Read More >>"> Asa Menggenggam Kata
Loading...
Logo TinLit
Read Story - Asa Menggenggam Kata
MENU
About Us  

Air mata tumpah ruah, menangisi suatu hal yang tak bisa kuperbaiki. Masa lalu kelam.

 

Kenangan, cinta, kesalahan, penyesalan. Aku tergoda memaknai hidup sebagai sebuah kesenangan, hingga berbuah pesakitan tanpa obat. Aku jatuh.

 

Luka fisik dapat mengadu pada dokter dan keluarga, namun luka batin—rasanya mustahil. Hanya terasa oleh kalbu, namun tak bisa dijelaskan. Disini, hanya sepi menemani.

 

Aku lelah. Aku lemah. Aku kalah. Pikiran negatif terus menyerbu pada pilar-pilar kepercayadirian, membunuh setiap kebahagiaan yang sempat tercipta. Mata memerah, kening berkerut, dada sesak. Sanggupkah sisa umur dijalani dengan bijak, menutupi segala kebodohan yang telah kuperbuat?

 

Dentang jam membuyarkan lamunan, cermin besar memantulkan mata sembab yang menghiasi wajah. Maskara seharga seratus lima puluh ribu—hasil menipu nurani—luntur sudah. Logika berputar kembali, untuk apakah semua keindahan ini?

 

Dua puluh satu tahun, umur yang cukup dewasa dalam bertindak. Namun labil pula dalam mengambil keputusan, dan aku termasuk di dalam poin terakhir. Bahkan kata motivasi sebagai konsumsi dari wall akun sosial media kegemaranku, nyatanya sama sekali tak membantu. Entah kemana perginya aksara pembangkit asa itu. Nampak seperti sebuah omong kosong berbingkai serpihan kayu bakar yang telah padam.

 

Pada siapa dapat kumengadu?

 

Sayup-sayup terdengar suara merdu, dari pengeras suara masjid berjarak lima rumah dari tempatku meratap. Segerombolan manusia nampak memadati jalanan menuju satu arah, sebuah rumah ibadah.

 

Aku menelan saliva dengan gusar, haru memadati kehampaan pada ruang di hati. Saraf menegang, kala ayat-ayat suci yang sebelumnya tak pernah kupedulikan, memenuhi gendang telinga. Getar menguasai raga, memunculkan keringat dingin—lebih kuat rasanya dibanding ketika melihat dompet tak berpenghuni di akhir bulan.

 

Langkah gontai perlahan mendekati arah lantunan itu, terbelalak dengan indahnya bangunan dihadapan. Tunggu, mengapa tidak kusadari ada tempat seindah dan setentram ini ... Apakah, kehinaan yang ingin membersihkan diri diizinkan menginjakkan kaki?

 

“Viona?”

 

Seorang wanita renta, yang kutahu adalah seorang tetangga samping kontrakan. Perempuan yang baik, amat perhatian bagi seorang gadis perantau minim kasih sayang sepertiku.

 

“Ah, ternyata benar. Sebelumnya aku khawatir, karena tak pernah melihatmu kemari, bahkan kupikir kau terlalu sibuk di luar. Tapi lihatlah, sekarang kau sudah disini. Mari sholat berjama’ah di dalam.”

 

Apa dia barusan melontarkan sebuah ajakan?

 

“Kenapa melamun?” tanyanya seraya membelai wajahku yang kusut, lantas membersihkan sisa make-up yang luntur seperti rupa hantu. “Kamu harus wudhu dahulu, dan sepertinya di dalam sedikit mengantre.”

 

Gelisah mendera, nyali menciut membayangkan raga seorang pendosa ini masuk ke tempat yang suci. “Aku tidak pantas.” Kata-kata itu mengalir begitu saja, seperti keluhan balita yang enggan menemui kawan barunya. Malu. Aku hanyalah aib bagi orang-orang suci di dalam.

 

Senyumnya merekah, seperti biasa. Ia merangkul tubuh lemahku, mencengkram sedikit seraya memberi semangat, “Allah selalu menerima jiwa-jiwa yang bertaubat,” katanya.

 

Iris hazel memandang jauh ke atas sana, seakan hendak menembus langit menerbangkan tanya. Mampukah diriku hijrah seutuhnya?

Tags: ffwc2

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • NinaKim

    @[dear.vira] Halo, Kak! Maaf baru balas, akunku lupa sandi kemarin ^^ Makasih sudah berkunjung :)

  • dear.vira

    CERITANYA BAGUS BANGET, KUNJUNGI CERITAKU YUK https://tinlit.com/read-story/1436/2575, BANTU LIKE DAN CMMENT NYA YAA.. :)

Similar Tags
ANAGAPESIS #ffwc2
417      274     1     
Short Story
Ini berawal dari harapan yang dipupuk kebiasaan. Oh, sebuah rutinitas yang mengesankan. Harapanku tumbuh, menjulang menantang akanan. . Hingga suatu ketika kenyataan menamparku agar putar halu. Ini tentang kamu.
Asa dan Ara
375      272     1     
Short Story
Menunggu ataupun meninggalkan itu sama-sama menyakitkan. Tapi, lebih menyakitkan saat tak mampu memilih antara menunggu atau meninggalkan
Search My Couple
498      271     5     
Short Story
Gadis itu menangis dibawah karangan bunga dengan gaun putih panjangnya yang menjuntai ke tanah. Dimana pengantin lelakinya? Nyatanya pengantin lelakinya pergi ke pesta pernikahan orang lain sebagai pengantin. Aku akan pergi untuk kembali dan membuat hidupmu tidak akan tenang Daniel, ingat itu dalam benakmu---Siska Filyasa Handini.
Kata, Kita, Derita
377      255     1     
Short Story
Aku hanyalah sepotong kenangan. Mengiba pada waktu untuk mencipta temu, meski aku tak sanggup memilikimu.
The Second Lady?
412      293     6     
Short Story
Tentang seorang gadis bernama Melani yang sangat bingung memilih mempertahankan persahabatannya dengan Jillian, ataukah mempertahankan hubungan terlarangnya dengan Lucas, tunangan Jillian?
I am sorry
177      143     0     
Short Story
Terkadang untuk memilih itu susah.Memilih yang ini salah,memilih itu salah.Akibatnya,sering terjadi yang namanya keliru ke jalan yang lebih buruk.
Rindu
368      266     2     
Romance
Ketika rindu mengetuk hatimu, tapi yang dirindukan membuat bingung dirimu.
Mungkin
549      307     5     
Romance
Mungkin dia datang.. Atau mungkin dia hanya menghampiri, Hampir datang. -Karena terkadang kenyataan tak seindah mimpi-
Tak lekang oleh waktu
211      181     0     
Short Story
Thanea menyukai seorang pria yang selalu datang lewat mimpi nya dan pada suatu ketika dia bertemu secara tidak langsung, hanya lewat layar kaca.Namun apalah daya jika dia hanya seorang upik abu dan sang ibu yang sangat galak selalu mengomelinya. Namun dia tak putus asa, malah semakin sering berimajinasi untuk mendapatkannya
Sad Symphony
333      235     0     
Short Story
Aku ingin kamu ada dalam simfoni hidupku. Tapi kamu enggan. Aku bisa apa?