Selanjutnya, berhasilkah...
Redup.
502      310     0     
Romance
Lewat setiap canda yang kita tertawakan dan seulas senyum yang kerap dijadikan pahatan. Ada sebuah cerita yang saya pikir perlu kamu dengarkan. Karena barangkali saja, sebuah kehilangan cukup untuk membuat kita sadar untuk tidak menyia-nyiakan si kesayangan.
Invisible
661      418     0     
Romance
Dia abu-abu. Hidup dengan penuh bayangan tanpa kenyataan membuat dia merasa terasingkan.Kematian saudara kembarnya membuat sang orang tua menekan keras kehendak mereka.Demi menutupi hal yang tidak diinginkan mereka memintanya untuk menjadi sosok saudara kembar yang telah tiada. Ia tertekan? They already know the answer. She said."I'm visible or invisible in my life!"
LOVE IN COMA
536      389     7     
Short Story
Cerita ini mengisahkan cinta yang tumbuh tanpa mengetahui asal usul siapa pasangannya namun dengan kesungguhan didalam hatinya cinta itu tumbuh begitu indah walaupun banyak liku yang datang pada akhirnya mereka akan bersatu kembali walau waktu belum menentukan takdir pertemuan mereka kembali
Adelia's Memory
478      305     1     
Short Story
mengingat sesuatu tentunya ada yang buruk dan ada yang indah, sama, keduanya sulit untuk dilupakan tentunya mudah untuk diingat, jangankan diingat, terkadang ingatan-ingatan itu datang sendiri, bermain di kepala, di sela-sela pikirian. itulah yang Adel rasakan... apa yang ada di ingatan Adel?
Aria's Faraway Neverland
3342      1071     4     
Fantasy
"Manusia adalah Tuhan bagi dunia mereka sendiri." Aria adalah gadis penyendiri berumur 7 tahun. Dia selalu percaya bahwa dia telah dikutuk dengan kutukan ketidakbahagiaan, karena dia merasa tidak bahagia sama sekali selama 7 tahun ini. Dia tinggal bersama kedua orangtua tirinya dan kakak kandungnya. Namun, dia hanya menyayangi kakak kandungnya saja. Aria selalu menjaga kakaknya karen...
Deepest
967      574     0     
Romance
Jika Ririn adalah orang yang santai di kelasnya, maka Ravin adalah sebaliknya. Ririn hanya mengikuti eskul jurnalistik sedangkan Ravin adalah kapten futsal. Ravin dan Ririn bertemu disaat yang tak terduga. Dimana pertemuan pertama itu Ravin mengetahui sesuatu yang membuat hatinya meringis.
Flying Without Wings
915      481     1     
Inspirational
Pengalaman hidup yang membuatku tersadar bahwa hidup bukanlah hanya sekedar kata berjuang. Hidup bukan hanya sekedar perjuangan seperti kata orang-orang pada umumnya. Itu jelas bukan hanya sekedar perjuangan.
Mahar Seribu Nadhom
4659      1603     7     
Fantasy
Sinopsis: Jea Ayuningtyas berusaha menemukan ayahnya yang dikabarkan hilang di hutan banawasa. Ketikdak percayaannya akan berita tersebut, membuat gadis itu memilih meninggalkan pesantren. Dia melakukan perjalanan antar dimensi demi menemukan jejak sang ayah. Namun, rasa tidak keyakin Jea justru membawanya membuka kisah kelam. Tentang masalalunya, dan tentang rahasia orang-orang yang selama in...